Wasiat Ibn Arabi | Pendahuluan | Sepatah Kata Mengenai Hakikat (3/4)

Oleh :
Prof. Dr. H. Abubakar Aceh
Penerbit:
Lembaga Penyelidikan Islam Jakarta 1976

(lanjutan)

Renet tidak mempelajari Islam seperti yang banyak dilakukan oleh ahli ketimuran (orientalis) Barat, sekedar menyelidiki ilmunya, bahkan untuk memukul titik kelemahan Islam guna kepentingan penjajahan Barat atau penyiaran Keristen, tetapi Renet sebagai seorang ahli filsafat, mempelajari Islam dan memperbandingkannya dengan agama lain, bahkan dengan agama Masehi yang dipeluknya, untuk menjadi keyakinan hidupnya, sampai ia melepaskan agama sendiri yang sudah dipeluknya betahun-tahun sebelumnya. Pemelukan yang berdasarkan keyakinan inilah yang membuat Renet jadi orang besar dalam dunia Islam dan dihormati sebagai pemimpin umatnya.

Renet tidak sama dengan ahli ketimuran bangsa Barat lain, yang hanya menyelidiki Islam dari sudut ilmu dan keyakinan umatnya, bukan mencari kebenaran untuk diamalnya, bahkan banyak dari mereka yang berpendirian, melepaskan lebih dahulu segala kepercayaan agama yang dianutnya, sehingga ia tak ber-Tuhan lagi, barulah mempelajari Islam dan menyelidiki secara obyektif. Maka hasilnyapun tentu berbeda sekali. Biasanya ahli-ahli ketimuran ini sesudah mempelajari bahasa Arab dan mempelajari Islam bertahun-tahun, lalu mengambil kesimpulannya yang tidak objektip : bahwa Qur’an orang Islam itu tidak lain dari pada caplokan dari kitab suci Masehi dan Yahudi, bahwa Islam itu adalah agama yang hanya melihat kepada kehidupan kebendaan, tidak berisi ajaran yang bersifat kerohanian, membawa manusia kepada ajaran hidup keduniaan, tidak terdapat di dalamnya pembersihan jiwa dan penanaman cinta, bahwa Islam itu condong kepada bermusuh-musuhan dan tipu menipu, menggerakkan umatnya dalam mencari kelezatan dunia.

Golongan yang lain dari ahli ketimuran ini mengambil kesimpulan, bahwa filsafat Arab itu tidak lain dari pada alam pikiran Yunani, yang disalin dan ditulis dengan huruf Arab, bahwa bahasa Arab itu tidak cocok lagi dengan kemajuan zaman sekarang, suatu bahasa yang sudah mati, sebagaimana bahasa Latin, begitu juga hurufnya yang sukar dipelajari, dan oleh karena itu lebih baik diganti dengan huruf Latin, yang sudah diakui sebagai huruf dunia. Golongan yang lain pula sesudah mempelajari kebudayaan Islam, lalu mengambil kesimpulan untuk memajukan umatnya dengan nasihat, agar menghidupkan kembali kebudayaan Fir’aun di Mesir, kebudayaan Assurian di Irak, kebudayaan Barbar di Utara Afrika, kebudayaan Phunisia di Palestina dan mengutamakan bahasa Persia sebagai bahasa Aria dari pada bahasa Semit Arab, bahkan ada yang sampai berpendapat sekian jauhnya dalam penyelidikannya, untuk menyuruh atau menjadikan politik perjuangannya menghapuskan kebudayaan Islam yang menghambat kemajuan itu, menggantikannya dengan kebudayaan Barat yang lebih maju.

Banyak buah pikiran ahli ketimuran barat yang menamakan dirinya penyelidik-penyelidik yang obyektif dan berniat baik untuk membantu kemajuan Islam yang sebenarnya merupakan racun-racun yang ditanam oleh atau dengan bantuan penjajah barat kepada umat Islam. Dr. Muhammad al-Bahi, seorang ahli kebudayaan Islam yang terkenal di Mesir, menulis panjang lebar tentang perkembangan pikiran ahli ketimuran barat yang berbahaya ini dalam kitabnya Mubasysyirum wal Mustasyriqun fi tauqifihim minal Islam (Zenddelingan dan missionaris dalam pendiriannya terhadap Islam). Dalam kitab itu dibicarakan kesalahan-kesalahannya yang diperbuat oleh ahli ketimuran Amerika dan Eropa dengan menyebutkan nama-nama karyanya, yang berisi hal-hal yang tidak sesuai dengan hakekat kebenaran Islam yang sebenarnya.

Yang demikian itu karena mereka bukan mencari kebenaran, tetapi menyelidiki sejarah dan ilmu Islam serta memperbandingkan dengan pendirian yang jujur, oleh karena itu lalu ia menemui kebenaran yang sesungguh-sungguhnya, yang pada akhirnya dianut menjadi keyakinannya. Moga-moga Renet menjadi contoh bagi para ahli ketimuran barat, yang dalam cara penyelidikan Islam, sudah waktunya melepaskan cara-cara lama, terutama dalam kebangkitan Asia-Afrika sekarang ini. Umat Islam sekarang tidak dapat ditipu lagi depseudowetenschap, karena banyak yang sudah menyelidiki siasat penjajah barat, memiliki ilmu pengetahuan umum dan membandingkannya dengan sejarah dan ilmu yang benar dari agamanya sendiri,yaitu Islam. Umat Islam sekarang sudah mengetahui, dimana letaknya cara-cara yang salah dalam kegiatan penyelidikan barat itu terhadap Islam, dan mengetahui pula apa perangsang mereka untuk mempelajari agamanya dan membusuk-busukkan agama itu.

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *