Hati Senang

Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia | Syaikh Abdush Shamad Al-Palimbani (1/3)

Ulama-Ulama Kitab Kuning Indonesia Nadzirin (Mbah Rien) Penerbit : Mitra Gayatri- Lirboyo, Kediri

SYEIKH ABDUSH SHAMAD AL-PALIMBANI (1704 M. – 1788 M.)

 

Tentang Syeikh Abdush Shamad

Nama lengkapnya Abdush Shamad bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani. Menurut sumber yang lain nama lengkapnya adalah Abdush Shamad bin Abdur Rahman Al-Jawi Al-Palimbani. Lahir tahun 1116 H atau 1704 M. Wafat tahun 1788 M. Setelah menyelesaikan Sayr al- Salikin.

Abdush Shamad adalah putra Syeikh Abdul Jalil bin Syeikh Abdul Wahhab bin Syeikh Ahmad al-Mahdani (ada yang mengatakan al-Mahdali), seorang ulama keturunan Arab (Yaman) yang diangkat menjadi Mufti negeri Kedah (Malaysia) abad 18 M. Sementara ibunya, Radin Ranti adalah wanita asli Palembang. Ayah Abdush Shamad, Syeikh Abdul Jalil merupakan salah satu kunci pembuka dan pelopor perkembangan intelektual Nusantara.

Beliau juga seorang ulama besar sufi yang menjadi guru agama di Palembang. Latar belakang kedatangannya ke Palembang dalam upaya menyiarkan Islam sebagaimana banyak dilakukan oleh warga Arab lainnya pada waktu itu. Beliau juga sosok yang memiliki kontribusi penting bagi pertumbuhan Islam di dunia Melayu. Bahkan memiliki andil besar bagi nama Islam di Nusantara, berkaitan dengan kiprahnya di dunia Arab, terutama semasa beliau menimba ilmu di Mekkah.

Riwayat Hidup Abdush Shamad

Riwayat hidup Syeikh Abdush Shamad al- Palimbani sangat sedikit diketahui. Satu-satunya yang menginformasikan tentang dirinya hanya Al-Tarikh Salasilah Negeri Kedah (di Malaysia) yang ditulis Hassan bin Tok Kerani Mohammad Arsyad pada 1968 M.

Alkisah: Tengku Muhammad Jiwa yang merupakan putra mahkota (pangeran) Kedah (Malaysia), dalam pengembaraannya sampailah ke Palembang, dan bertemu dengan Syeikh Abdul Jalil (Ayah Syeikh Abdush Shamad). Selanjutnya Tengku Muhammad Jiwa berguru kepada Syeikh Jalil, bahkan mengikutinya mengembara ke berbagai negara sampai ke India. Dalam sebuah perjalanan, Tengku Muhammad Jiwa mendapat kabar bahwa Sultan Kedah telah mangkat (meninggal dunia). Tengku Muhammad Jiwa lalu mengajak gurunya itu (Syeikh Abdul Jalil) pulang bersamanya ke negeri Kedah.

Kemudian Tengku Muhammad Jiwa dinobatkan menjadi sultan pada tahun 1112 H. atau 1700 Μ. Dan Syeikh Abdul Jalil diangkat menjadi mufti Kedah kemudian dinikahkan dengan Wan Zainab, putri Dato’ Sri Maharaja Dewa, Sultan Kedah. Tiga tahun kemudian Syeikh Abdul Jalill kembali ke Palembang karena permintaan beberapa muridnya yang rindu padanya. Di Palembang ia menikah dengan Radin Ranti dan dikaruniai putra, Abdush Shamad.

Masa-masa Belajar

Al-Palimbani mengawali pendidikannya. di Kedah dan Pattani (Thailand Selatan). Selain di Negara Kedah dan Pattani, beliau juga belajar tentang tasawuf di Aceh. Dalam kitabnya Sayrh al-Salikin beliau menyebutkan nama Syamsuddin al-Samatrani dan Abdul Rauf al-Jawi al-Fansuri (Abdul Rauf Singkel) sebagai guru sufinya dari Aceh. Namun sumber lain mengatakan bahwa beliau bertemu dan berguru pada Syamsuddin al-Samatrani dan Abdul Rauf Singkel di Mekkah.

Setelah di rasa cukup mendapatkan pendidikan di Melayu, menginjak usia dewasa, beliau berangkat ke Makkah dan madinah untuk melanjutkan pengembaraannya dalam menimba ilmu.

(bersambung)

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.