Ta’wil Mimpi Tentang Zakat, Sedekah, dll. & Puasa – Tafsir Mimpi

TAFSIR MIMPI
Menurut Al-Qur’an & As-Sunnah
Judul Asli: Tafsīr-ul-Aḥlām
(Penerbit: Maktabah ash-Shafa, Kairo)
Penulis: Muhammad Ibnu Sirin
 
Penerjemah: Dr. M. Syihabuddin, M.A. dan Asep Sopian, S.Pd
Penerbit: GEMA INSANI

12.

Ta’wīl Mimpi Tentang Zakat, Sedekah, Memberi Makan, dan Zakat Fithrah.

 

Ustādz Abū Sa‘ad mengatakan bahwa jika bermimpi menunaikan zakat māl dengan memenuhi segala persyaratannya, dia akan memperoleh harta dan kekayaan karena Allah s.w.t. berfirman:

“….Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah, itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahala)nya.” (ar-Rūm: 39).

Mimpi bersedekah memiliki makna yang beragam sesuai dengan keragaman para pelaku mimpi. Jika ‘ulamā’ bermimpi mengeluarkan zakat, dia akan menyebarkan ilmunya kepada khalayak. Jika penguasa bermimpi mengeluarkan zakat, dia akan berkuasa atas beberapa kaum. Jika pedagang bermimpi demikian, sejumlah kaum akan bersimpati terhadap usahanya. Jika pegawai bermimpi demikian, dia akan menularkan keahliannya kepada karyawannya. Jika bermimpi memberi makan kepada kaum miskin, dia terlepas dari kebingungannya dan selamat dari sesuatu yang dikhawatirkannya. Jika bermimpi memberi makan kepada kaum kafir, berarti dia akan mendukung musuh.

Orang miskin dita’wīlkan dengan orang yang mendapat ujian.

Jika bermimpi menunaikan zakat fitrah, dia akan banyak mendirikan shalat dan tasbīḥ karena Allah s.w.t. berfirman:

Sungguhnya beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.” (al-A‘lā: 14-15).

 

13.

Ta’wīl Mimpi Tentang Puasa dan Berbuka.

 

Ustādz Abū Sa‘ad mengatakan bahwa para pena’wīl berikhtilaf tentang makna mimpi puasa. Di antara mereka berpendapat, jika seseorang mimpi berada di bulan Ramadhān, menunjukkan pada mahalnya harga barang dan langkanya makanan. Pena’wīl lain berpendapat bahwa mimpi itu menunjukkan pada kebaikan agama si pelaku mimpi, terlepas dari kebingungan, sembuh dari penyakit, dan terbayarnya utang.

Jika bermimpi puasa Ramadhān hingga dia berbuka, dia akan memperoleh penjelasan atas keraguan yang tengah dihadapinya sebab Allah s.w.t. berfirman:

“….Al-Qur’ān, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembela (antara yang benar dan yang batil).….” (al-Baqarah: 185).

Jika pelaku mimpi itu seseorang yang ummiy, dia akan dapat menghafal al-Qur’ān. Jika mimpi berbuka pada puasa Ramadhān secara sengaja dan karena ingkar, dia akan mengentengkan sejumlah syari‘at. Jika mimpi mengakui hakikat puasa dan ingin menuntaskannya, dia akan dianugerahi rezeki dengan segera tanpa diduga-duga.

Pena’wīl lain mengatakan bahwa jika mimpi berbuka puasa pada bulan Ramadhān, dia akan meraih kesucian diri. Pena’wīl lain memaknainya bahwa pelaku mimpi akan melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan keridhaan Allah karena Dia berfirman:

“….Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa)..…” (al-Baqarah: 184).

Pena’wīl lain mengatakan bahwa jika mimpi berbuka secara sengaja pada bulan Ramadhān, dia akan membunuh seseorang dengan sengaja. Jika bermimpi membunuh seorang Mu’min dengan sengaja, dia akan berbuka pada bulan Ramadhān dengan sengaja. Jika bermimpi puasa dua bulan berturut-turut sebagai puasa kaffarat, dia akan bertobat dari dosa yang tengah dilakukannya. Jika bermimpi mengqadha puasa Ramadhān setelah bulan itu habis, dia akan sakit. Jika bermimpi puasa sunnah, dia takkan sakit pada tahun itu sebab dalam khabar ditegaskan: “Puasalah, kamu menjadi sehat.”

Jika bermimpi puasa sepanjang hayat, dia akan menjauhi berbagai kemaksiatan. Jika bermimpi puasa karena selain Allah s.w.t., karena riyā’ dan sum‘ah, dia takkan memperoleh apa yang dicarinya. Jika bermimpi melihat seseorang yang biasa puasa selamanya itu berbuka, dia akan mengumpat seseorang atau membuat orang lain sakit dengan sangat parah. Jika bermimpi puasa tanpa mengetahui apakah puasa fardhu atau sunnah, dia wajib membayar nadzarnya karena Allah s.w.t. berfirman:

“…. Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (Maryma: 26).

Mungkin pula dia mesti diam karena asal makna puasa adalah diam. Jika bermimpi seolah-olah dirinya berada pada hari raya, dia akan keluar dari kebingungan; kembali kepada kebahagiaan dan kemudahan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *