Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia | Syaikh Mahfudz At Tarmasi (2/2)

Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia

Nadzirin (Mbah Rien)

Penerbit : Mitra Gayatri- Lirboyo, Kediri

(lanjutan)

Murid-murid Syeikh Mahfudz

Di Mekkah Syeikh Mahfudz sudah terkenal sebagai seorang ulama, dan di antara murid-murid beliau yang berasal dari Indonesia adalah:

1) KH. Hasyim Asy’ari,

2) KH. Bishri Syansuri dan

3) KH. Abdul Wahhab Hasbullah.

Kita mengetahui, ketiga kiai ini merupakan tokoh cikal bakal Organisasi raksasa Islam yang telah mendunia yaitu Nahdhatul Ulama di tahun 1926. Syeikh Mahfudz juga mengajar sejumlah murid, yang beberapa di antaranya menjadi ulama yang berpengaruh, antara lain:

4) Ali al-Banjari, penduduk Makkah asal Kalimantan Selatan,

5) KH. Muhammad Baqir al-Jugjawi, ulama Yogya yang juga bermukim di Makkah,

6) KH. Muhammad Ma’shum al-Lasami, pendiri pesantren Lasem, Jawa Tengah.

7) KH. Abdul Muhit dari Panji Sidoarjo,

Karya-karya Syeikh Mahfudz

Syeikh Mahfudz termasuk penulis yang produktif. Beliau mengarang sejumlah kitab tentang berbagai disiplin ilmu, seluruhnya ditulis dalam bahasa Arab. Sayang, banyak karyanya yang belum sempat dicetak, dan beberapa di antaranya bahkan di nyatakan hilang.

Salah satu bukunya yang dicetak ulang dan digunakan di pesantren sampai sekarang adalah:

1. Manhaj Dhawi al-Nazar.

Kitab ini merupakan salah satu karya tingkat lanjut mengenai tata ilmu hadits.

2. Mauhibah Dzi al fadl. (Kitab fiqh empat jilid).

Merupakan syarah atau komentar atas karya Abdullah Ba Fadhl “Al-Muqaddimah Al-Hadhramiyyah”. Kitab ini boleh dibilang jarang diajarkan di pesantren, dan lebih banyak digunakan oleh para kiai sebagai rujukan.

Ia sering dikutip sebagai salah satu sumber yang otoritatif dalam penyusunan fatwa oleh para ulama di Jawa.

3. Nailul Ma’mul.

Kitab syarah Lubb Al-Ushul dan Ghayat al-wushul, karya Zakariyya Anshari

4. Is’af al Muthali.

Merupakan syarah kitab Jam’ al-Jawami atas berbagai versi karya Subki.

5. Takmilat al-Minhaj al-Qawim.

Catatan tambahan atas kitab Al-Minhaj al-Qawim karya Ibn Hajar al-Haitami.

At-Tarmasi juga menaruh minat pada seni baca Al-Qur’an (qira’ah). Oleh karena itu pula, dia menulis kitab :

6. Al Fawaid at Tarmisiyah fi Asanid al- Qiraat al Asy’ariyah.

7. Al- Budur al Munir fi qiraah al-Imam Ibnu Katsir.

8. Tanwir ash Shadr fi Qiraah al Imam Abi ‘Amr.

9. Al-Fuad fi Qiraat al Imam Hamzah.

10. Tamim al Manafi fi Qiraat al-Imam Nafi.

11. Aniyah ath Thalabah bi Syarah Nadzam ath Tayyibah fi Qiraat al Asy’ariyah.

Selain itu, ada dua karya lainnya tentang biografi atau riwayat pengarangnya, yaitu:

12. Kifayat al-mustafid li-ma ‘alla min al- asanid.

Memuat jalur (sanad) dari para pengarang kitab-kitab klasik sampai guru-gurunya.

13. As-Saqayah al-Mardhiyyah fi Asma’i Kutub Ashhabina al-Syafiiyah.

Kajian atas karya-karya fiqih mazhab Syafi’i dan riwayat para pengarangnya.

Kepribadian Syeikh Mahfudz

Diceritakan dalam kitab “Kifayatul Mustafid” bahwa Syeikh Mahfudz selain masyhur sebagai seorang alim yang khusyu’ dalam ibadah, tawadlu’ dalam tingkah laku, ridha dan sabar di dalam sikap, juga sebagai seorang ahli dalam Hadist Bukhari. Beliau diakui sebagai seorang isnad (mata rantai) yang sah dalam pengajaran Shahih Bukhari.

Ijasah ini berasal langsung dari Imam Bukhari itu sendiri yang ditulis sekitar 1000 tahun yang lalu dan diserahkan secara berantai melalui 23 generasi ulama yang telah menguasai karya Shahih Bukhari, dan Syeikh Mahfudz merupakan mata rantai yang terakhir pada waktu itu.

Dalam menulis, konon Syeikh Mahfudz ibarat sungai yang airnya terus mengalir tanpa henti. Gua Hira menjadi tempatnya mencari inspirasi. Dia biasa menghabiskan waktunya di gua tempat Nabi menerima wahyu-Nya yang pertama itu.

Kecepatan Mahfudz dalam menulis kitab, juga boleh dibilang istimewa. Kitab “Manhaj Dhawi al-Nazhar” beliau selesaikan dalam 4 bulan 14 hari. Mahfudz mengatakan bahwa kitab ini ditulis ketika berada di Mina dan Arafat. Mengingat karyanya yang berbagai-bagai itu, tidak berlebihan kiranya jika Syeikh Yasin Al- Fadani, ulama Makkah asal Padang, Sumatra Barat, yang berpengaruh pada tahun 1970-an, menjuluki Mahfudz At-Tarmasi dengan julukan: Al-Alamah, Al-Muhadits, Al-Musnid, Al-Faqih, Al-Ushuli dan Al-Muqri.

Yang menarik, kitab-kitab karangan Syeikh Mahfudz tidak hanya dipergunakan oleh hampir semua pondok pesantren di Indonesia, tapi konon banyak pula yang dipakai sebagai literatur wajib pada beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah, seperti di Marokko, Arab Saudi, Iraq dan negara-negara lainnya.

Bahkan sampai sekarang di antara kitab- kitabnya masih ada yang dipakai dalam pengajian di Masjidil Haram.

Wafat Syeikh Mahfudz

Muhammad Mahfudz At-Tarmasi wafat pada hari Rabu bulan Rajab tahun 1338 Hijrah bertepatan dengan tahun 1920 M.

Wallohu a’lam.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *