Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 6 : Wali dan Karamah-Penghuni Kubur (1/2)

Menerangi Qalbu
Manusia Bumi, Manusia Langit
Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy
Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

Ketahuilah bahwa penghuni alam kubur itu hidup dengan kehidupan sesudah mati. Mereka berpikir, mendengar, melihat dan mengetahui orang yang berziarah serta menjawab orang yang mengucapkan salam. Mereka saling berkunjung sesama penghuni kubur. Mereka juga merasakan rasa sakit orang-orang yang masih hidup di dunia. Dari mereka muncul sesuatu yang hebat dengan kuasa Allah. Mereka merasakan nikmat kubur atau siksa kubur. Amal baik orang yang masih hidup diperlihatkan kepada mereka. Jika yang mereka lihat adalah amal kebaikan, mereka memuji Allah, merasa gembira dan mendoakan pelakunya agar bertambah-tambah kebaikan dan senantiasa berada dalam kebaikan. Apabila yang mereka lihat dari penghuni dunia itu adalah amal buruk, mereka berdoa untuk pelakunya, “Ya Allah, kembalikanlah mereka kepada ketaatan dan tunjukilah mereka sebagaimana Engkau telah menunjuki kami. Sungguh, mereka beramal bukan dengan amal baik.

Para penghuni kubur itu juga mengetahui keadaan mereka yang masih di dunia bukan sekadar amal-amalnya saja. Sungguh, mati hanyalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Apa yang kami uraikan ini berdasarkan sunnah dan kesepakatan umat.

Tentang ketegasan bahwa orang-orang yang telah mati itu hidup di alam lain, telah kami jelaskan dalam pasal ziarah. Kehidupan mereka tak ubahnya kehidupan orang yang hidup di dunia, mereka bisa mendengar. Al-Bukhari meriwayatkan hadits marfu’, “Sesungguhnya mayit apabila telah dikubur dan orang-orang yang mengantarnya beranjak pulang, ia mendengar suara sandal mereka saat mereka beranjak pergi.

Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa usai Perang Badar, Rasulullah saw. melemparkan orang-orang kafir yang mati saat peperangan itu ke dalam qalib (sumur yang tidak permanen). Beberapa hari setelah kematian mereka, Rasulullah mendatangi sumur itu, lalu memanggil mereka dengan menyebut masing-masing berikut nama bapaknya, “Hai fulan ibn fulan … (sampai selesai semuanya disebut), apakah kebenaran yang telah dijanjikan Tuhan kalian kepada kalian itu benar adanya? Karena sesungguhnya aku mendapati apa yang dijanjikan Tuhanku kepadaku itu sungguh benar adanya.

Umar bertanya kepada beliau, “Ya Rasulullah, apa engkau mengajak bicara mereka yang sudah mati?” Rasulullah saw.bersabda, “Demi Dia Yang telah mengutusku membawa kebenaran, pendengaranmu tidak lebih tajam daripada mereka!

Orang yang telah mati juga mengetahui orang-orang yang berkumpul menziarahinya, dan dia merasa senang dengan kedatangan mereka. ‘Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah hamba menziarahi kubur saudaranya dan duduk di sampingnya, melainkan saudaranya itu akan ramah dan menjawabnya, sampai dia beranjak pulang.” (HR. Al-Khatib dan Ibnu ‘Asakir).

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seorang melewati kuburan orang yang ia kenal, lalu mengucap salam, yang di kubur itu menjawabnya, dan dia juga mengenalinya. Kemudian kalau ia melewati kuburan orang yang tidak ia kenal dan mengucap salam kepadanya, yang dikubur juga akan menjawab salamnya.” (H.R. Al-Baihaqi dan Ibnu Abi ad-Dunya).

Para penghuni kubur hidup layaknya orang yang masih hidup di dunia, saling mengunjungi dan bertemu. Rasulullah saw bersabda, “Perbaguslah kain kafan orang-orang yang mati di antara kalian, sebab mereka akan saling berbangga-bangga dan saling mengunjungi di dalam kubur mereka.” (H.R. Al-Baihaqi).

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *