وَ يَجِبُ أَيْضًا عَلَى كُلِّ مُكَلَّفٍ مِنْ ذَكَرٍ وَ أُنْثَى أَنْ يَعْرِفَ الرُّسُلَ الْمَذْكُوْرَةَ فِي الْقُرْآنِ تَفْصِيْلًا وَ يُصَدِّقُ بِهِمْ تَفْصِيْلًا.
“Dan wajib pula atas setiap mukallaf dari laki-laki dan perempuan untuk mengetahui rasūl-rasūl yang ada tersebut di dalam al-Qur’ān secara tafshīl dan membenarkan mereka pula secara tafshīl.”
Mengenai hal ini Syaikh Malawī berkata: “Cukuplah dalam iman dengan setiap dari para rasul itu bahwa seandainya si mukallaf ditanya perihal risalahnya, dia mengakui dengannya. Maka tidaklah wajib bahwa mukallaf itu harus menerangkan mereka secara tafshīl berdasarkan hafalan.”
وَ أَمَّا غَيْرُهُمْ فَيَجِبُ الْإِيْمَانُ بِهِمْ إِجْمَالًا لكِنْ نَقَلَ السَّعْدُ فِيْ شَرْحِ الْمَقَاصِدِ أَنَّهُ يَكْفِي الْإِجْمَالُ لكِنَّهُ لَمْ يَتَّبَعْ.
“Adapun selain mereka akan wajiblah beriman dengan mereka itu secara ijmāl. Akan tetapi as-Sa‘du telah mengutip dalam Syarḥ-ul-Maqāshid bahwa cukuplah ijmāl itu (sampai pun pada para rasūl yang tersebut dalam al-Qur’ān), akan tetapi kutipan ini tidak diikuti.”
وَ نَظَّمَهَا بَعْضُهُمْ فَقَالَ:
Dan sebagian mereka telah menazhamkannya para rasūl yang tersebut dalam al-Qur’ān itu:
حَتْمٌ عَلَى كُلِّ ذِي التَّكْلِيْفِ مَعْرِفَةٌ
بِأَنْبِيَاءَ عَلَى التَّفْصِيْلِ قَدْ عُلِمُوْا
فِيْ تِلْكَ حُجَّتُنَا مِنْهُمْ ثَمَانِيَةٌ
مِنْ بَعْد عَشْرٍ وَ يَبْقَى سَبْعَةٌ وَ هُمُوْا
إِدْرِيْسُ هُوْدٌ شُعَيْبٌ صَالِحٌ وَ كَذَا
ذُو الْكِفْلِ آدَمُ بِالْمُخْتَارِ قَدْ خُتِمُوْا.
Maka mereka berkata: “Diwajibkan atas setiap mukallaf untuk mengetahui para Nabi secara tafshil yang mana sebagian dari mereka itu dapat diketahui pada ayat yang berbunyi: (تِلْكَ حُجَّتُنَا) ya‘ni sebanyak 18 orang dan tinggallah 7 orang lagi dan mereka adalah Idrīs, Hūd, Syu‘aib, Shāliḥ demikian juga Zulkifli, Ādam dan diakhiri mereka itu dengan Nabi yang terpilih (ya‘ni Muḥammad s.a.w.).”
Ayat yang dimaksudkan itu terdapat dalam surat al-An‘ām ayat 83-86:
وَ تِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيْمَ عَلى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّنْ نَّشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ. وَ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَ يَعْقُوْبَ كُلًّا هَدَيْنَا وَ نُوْحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاودَ وَ سُلَيْمَانَ وَ أَيُّوْبَ وَ يُوْسُفَ وَ مُوْسَى وَ هَارُوْنَ وَ كَذلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ. وَ زَكَرِيَّا وَ يَحْيى وَ عِيْسَى وَ إِلْيَاسَ كُلٌّ مِّنَ الصَّالِحِيْنَ. وَ إِسْمَاعِيْلَ وَ الْيَسَعَ وَ يُوْنُسَ وَ لُوْطًا وَ كُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِيْنَ
“Dan itulah ḥujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrāhīm untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Isḥāq dan Ya‘qūb kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nūḥ sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nūḥ) yaitu Dāūd, Sulaimān, Ayyūb, Yūsuf, Mūsā dan Hārūn. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakariyyā, Yaḥyā, ‘Īsā dan Ilyās. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismā‘īl, Alyasa‘, Yūnus dan Lūth. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya).”