Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 7 : Tobat (2/10)

Menerangi Qalbu
Manusia Bumi, Manusia Langit
Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy
Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

(lanjutan)
Di dalam satu riwayat disebutkan, ketika Allah memberi tangguh kehidupan kepada Iblis sampai Hari Kiamat, Iblis berkata kepada-Nya, “Demi kemuliaan-Mu, aku sungguh tidak akan keluar dari hati anak Adam selama ia masih memiliki ruh.” Allah Ta’ala berfirman, “Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menghalangi manusia untuk bertobat selama ruh mereka berada di dalam tubuh.” Iblis berkata, “Aku sungguh akan menggoda mereka, semuanya.” Allah berfirman, “Aku pasti akan menutupi kejelekan-kejelekan mereka.” Iblis berkata, “Aku akan mendatangi mereka dari arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kirinya.
Ketika Iblis mengungkapkan itu, dalam diri malaikat timbul rasa kasih kepada manusia. Kemudian Allah mewahyukan kepada malaikat bahwa sesungguhnya masih tersisa bagi manusia arah atas dan bawah. “Apabila manusia mengangkat tangannya untuk berdoa dengan penuh kerendahan hati, atau meletakkan mukanya di atas tanah bersujud penuh kekhusyukan, pasti dosa-dosanya akan Kuampuni, Aku tidak perduli,
Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima tobat dari si pendosa di siang hari, dan Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima tobat dari si pendosa di malam hari, hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya.” (HR. Muslim dan an-Nasa’i).
Pada saat matahari terbit dari tempat terbenamnya, Allah tidak akan menerima iman orang kafir juga tobat orang mukmin. Itulah di antara makna firman Allah Ta’ala, “Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.1

At-Tirmidzi dan al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya di arah barat ada satu pintu yang luasnya sejarak empat puluh tahun atau tujuh puluh tahun perjalanan. Sejak penciptaan langit dan bumi, Allah Azza wa Jalla membukakan pintu itu untuk tobat, dan Dia tidak menutupnya sampai matahari terbit dari arah itu.2
Di dalam riwayat lainnya Rasulullah saw bersabda, “Seorang hamba terjerumus dalam suatu dosa, lalu dia berkata, Ya Rabb, aku telah terjerumus pada perbuatan dosa, ampunkanlah dosaku itu. Maka Tuhannya akan berkata,‘Hamba-Ku tahu bahwa dia mempunyai Tuhan Yang Pengampun dan menghukum karena dosa. Aku sungguh telah mengampuninya.’ Kemudian dia berlaku sesuai dengan yang Allah kehendaki. Namun kemudian dia terjerumus dosa lagi, lalu berkata. ‘Ya Rabb, aku telah terjerumus pada perbuatan dosa yang lain. Ampunkanlah dosaku.’ Tuhannya berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia mempunyai Tuhan Yang Pengampun dan menghukum karena dosa. Aku sungguh telah mengampuninya. Maka berbuatlah sesukanya’.
Al-Hafizh Ibn Hajar ra berkata di dalam al-Fath [al-Bari-(ed.)]. “Yang dimaksud dengan sabda Nabi saw., ‘maka berbuatlah sesukanya,’ adalah selama sang hamba berdosa, beristigfar dan bertobat, Allah akan mengampuninya. Tobat dan istighfarnya merupakan kifarat bagi dosa-dosanya. Yang dimaksud bukan berarti dia berdosa, lalu beristighfar dengan lisannya tanpa melepaskan dosanya, kemudian kembali kepada dosa yang semisal. Hal seperti itu disebut tobat para pembohong.”
(bersambung)

Catatan:

  1. QS. Al-An’am [6]: 158
  2. At-Tirmidzi menyebutkan, hadits ini berkualitas hasan shahih. Redaksi yang ditutur di atas adalah redaksi dari al-Baihaqi, dengan kualitas marfu’.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *