Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 9 : Ketercelaan Dunia dan Angan Angan (1/11)

Menerangi Qalbu
Manusia Bumi, Manusia Langit
Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy
Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

BAB IX

KETERCELAAN DUNIA DAN ANGAN-ANGAN

Allah Ta’ala berfirman, “Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah,1

Allah Ta’ala berfirman,…”dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.2

Al-gharur adalah ketergantungan hati pada sesuatu yang sebenarnya udak layak dijadikan pegangan. Seperti kebergantungan orang alim pada ilmunya, kebergantungan hakim pada kebijaksanaannya, kebergantungan seorang zahid pada kezuhudannya, kebergantungan si tukang maksiat pada penangguhan hukuman dari Allah terhadap dirinya, dan kebergantungan si kaya pada kekayaannya.

Di masyarakat umum sering terjadi kesalahpahaman antara al-ghurur (keterperdayaan) dan ar-raja’ (pengharapan). Misalnya, mereka terus menerus melakukan perbuatan buruk sambil bergantung pada keluasan rahmat Allah Ta’ala dan banyaknya nikmat karena tidak memahami perbedaan antara raja’ dan ghurur. Padahal raja’ hanya akan menjadi nyata saat ada sebab-sebab kebahagiaan dan kemenangan. Harunya seorang hamba melakukan ketaatan, baru kemudian berharap amalnya diterima. Sedangkan al-ghurur terjadi saat tidak adanya sebab-sebab kebahagiaan dan kemenangan. Oleh karena itu, janganlah engkau menjadi bagian dari mereka yang mencari akhirat tanpa beramal salih, lalu menunda nunda tobat dengan angan-angan kosong. Jangan sampai engkau bicara dunia bak seorang zahid tetapi berbuat dengan amalan para pecinta dunia yang kalau pun diberi dunia, dia tidak akan kenyang, dan jika tidak diberi, dia tidak merasa cukup.

Dia mengharap keselamatan, tetapi dia tidak menempuh jalan-jalannya. Padahal perahu takkan pernah bisa jalan di daratan.

Keterperdayaan terbesar di antaranya adalah terus menerus melakukan perbuatan dosa karena memiliki harapan akan ampunan dari Allah, yang bahkan tidak disertai penyesalan. Yang lainnya adalah mengharap-harap dekat dengan Allah tanpa melakukan ketaatan. Mengharap panen surga dengan menanam benih neraka. Mencari tempat orang orang yang taat dengan melakukan maksiat. Allah Ta’ala berfirman, “Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan amal yang sholeh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amal mengerjakan buruklah apa yang mereka sangka itu. 3Yakni, orang-orang yang melakukan dosa dan amalan tercela itu menyangka bahkan kelak di akhirat mereka akan disamakan dengan orang-orang yang beramal shalih? Tidak mungkin! Buruk sekali apa yang mereka sangka itu.

(bersambung)

Catatan:

  1. QS. Luqman (31): 33
  2. QS al-Hadid [57]: 14
  3. QS. al Jatsiyah [45]: 21

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *