Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia | Syaikh Yasin Al-Fadani (2/2)

Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia

Nadzirin (Mbah Rien)

Penerbit : Mitra Gayatri- Lirboyo, Kediri

(lanjutan)

Syeikh Yasin juga sering mengadakan kunjungan-kunjungan ke berbagai negara terutama Indonesia yang merupakan Negara nenek moyangnya.

Tak sedikit para ulama Indonesia yang bertemu Syeikh Yasin ingin di anggap sebagai murid beliau dan minta ijazah sanad hadist. Diceritakan, ketika Syeikh Yasin berkunjung ke Indonesia, banyak para ulama dari berbagai daerah di Indonesia berbondong-bondong menemui Syeikh Yasin untuk dianggap sebagai murid, salah satunya adalah KH. Syafi’i Hadzami.

KH. Syafi’i datang menemui Syeikh Yasin Al-Fadani untuk diangkat sebagai murid, namun Syeikh Yasin menolaknya, bukan karena tidak suka atau hal lain. Tapi alasan Syeikh Yasin menolaknya karena beliau menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru. Beliau mengatakan bahwa dirinya yang pantas menjadi Murid KH. Syafi’i Hadzami.

Memang KH. Syafi’i Hadzami begitu terkenal namanya di Mekkah sebagai sosok ulama Indonesia yang memiliki keluasan dan kedalaman ilmu.

Begitulah sosok Syeikh Yasin Al-Padani yang sangat menghargai para ahli ilmu.

Kepribadian Syeikh Yasin

Beliau juga dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana. Beliau tidak segan-segan ke pasar memikul atau menenteng sayur mayur untuk keperluan sehari-hari, padahal beliau adalah seorang ulama besar. Syeikh Yasin juga terkesan pribadi yang santai, sederhana, tidak menampakkan diri, beliau sering muncul menggunakan kaos oblong dan sarung, sambil nongkrong untuk “Nyisyah” (rokok tradisi bangsa Arab dengan tembakau dari buah-buahan).Dan tak seorangpun yang  mencela beliau, karena kekayaan ilmu yang beliau miliki.

Di antara Karomah-karomah Syeikh Yasin

Salah seorang Murid Syeikh Yasin yaitu HM. Abrar Dahlan, saat belajar di Mekkah menceritakan bahwa dirinya diperintah Syeikh Yasin untuk membuatkan teh dan Syisah (rokok tradisi bangsa Arab).

Setelah teh diminum oleh Syeikh Yasin, Abrar Dahlan pergi ke Masjidil Haram. Dan serasa tidak percaya bahwa dirinya melihat Syeikh Yasin sedang membawa kitab habis mengajar dari masjidil haram, padahal baru beberapa saat ia melihat dan menyaksikan sendiri Syeikh Yasin minum teh di rumahnya.

Zakariya Thalib dari negara Suriah, suatu saat berkunjung ke rumah Syeikh Yasin pada Hari Jum’at. Ketika adzan Jum’at berkumandang, beliau masih saja duduk santai, maka Zakariya Thalib pergi sendirian ke masjid terdekat.

Selesai Sholat Jum’at Zakariya menemui salah seorang temannya dan menceritakan bahwa Syeikh Yasin tidak melaksanakan Sholat Jum’at, tapi temannya itu membantah pernyataan Zakariya. Karena temannya itu habis melaksanakan Sholat Jum’at bersama Syeikh Yasin di Masjid Syeikh Hasan Massyath r.a., yang jaraknya jauh sekali dari rumah Syeikh Yasin.

Suatu ketika KH. Abdul Hamid di Jakarta mengalami kesulitan dan kebuntuan saat sedang mengajar Ilmu Fiqh bab Diyyat, sehingga proses belajar mengajar terhenti. Tiba-tiba pada malam harinya KH. Abdul Hamid menerima sepucuk surat dari Syeikh Yasin. Dan ternyata setelah di buka, surat itu berisi tentang jawaban dari kesulitan yang dihadapinya. KH. Abdul Hamid merasa terheran, dari mana Syeikh Yasin mengetahui, sedangkan dirinya tidak pernah mengadukan hal ini kepada siapapun.

H. Mukhtaruddin Palembang bercerita; Pernah ketika Soeharto, Presiden Republik Indonesia sakit mata, beliau mengirim satu pesawat khusus untuk menjemput Syeikh Yasin, dan akhirnya Soeharto itupun sembuh berkat do’a Syeikh Yasin Al-Fadani.

Wafat Syeikh Yasin 

Syeikh Yasin Al-Fadani wafat pada tahun 1990.

Dunia merasa kehilangan sosok ulama hadist yang mumpuni dan menjadi sumber rujukan ilmu. Dan saat pemakaman jenazah Syeikh Yasin, ditampakkan lagi kebesaran Allah kepada para hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan Syeikh Yasin. Begitu Jenazah dimasukkan ke liang lahat, yang terlihat bukan liang yang sempit dan lembab, tapi tampak liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas membentang disertai dengan semerbak wewangian yang harum dan menyegarkan. Subhanalloh.

Wallohu a’lam.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *