(lanjutan)
Maqam (kedudukan-ed.) Adam dengan Muhammad, hanya berbeda karena lahir (zhohir-ed.) dan batin saja, Muhammad di dunia merupakan batin Adam, dan Adam adalah lahir Muhammad, dan kedua lahir dan batin ini akan terdapat nantj di akhirat. Kedudukan Nabi-nabi dan Rasul diantara Adam dan Muhammad menurut Ibn Arabi mengehendaki pemecahan soal dalam bidang yang sangat besar, sampai seratus ribu cara atau sampai puluh ribu pemecahan soal, sebanyak jumlah Nabi-nabi yang hanya diketahui manusia.
Mengenai Maqam wali-wali, yang oleh Ibn Arabi dinamakan Manazilul Auliya, dibagi atas dua bagian, hissiyah dan ma’nawiyah, yang pertama (hissiyah-ed.): kelak dalam sorga, yang jumlah derajatnya tidak kurang dari seratus buah, tetapi ada juga di dunia: dalam ahwal mereka yang menyalahi hukum adat kebiasaan, seperti yang kelihatan pada golongan Abdal yang tidak kelihatan pada golongan Malamatiyah, yang jumlahnya semua lebih dari seratus sepuluh manzal (tempat/kedudukan-ed.).
Adapun yang kedua, yang bersifat ma’nawiyah, yang jumlahnya antara dua ribu buah. tidak pernah dicapai oleh umat sebelum Nabi Muhammad, sehingga tingkat-tingkat itu hanya khusus dianugerahi kepada umat Muhammad saja. Ibn Arabi mengatakan selanjutnya, bahwa jumlah manzal yang terakhir ini terbagi atas empat maqam : maqam ilmu ladunni. maqam ilmu nur, maqam ilmu jama’ dan faraq, dan maqam ilmu kitab suci ketuhanan. Diantara maqam-maqam ini terdapat tidak kurang dari seratus manzal bagi wali-waliyullah.
Maqam ilmu ladunni mengenai hubungan dengan Tuhan yang membuahkan hasilnya dari rahmat Tuhan, (yaitu-ed.) maqam ilmu nur sebelum lahir Adam. Adapun maqam ilmu jama’ dan tafarruqah, lahir kekuatannya dalam masa malaul a’la, ribuan tahun ketuhanan: masa bersatu dan bercerai antara khalik dan makhluk. (Ia-ed.) merupakan lautan yang sangat luas, yang sebahagian kecil dari padanya adalah lauh mahfuz, dan dapat diambil faedah melaui ‘aqlul awwal. Di dalamnya tiga pokok ilmu, pertama: yang bersangkutan dengan ketuhanan, kedua: yang bersangkutan dengan roh agung dan ketiga: yang bersangkutan dengan kelahiran tabi’i.
Manzal ini ada hubungan erat antara lahir dan batin manusia. Oleh karena itu, tidak dapat dikenal Tuhan dengan sesungguh-sungguhnya jika tidak mengenal diri sendiri lebih dahulu, sesuai dengan dalil yang berbunyi : “Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya”. Karena wujud diri itu hanyalah sebuah cabang daripada wujud Tuhan, wujud Tuhan itu adalah yang terpokok dan merupakan pangkal segala wahyu.
Ibn Arabi menerangkan adalah lebih bahwa jumlah wali2 Tuhan itu menurut manzalnya adalah kurang lebih tiga ratus lima puluh orang, mereka berjalan sepanjang hari. Adam, Nuh, Ibrahim, Jibril, Mikail dan Israfil. Sampai zaman ini jumlah mereka yang tidak kurang dan tidak lebih adalah lima ratus tujuh puluh lima orang, tersusun menurut tingkat pokok: dari qutub, imam, autad, abdal, nuqaba dan nujaba.
Ibn Arabi yang pada akhir menutup uraian persoalan ini menerangkan, bahwa: manzal ahli qurbah atau muqarrabin terletak diantara manzal siddiqin dan kenabian dalam agama. Maqam muqarrabin sangat berdekatan dengan Haq, semacam orang dengan tidak kelihatan amalnya, seperti yang terjadi dengan Khidir. Ibn Arabi juga memberikan tingkat yang tinggi dan mulia kepada pejuang-pejuang di jalan Allah dan mujahid-mujahid dalam arti kata yang seluas-luasnya. Bagaimana tingkat mereka yang sebenarnya, hanya Tuhan saja yang mengetahui.
Dalam Qur’an diterangkan : “Tidak ada yang mengetahui tentang tentara Tuhan itu melainkan dia sendiri“. Tuhan selanjutnya menjamin, bahwa tentaranya itu selalu akan menang, tidak ada yang dapat menghambatnya kecuali Ia (Allah) sendiri, tidak dapat dikalahkan oleh apapun juga, tidak oleh angin panas, tidak juga oleh tentara gajah. Kemenangan selalu terletak dalam qadha dan qadhar Tuhan. Bukanlah anak panak yang mengenakan musuh, tetapi Tuhan yang menembuskannya. Ada yang menderita tetapi ia kuat, ada yang mati, tetapi ia hidup dan hidup untuk selamanya.
Dalam mengupas manzal ahlil majelis wal hadits, Ibn Arabi memberi keterangan bahwa maqam ini terletak dekat di belakang hijab dan ia mempunyai enam kehadiran, yang pada akhirnya terletak dekat bersama Tuhannya. Kepada mereka disediakan mimbar-mimbar yang indah dari pada cahaya dan mereka diberi gelar jalis, orang yang bercengkerama dan duduk dekat Tuhan.
Sebagai penutup Ibn Arabi membicarakan: majelis hadits, majelis syuhud, majelis musyahadah asma Tuhan, dan majelis tajalli wal khitab.