Wajib I’tiqad Bahwa Zaman Para Shahabat Adalah Paling Utama – Terjemah Kifayat-ul-‘Awam

KIFĀYAT-UL-‘AWĀM
Pembahasan Ajaran Tauhid Ahl-us-Sunnah

Karya: Syaikh Muḥammad al-Fudhalī
 
Penerjemah: H. Mujiburrahman
Diterbitkan Oleh: MUTIARA ILMU Surabaya

57. WĀJIB I‘TIQĀD BAHWA KURUN (ZAMAN) PARA SAHABAT NABI ADALAH ZAMAN YANG PALING UTAMA.

 

اِنْتَهَى: وَ مِمَّا يَجِبُ اعْتِقَادُهُ أَنَّ أَصْحَابَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَفْضَلُ الْقُرُوْنِ ثُمَّ التَّابِعُوْنَ لَهُمْ ثُمَّ أَتْبَاعُ التَّابِعِيْنَ.

SELESAI: Dan di antara apa-apa yang wajib mengi‘tiqādkannya adalah bahwa para sahabat Nabi s.a.w. adalah yang paling mulia daripada penghuni segala zaman, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (Tābi‘īn), kemudian orang-orang yang mengikuti para Tābi‘īn itu (Atbā‘-ut-Tābi‘īn).”

وَ أَفْضَلُ الصَّحَابَةِ أَبُوْ بَكْرٍ فَعُمَرُ فَعُثْمَانُ فَعَلِيٌّ عَلَى هذَا التَّرِتِيْبِ.

Dan yang paling mulia dari para sahabat adalah Abū Bakar, lantas ‘Umar, lantas ‘Utsmān, lantas ‘Alī berdasarkan tertib ini.

لكِنْ قَالَ الْعَلْقَمِيْ سَيِّدُنَا فَاطِمَةُ وَ أَخُوْهَا سَيِّدُنَا إِبْرَاهِيْمُ أَفْضَلُ مِنَ الصَّحَابَةِ عَلَى الْإِطْلَاقِ حَتَّى مِنَ الْخُلَفَاءِ الْأَرْبَعَةِ وَ كَانَ سَيِّدُنَا مَالِكٌ يَقُوْلُ لَا أُفَضِّلُ عَلَى بِضْعَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَحَدًا هذَا هُوَ الَّذِيْ يَجِبُ اعْتِقَادُهُ وَ نَلْقِي اللهَ عَلَيْهِ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى.

Akan tetapi al-‘Alqamī berkata: “Sayyidatunā Fāthimah dan saudaranya Sayyidunā Ibrāhīm adalah lebih utama dari para sahabat secara mutlak sampai pada para Khalīfah yang empat, dan junjungan kita Imām Mālik berkata: Aku tidak mengutamakan seorang juapun atas darah daging Rasūlullāh. Inilah dia yang wajib mengi‘tiqādkannya dan kita akan menemui Allah atasnya – jika memang Allah menghendaki.

وَ مِمَّا يَجِبُ اعْتِقَادُهُ أَيْضًا أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وُلِدَ فِيْ مَكَّةَ وَ تُوُفِّيَ فِي الْمَدِيْنَةِ وَ يَجِبُ عَلَى الْآبَاءِ أَنْ يُعَلِّمُوْا أَوْلَادَهُمْ ذلِكَ.

Dan di antara perkara yang wajib mengi‘tiqādkannya pula bahwa Nabi s.a.w. dilahirkan di Makkah dan wafat di Madīnah dan wajib atas para orang tua untuk mengajarkan yang demikian itu pada anak-anak mereka.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *