Thariqah Alawiyah (I) | Bab 1 : Perkataan Salaf dan Khalaf Mengenai Keutamaan Ilmu dan Ahli Ilmu (1/4)

Thariqah 'Alawiyah Jalan Lurus Menuju Allah
Terjemah : al-Manhaj al-Sawi Syarh Ushul Thariqah al-Saadah Aali Ba’Alawi
Pengarang : Al Habib Zain bin Smith
Penerjemah : Ust. Husin Nabil Assegaf
Penerbit : Nafas

Ketahuilah bahwa keutamaan ilmu diketahui oleh setiap orang, karena ilmu dikhususkan bagi manusia. Kecuali ilmu, semua hal dimiliki oleh manusia dan hewan, seperti keberanian, kekuatan, kasih sayang, dan sebagainya. Dengan ilmu, Allah menampakkan keutamaan Nabi Adam dibanding para malaikat dan memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya. Ilmu juga merupakan sarana untuk mencapai kebahagiaan abadi jika perbuatannya sesuai tuntutan ilmu.

Amirul-Mukminin Imam Ali bin Abu Thalib ra. mengatakan, “Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjagamu, sedangkan harta, engkau yang menjaganya. Ilmu bertambah dengan diberikan, sedangkan harta berkurang jika dibelanjakan. Ilmu adalah penguasa, sedangkan harta adalah yang dikuasai. Ilmu memberikan kepada seorang alim ketaatan dalam hidupnya dan nama baik setelah kematiannya. Mencintai ilmu merupakan ajaran agama. Adapun harta manfaatnya hilang bila tak ada. Para penyimpan harta telah mati ketika mereka masih hidup, sedangkan para ulama tetap hidup selamanya. Fisik mereka bisa hilang, tetapi gambaran mereka tetap ada di dalam hati.

Beliau juga mengatakan,

النَّاسُ مِنْ جِهَةِ التَّمْشِيلِ أَكْفَاءُ ابُوهُمْ آدَمُ وَالْأُمُّ حَوَّاءُ
فَإِن يَكُنْ لَهُمْ فِي أَصْلِهِم شَرَفْ يُفَاحَرُوْنَ بِهِ، فَالطَّيْنُ وَ الْمَاءُ
ما الفَخرُ إِلا لِأَهْلِ العِلْمِ إِنَّهُمُ عَلَى الْهُدَى لِمَنِ اسْتَهْدَى أَدلاء
وَالْجَاهِلُونَ لِأَهْلِ الْعِلْمِ أَعْدَاء وَقَدْرُ كُلِّ امْرِئٍ مَا كَانَ يُحْسِنُهُ
فَفُرْ بِعِلْمٍ تَعش حَيًّا بِهِ أَبَدًا النَّاسُ مَوْتَى وَ أَهْلُ الْعِلْمِ أَحْيَاء

Gambarannya, manusia adalah sama, Ayah mereka Adam dan ibu mereka Hawa

Jika mereka punya kemuliaan dalam asal mereka yang dapat dibanggakan, maka hanyalah tanah dan air

Bukanlah kebanggaan selain milik ahli ilmu, sungguh mereka petunjuk hidayah bagi yang mencarinya

Nilai setiap orang bergantung pada bagusnya ilmu dan orang jahil terhadap ahli ilmu adalah musuh

Raihlah ilmu, dengannya kau akan hidup selamanya

Manusia mati dan ahli ilmu tetap hidup

Beliau juga mengatakan, “Cukuplah ilmu sebagai sesuatu yang mulia. Orang yang tak memilikinya suka mengakuinya dan senang bila dinisbahkan dengannya (dianggap orang yang berilmu). Dan cukuplah kejahilan sebagai sesuatu yang tercela karena orang yang jahil ingin berlepas diri darinya dan akan marah bila dinisbahkan dengannya (bila dianggap orang yang jahil).”

Imam al-Hasan al-Bashri mengatakan, berkaitan dengan firman Allah Ta’ala :

رَبَّنَا عَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Tuhan kami, berilah kami di dunia ini kebahagiaan dan di akhirat nanti kebahagiaan dan peliharalah kami dari api neraka.”(QS.al-Baqarah: 201) :

“Kebahagiaan di dunia adalah ilmu dan ibadah, sedangkan kebahagiaan di akhirat adalah surga.”

Beliau juga mengatakan, “Seandainya ilmu mempunyai bentuk, niscaya bentuknya lebih bagus daripada bentuk matahari, bulan, bintang, dan langit.” Ibnu Abbas mengatakan, “Nabi Sulaiman diperintahkan untuk memilih antara ilmu, harta, dan kerajaan. Ternyata beliau memilih ilmu, lalu Allah memberinya harta dan kerajaan.”

Nabi Isa mengatakan, “Barangsiapa yang belajar, beramal, dan mengajar, maka dia dipanggil sebagai orang yang agung di alam langit.”

Abu ad-Darda’ mengatakan, “Orang alim dan orang yang belajar sama-sama berada dalam kebaikan, dan manusia selainnya adalah liar, tak ada kebaikan pada mereka.”

Abu Muslim al-Khaulani1 mengatakan, “Perumpamaan ulama di bumi adalah bagaikan bintang di langit. Ketika tampak, manusia mendapatkan petunjuk darinya, dan ketika hilang menjadikan mereka bingung.”

Abu al-Aswad ad-Duali2 mengatakan, “Tak ada sesuatu yang lebih mulia dibandingkan ilmu. Para raja menjadi penguasa atas manusia, sedangkan ulama menjadi penguasa atas para raja.”

Sufyan bin Uyainah3 mengatakan, “Di dunia ini tidak ada pemberian yang lebih utama dibanding kenabian dan setelah kenabian tidak ada yang lebih utama dibanding ilmu dan fiqih Beliau kemudian ditanya, “Tentang siapa ini?” Beliau mengatakan, “Tentang fuqaha semuanya.”

Asy-Syafi’i mengatakan, “Barangsiapa yang menginginkan dunia, hendaklah dia meraihnya dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, hendaklah dia meraihnya dengan ilmu. Karena keduanya membutuhkan ilmu.” Beliau juga mengatakan, “Barangsiapa yang tidak menyukai ilmu, tidak ada kebaikan padanya, karena sesungguhnya ilmu itu kehidupan bagi hati dan pelita bagi pandangan.”

(bersambung)

Catatan:

  1. Seorang tabi’in besar, Abu Muslim Abdullah bin Tsuwab al-Khaulani ad-Daráni (wafat 62 H), termasuk cendekiawan, seorang yang zuhud, dan filosof. Beliau masuk Islam di masa Rasulullah Saw. dan memasuki Madinah pada masa kekhalifahan. Abu Bakar Adz-Dzahabi menggelarinya Sayyid at-Tabi’in dan Zahid al-‘Ashr. Di Syam terdapat sebuah makam yang diziarahi orang yang konon adalah makamnya.
  2. Abu al-Aswad Zhâlim bin ‘Amr ad-Duali al-Kinâni (wafat 69 H), peletak dasar ilmu nahwu dan orang pertama yang memberikan tanda titik dalam mushaf. Beliau seorang faqih, penyair, dan pahlawan. Menjabat sebagai Amir Bashrah pada masa Imam Ali ra.
  3. Seorang yang sangat alim, mufassir, dan hafizh, Syaikh al-Islam Abu Muhammad Sufyan bin ‘Uyainah al-Hilali al-Küfi (107-197 H), ahli hadits di Makkah. Dilahirkan di Küfah, kemudian tinggal di Makkah dan wafat di sana. Beliau seorang imam, menjadi rujukan, hafizh, dan memiliki ilmu yang luas. Imam asy-Syafi’i pernah mengatakan, “Kalau tidak ada Malik dan Sufyân, niscaya ilmu orang Hijaz hilang.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *