Thariqah Alawiyah (I) | Pendahuluan : Riwayat Hidup Pengarang (2/4)

Thariqah 'Alawiyah Jalan Lurus Menuju Allah
Terjemah : al-Manhaj al-Sawi Syarh Ushul Thariqah al-Saadah Aali Ba’Alawi
Pengarang : Al Habib Zain bin Smith
Penerjemah : Ust. Husin Nabil Assegaf
Penerbit : Nafas

(lanjutan)

Habib Zain juga banyak meminta ijazah dari para guru kalangan Sadah ‘Alawiyyin dan para ulama di dunia Islam, seperti al-‘Allamah al-Habib Muhammad bin Hadi as-Saqqaf, al-‘Allamah al-Habib Ahmad bin Musa al-Habsyi, al-‘Allamah Alwi bin ‘Abbas al-Mâliki al-Makki, al-‘Allamah al-Habib Umar bin Ahmad bin Sumaith, al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha al Haddad, al-Habib ‘Abdulqadir bin Ahmad as-Saqqaf, al-Habib ad-Da’iyah Muhammad bin Abdullah al-Haddar, al-Habib al-Murabbi Hasan bin Abdullah asy-Syathiri, asy-Syaikh Umar Haddad, al-‘Allamah as Sayid Muhammad bin Ahmad asy Syathiri, dan lain-lain. Riwayat hidup mereka disebutkan secara rinci dalam catatan sanad beliau dan guru-gurunya.

Beliau menuntut ilmu di kota Tarim kurang lebih 8 tahun. Yang diisi dengan penuh kesungguhan dan mengambil bekal dari sumber-sumber yang murni di kota yang dikenal keberkahannya, banyaknya ulama, dan orang-orang saleh. Ditambah lagi di kota ini terdapat makam para wali, peninggalan para salaf, dan tempat tempat yang diberkahi yang membuatnya menjadi mulia.

Kota Baidha dan Habib Muhammad al-Haddar

Setelah 8 tahun menghabiskan waktu di kota Tarim, Habib Muhammad bin Salim bin Hafizh, gurunya, menyuruhnya untuk pindah ke kota Baidha-terletak di Yaman bagian selatan yang terjauh untuk mengajar di rubath kota ini dan agar turut serta dalam aktivitas dakwah di sana. Perintah gurunya ini setelah diminta oleh Mufti Baidha, Habib Muhammad bin Abdullah al Haddar.

Beliau menuju ke sana melalui kota ‘Adan, tempat tinggal Habib Salim bin Abdullah asy-Syathiri, salah seorang teman seangkatannya dan orang yang dicintainya. Ketika itu Habib Salim menjadi khatib dan imam di daerah Khaur Maksar, yang termasuk wilayah Adan. Ia memiliki perpustakaan yang penuh dengan kitab-kitab, yang selalu dikajinya dengan sungguh sungguh. Diskusi ilmiah sering berlangsung antara Habib Salim dan Habib Zain. Mereka juga sering melakukan muthala’ah (mengkaji) kitab-kitab di perpustakaan ini.

Kemudian beliau melanjutkan perjalanannya dari Khaur Maksar ke kota Baidha. Beliau disambut oleh Habib Muhammad al-Haddar yang sangat senang dengan kedatangannya. Sejak kedatangannya, beliau mengajar murid-murid, siang dan malam. Kemudian Habib Muhammad al-Haddar menikahkannya dengan putrinya. Beliau juga mengijazahkan riwayat-riwayatnya. Habib Zain pun menghadiri pelajaran-pelajaran dan majelis majelis umumnya. Beliau menganggapnya sebagai salah seorang guru terbesarnya meskipun beliau tidak membacakan banyak kitab kepadanya, sebagaimana kepada guru-gurunya yang lain.

Habib Zain merupakan tangan kanan Habib Muhammad al-Haddar, dan dimintai bantuannya untuk mengajar karena Habib Muhammad sering pergi berdakwah, menghadiri majelis majelis umum, dan memberikan wejangan-wejangan. Beliau pun terkadang menggantikan berkhutbah jika gurunya sedang melakukan perjalanan. Beliau juga menggantikan dalam memberi jawaban atas permintaan fatwa dalam masalah fiqih.

Habib Zain tinggal di kota Baidha lebih dari 20 tahun sebagai pelayan ilmu dan para penuntutnya, dan menjadi mufti dalam mazhab Syafi’i. Banyak yang mengambil manfaat darinya. Sejumlah siswa yang menonjol, para ulama, dan da’i’ menyelesaikan pelajarannya pada beliau. Bersama beberapa muridnya, beliau pun suka berdakwah ke banyak desa yang tersebar di sekitar kota Baidha.

Selama di rubath Baidha, beliau benar-benar berjuang, beribadah, dan menempa diri dengan kesungguhan dan keseriusan dalam muthala’ah (mengkaji) kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, dan lain-lain, juga membaca kitab-kitab salaf. Beliau memiliki semangat yang tak kenal jemu dalam mengajar, mendidik murid murid, dan membimbing mereka yang kurang pandai.

Beliau memiliki kedudukan tersendiri di sisi Habib Muhammad al-Haddar. Sehingga bila suatu persoalan ilmiah diajukan kepada Habib Muhammad dan dijawab oleh Habib Zain, maka Habib Muhammad mengatakan, “Jika Habib Zain telah menjawab maka tak perlu lagi ada komentar.” Begitulah penilaian Habib Muhammad, karena beliau sangat percaya dengan ilmu Habib Zain.

Di tengah-tengah masa ini, beliau sempat melakukan beberapa perjalanan di musim haji dan musim-musim ziarah yang mempertemukan beliau dengan banyak ulama dan orang saleh, sehingga dapat menimba ilmu dan meminta ijazah dari mereka.

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *