002 Urusan Dunia Dan Akhirat Harus Seimbang – Telaga Ma’rifat

TELAGA MA‘RIFAT
Mempertajam Mata Hati Dan Indra Keenam
Syekh Ibnu ‘Atha’

Alih Bahasa: Ust. Muhammad Nuh, LC
Penerbit: Mitrapress

2

URUSAN DUNIA DAN AKHIRAT HARUS SEIMBANG

 

2. إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدُ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي الْأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ وَ إِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي التَّجْرِيْدِ انْحِطَاطٌ مِنَ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ

Engkau ingin bertajrid, padahal Allah menjadikanmu pada golongan yang mencari penghidupan. Keinginan (bertajrid) merupakan kehendak hawa nafsu. Sebaliknya, kau ingin memenuhi kehidupan duniawi, padahahl Allah telah menjadikanmu ke dalam golongan bertajrid. Keinginan mengejar duniawi merupakan kemunduran dari cita-cita yang luhur.

 

Makna dari pesan Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh tersebut adalah bahwa Allah menghendaki kita untuk menyeimbangkan kehidupan. Artinya, antara kehidupan duniawi dan kepetingan akhirat harus seimbang.

Orang yang memiliki kekuatan indra keenam dalam memandang kehidupan, maka ia tidak akan berbuat sesuatu yang dapat merugikan hidupnya. Ia dapat membagi waktu antara beribadah kepada Allah s.w.t. dan berbuat sesuatu yang terbaik untuk kesejahteraan hidupnya.

Karena itu, orang yang benar-benar sudah memiliki ketajaman mata hati justru tidak membenamkan diri dalam ibadah kepada Allah belaka.

Tetapi bagi orang yang masih buta mata hatinya, justru mengganggap bahwa membenamkan diri dalam ibadah kepada Allah semisal melakukan ritual-ritual, duduk tepekur semalam suntuk membaca wirid, dan memperbanyak amala sunnat (sampai yang wajib terlupakan) adalah jalan menuju ma‘rifat.

Bukan yang demikian jalan menuju ma‘rifat. Cara-cara seperti itu hanya akan menghabiskan sisa umur. Mereka memang merasa puas, tetapi banyak yang dilupakan. Karena mengejar ibadah sunnat, sehingga yang wajib dilupakan. Karena terkonsentrasi dalam ritual sehingga kehidupannya terabaikan.

Sikap seperti itu pertanda bahwa mereka hanya mengejar kehidupan akhirat belaka. Sehingga melupakan hak dan kewajiban sebagai makhluk di muka bumi. Padahal Allah menjadikan manusia itu sebagai khalifah, sebagai pengatur dan penguasa dunia.

Orang-orang ma‘rifat dapat menyeimbangkan antara kepentingan duniawi dan kepentingan akhirat. Jadi mereka tidak membenamkan diri dalam ritual ibadah. Juga tidak senantiasa memeras keringat dan membanting tulang memburu harta. Orang-orang yang tajam penglihatannya, tentu dapat mengatur keseimbangan antara kepentingan akhirat dan kehidupan duniawi. Masing-masing mendapatkan porsi yang seimbang. Orang-orang ini sadar bahwa Allah telah menyediakan kenikmatan duniawi yang harus dicapai dengan jerih payah. Allah juga menjanjikan akhirat yang harus diraih dengan jerih payah pula. Karenanya, dalam masalah ini, yang terpenting adalah diperlukan sikap untuk berserah diri kepada Allah, bersikap menerima atas kehendak-Nya terhadap penghidupan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *