Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia | Syaikh Mahfudz At Tarmasi (1/2)

Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia

Nadzirin (Mbah Rien)

Penerbit : Mitra Gayatri- Lirboyo, Kediri

SYEIKH MAHFUDZ AT-TARMASI

(1868 M.-1920 M.)

Tentang Syeikh Mahfudz

Nama lengkapnya Muhammad Mahfudz bin Abdullah At-Tarmasi. Lahir di Tremas Pacitan Jawa Timur tahun 1258 H atau 1868 M. Wafat hari Rabu bulan Rajab tahun 1338 H./1920 M. Populer dengan sebutan Syeikh Mahfudz Tremas. Muhammad Mahfudz adalah putra tertua dari Kiai Abdullah bin Abdul Manan Dipomenggolo. Syeikh Mahfudz At-Tarmasi, menjalani karier intelektualnya di Mekkah. Di mekkah itu pula, beliau tutup usia.

Masa Kecil dan Masa Belajar

Kiai Abdul Mannan Dipomenggolo (kakek Syeikh Mahfudz) mendirikan Pondok Pesantren Tremas pada 1830. Beliau adalah jebolan Pesantren Tegalsari asuhan Kiai Kasan Besari (Hasan Basri), yang salah satu muridnya adalah pujangga Ronggowarsito.

Abdul Manan Dipomenggolo juga merupakan murid dari Sayyid Muhammad al- Shatta’ di Makkah dan Ibrahim Al-Bajuri, syeikh Al-Azhar.

Setelah Kiai Abdul Mannan wafat pada 1862, maka sebagai gantinya dalam kepemimpinan di Pondok Pesantren Tremas adalah putranya yaitu Kiai Abdullah (ayah Syeikh Mahfudz). Dan dari sang ayah Kiai Abdullah inilah Syeikh Mahfudz pertama kali memperoleh pelajaran dasar agamanya. Beranjak usia remaja, Syeikh Mahfudz di kirim belajar ke Mekkah. Anak-anak Kiai Abdullah lainnya yang juga pernah belajar di Makkah selain Syeikh Mahfudz adalah:

1. KH. Dahlan. Sekembali dari Mekkah KH. Dahlan diambil menantu oleh Kiai Shaleh Darat Semarang.

2. KH. Muhammad Bakri yang ahli qira’ah,

3.KH. Abdur Razaq, ahli thariqah dan mursyid.

Guru-guru Syeikh Mahfudz

Setelah Syeikh Mahfudz ke Mekkah, beliau tidak kembali ke Tremas, Diantara guru-guru Syeikh Mahfudz di Mekkah antara lain:

1). Sayyid Bakri atau Abu Bakr bin Muhammad al-Shatta’ ad-Dimyati (putra guru kakeknya di Makkah). Sepanjang hayatnya Mahfudz memang dekat dengan keluarga Shatta’. Keluarga terpelajar dari Dimyat, Mesir.

Mahfudz bahkan diangkat menjadi anak, dan pada saat wafatnya jenazah beliau di kubur di tengah-tengah keluarga Shatta’.

2). Syeikh Muhammad Sa’id Ba-Basil. Kolega dan sekaligus rival Sayyid Bakri, yang menggantikan Ahmad bin Zayni Dahlan sebagai mufti Makkah dari mazhab Syafi’i. Mahfudz juga belajar pada sejumlah ulama Indonesia yang bermukim di Makkah, dan semuanya merupakan pengajar di Masjidil Haram seperti :

3). Syeikh Nawawi Banten, 4). Syeikh ‘Abd Al-Ghani Al-Bimawi dan

5). Syeikh Muhammad Zainuddin al- Sumbawi.

Masa-masa Mengajar Syeikh Mahfudz tidak kembali ke Indonesia untuk bermukim dan bertempat tinggal, tapi beliau memilih berkarier di Mekkah. Meskipun setelah ayahnya Kiai Abdullah wafat pada tahun 1894, beliau belum berkenan untuk meneruskan memimpin pondok pesantren Tremas binaan kakeknya. Dan selanjutnya adiknya Syeikh Mahfudz yaitu Dimyati, yang menjadi kiai di Tremas, menggantikan ayahnya Kiai Abdullah.

Kiai Dimyati memang punya andil besar dalam memajukan pondok pesantren Tremas. Tapi berkat reputasi Syeikh Mahfudz juga, Tremas menjadi dikenal lebih luas, padahal Syeikh Mahfudz sendiri belum pernah mengajar di Tremas, karena Syeikh Mahfudz mampu memperluas cakupan ilmu-ilmu yang dipelajari di pesantren-pesantren di Jawa, termasuk hadits dan ushul fiqh.

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *