Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia | Syaikh Abdush Shamad Al-Palimbani (2/3)

Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia

Nadzirin (Mbah Rien)

Penerbit : Mitra Gayatri- Lirboyo, Kediri

(lanjutan)

Di Mekkah dan Madinah, Syeikh Abdush Shamad banyak mempelajari berbagai disiplin ilmu kepada ulama-ulama besar pada masa itu, serta pada para ulama yang berkunjung ke sana. Walaupun beliau banyak menguasai berbagai disiplin ilmu, namun Syeikh Abdush Shamad mempunyai kecenderungan pada tasawuf. Karena itu, di samping belajar tasawuf di Masjidil Haram, beliau juga mencari guru lain untuk berguru kitab-kitab tasawuf yang tidak diajarkan di Masjidil Haram.

Guru-guru Syeikh Abdush Shamad

Beberapa guru-guru Syeikh Abdush Shamad yang masyhur dan berandil besar dalam proses peningkatan intelektual dan spiritualitasnya antara lain:

1. Syamsuddin al-Samatrani.

2. Abdul Rauf al-Jawi al-Fansuri (Abdul Rauf Singkel, atau Singkil-ed.).

3. Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi.

4. Abdul Al-Mun’im Al-Damanhuri.

5. Ibrahim Al-Rais.

6. Muhammad Murad.

7. Muhammad Al-Jawhari.

8. Athaullah Al-Mashri.

9. Syeikh Abdur Rahman bin Abdul ‘Aziz al- Maghribi.

Kepada beliau Syeikh Abdush Shamad belajar kitab Al-Tuhfatul Mursalah, karangan Muhammad Fadlullah al- Burhanpuri (w. 1030 H atau 1620 M).

10. Syeikh Muhammad bin Abdul Karim al- Sammani al-Madani (w. 1190 H/1776 M).

Kepada beliau Syeikh Abdush Shamad belajar kitab tauhid (suluk) Syeikh Mustafa al-Bakri (w. 1162 H atau 1749 M).

Syeikh Abdush Shamad bersama Muhammad Arsyad al-Banjari, Abdul Wahab Bugis dan Abdul-Rahman Masri Al-Batawi, mereka membentuk “empat serangkai” juga Dawud Al-Fatani dari Patani (Thailand Selatan), yang sama-sama menuntut ilmu di Makkah, mereka belajar Tarekat bersama- sama pada Syeikh Muhammad bin Abdul Karim al-Sammani. Selama belajar pada Syeikh Muhammad al-Samman, Syeikh Abdush Shamad dipercaya mengajar murid-murid Syeikh Muhammad al-Samman yang asli orang Arab. Karena itu, tarekat Syeikh Abdush Shamad banyak dipengaruhi Syeikh Muhammad al- Samman.

Dan dari Syeikh Muhammad al-Samman, Syeikh Abdush Shamad mengambil tarekat Khalwatiyyah dan Sammaniyyah. Sebaliknya, melalui Syeikh Abdush Shamad-lah tarekat Khalwatiyyah dan Sammaniyyah merebak subur dan berkembang tidak hanya di Palembang saja tetapi juga di wilayah Nusantara bahkan di Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina.

Masa-masa Mengajar

Syeikh Abdush Shamad memantapkan karirnya di Haramayn (Mekkah dan Madinah) dan mencurahkan waktunya untuk menulis dan mengajar. Meski demikian beliau tetap menaruh perhatian yang besar terhadap Islam dan kaum Muslim di negeri asalnya. Di Haramayn beliau terlibat dalam ‘komunitas Jawi’ yang membuatnya tetap tanggap terhadap perkembangan sosio-religius dan politik di Nusantara. Peran pentingnya tidak hanya karena keterlibatannya dalam jaringan ulama, melainkan lebih penting lagi karena tulisan-tulisannya, yang tidak hanya menyebarkan ajaran-ajaran sufisme tetapi juga menghimbau kaum Muslimin melancarkan jihad melawan kolonialis Eropa.

Dan tulisan-tulisannya itu dibaca secara luas di wilayah Melayu terutama Indonesia. Peranan dan perhatian tersebut memantapkan Syeikh Abdush Shamad sebagai ulama asal Palembang yang paling menonjol dan paling berpengaruh melalui karya-karyanya. Syeikh Abdush Shamad berperan aktif dalam memecahkan dua persoalan pokok yang saat itu dihadapi bangsa, baik di kesultanan Palembang maupun di kepulauan Nusantara, yaitu menyangkut dakwah Islamiyah dan kolonialisme Barat.

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *