Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia | Syaikh Nawawi Al Bantani Al Jawi (1/4)

Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia

Nadzirin (Mbah Rien)

Penerbit : Mitra Gayatri- Lirboyo, Kediri

SYEIKH NAWAWI AL-BANTANI AL-JAWI

(1813 M.-1897 M.)

Tentang Syeikh Nawawi Al-Bantani

Nama lengkapnya Abu Abdullah al- Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar al- Tanari al-Bantani al-Jawi. Lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. Lahir di Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten, Jawa Barat, 1230 H. (1813 M.). Wafat di daerah Syi’ab Ali, Makkah, tahun 1897 M., dan dimakamkan di Ma’la.

Nama beliau sampai sekarang terkenal di Makkah dengan julukan Sayyidul Ulama Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz). Daerah Hijaz sekarang bernama Saudi Arabia, nama itu diganti sejak tahun 1925 (setelah di kudeta oleh Keluarga Saud).

Masa-masa Kecil

Sejak kecil Syeikh Nawawi memang didoktrin menjadi seorang ulama oleh ayahnya, yaitu KH. Umar bin Arabi, seorang pejabat penghulu yang juga memimpin Masjid, sedang ibunya bernama Zubaidah, penduduk asli Tanara. Syeikh Nawawi merupakan keturunan Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yang ke-12, yaitu dari silsilah Maulana Hasanuddin (Sultan Banten 1) putra Maulana Syarif Hidayatullah yang bernama Sunyararas (Tajul ‘Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Imam Ja’far As- Shodiq, Imam Muhammad al Baqir, Imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husen, Fatimah al-Zahra.

Silsilah keturunan Syeikh Nawawi dari ayahnya adalah:

Nawawi bin Kiai Umar, bin Kiai Arabi bin Kiai Ali bin Kiai Jamad Bin Janta bin Kiai Masbugil bin Kiai Masqun bin Kiai Masnun bin Kiai Maswi bin Kiai Tajul Arusy Tanara bin Maulana Hasanudin Banten bin Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon bin Raja Amatuddin Abdullah bin Ali Nuruddin bin Maulana Jamaluddin Akbar Husain Bin Imam Sayyid Ahmad Syah Jalal bin Abdullah Adzmah Khan bin Amir Abdullah Malik bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasim bin Sayyid Alwi Imam Ubaidillah bin Imam Ahmad Muhajir Ilallah bin Imam Isa an- Naqib bin Imam Muhammad Naqib bin Imam Ali Aridhi bin Imam Ja’far ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain bin Sayyidatuna Fathimah Zahrah binti Muhammad SAW.

Kemudian dari silsilah keturunan pihak ibunya adalah bahwa Syeikh Nawawi bin Nyi Zubaidah binti Muhammad Singaraja.

Syeikh Nawawi merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara, yakni:

1. Nawawi.

2. Ahmad Syihabuddin.

3. Tamim.

4. Sa’id.

5. Abdullah.

6. Tsakilah.

7. Sariyah.

Masa-masa Belajar

Ayah Syeikh Nawawi yaitu KH. Umar bin Arabi, adalah seorang tokoh Pendidikan Islam di Tanara, juga tokoh agama yang sangat disegani. Kepada beliaulah Syeikh Nawawi mengenyam pembelajaran pendidikan pertama kalinya. Setelah dididik langsung oleh ayahnya, kemudian beliau belajar kepada KH. Sahal, ulama terkenal di daerah Banten. Usai dari Banten, beliau melanjutkan pendidikannya kepada Kyai Yusuf Purwakarta.

Pada saat berusia 15 tahun bersama dua saudaranya, Syeikh Nawawi berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Tapi, setelah musim haji usai, beliau tidak langsung kembali ke tanah air. Beliau memanfaatkannya untuk belajar ilmu kalam, bahasa dan sastra Arab, ilmu hadist, tafsir dan terutama ilmu fiqh kepada ulama-ulama besar disana.

Setelah tiga tahun belajar di Mekkah beliau kembali ke daerahnya tahun 1833 M dengan khazanah ilmu keagamaan yang relatif cukup lengkap untuk membantu mengajar para santri di pesantren binaan ayahnya. Dengan kedatangan Syeikh Nawawi dari Mekkah, pesantren binaan ayahnya membludak didatangi oleh santri yang datang dari berbagai pelosok negeri. Namun hanya beberapa tahun saja beliau membantu mengajar di pesantren ayahnya, kemudian ia memutuskan berangkat lagi ke Mekkah sesuai dengan impiannya untuk mukim dan menetap di sana. Disamping itu kondisi tanah air agaknya tidak mendukung dalam rangka mengembangkan ilmunya. Karena pada saat itu, hampir semua ulama Islam mendapat tekanan dari penjajah Belanda. Keadaan itu tidak menentramkan hati Syeikh Nawawi.

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *