Hati Senang

Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 10 : Tawakal Tafwidh dan Ikhlas (4/4)

Menerangi Qalbu Manusia Bumi, Manusia Langit Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

(lanjutan)

Yahya ibn Mu’adz pernah ditanya, “Kapankah seseorang dikatakan berlindung kepada Allah?” dia menjawab, “Bila hatinya terputus dari segala hubungan yang ada atau tidak ada, dan dia ridha Allah menjadi wakil-nya.

Di dalam satu riwayat diceritakan bahwa suatu hari sekelompok orang masuk menemui al-Junaid r.a., lalu mereka berkata kepadanya, “Kami mencari rezeki kami.” Al-Junaid berkata, “Bila kalian tahu di mana rezeki kalian, maka carilah ia.” Mereka berkata, “Kami memohon hal tersebut kepada Allah.” Al-Junaid berkata, “Bila kalian tahu bahwa Allah melupakan kalian, maka ingatkanlah Dia.” Mereka berkata, “Kalau begitu kami akan coba masuk ke rumah dan bertawakal kepada Allah.” Al-Junaid berkata, “Coba-coba terhadap Allah sungguh merupakan keraguan yang amat membahayakan.” Mereka berkata, “Lalu bagaimana triknya?” Al-Junaid menjawab, “Meninggalkan muslihat.” Dalam syair dikatakan,

Tinggalkan penyanggahan, sebab rezeki bukan urusanmu

tidak pula aturan pergerakan jagat raya

Jangan bertanya kepada Allah tentang perbuatan-Nya

siapa menyelami gelombang samudera pasti binasa

Hatim al-Ashamm adalah murid Syaqiq al-Balkhi. Suatu hari, Syaqiq al-Balkhi bertanya kepadanya, “Sudah berapa lama engkau bersahabat denganku?” Hatim al-Ashamm menjawab, “Tiga puluh tiga tahun.” Syaqiq al-Balkhi bertanya lagi, “Apa yang telah engkau pelajari selama itu?” Hatim al-Ashamm menjawab, “Delapan perkara.” Syaqiq al-Balkhi berkata, “Inna lillāhi wa inna ilaihi rāji’un. Usiaku lenyap bersamamu, namun engkau hanya mempelajari delapan perkara. Lalu apa delapan perkara itu?” Hatim al-Ashamm menjawab, “Pertama, aku perhatikan manusia dan kudapati masing-masing mereka mencintai sesuatu, namun yang dicintainya itu tidak selalu bersamanya. Bila dia masuk ke dalam kubur, yang dicintainya itu meninggalkannya. Karena itulah aku menjadikan kebaikan sebagai kekasihku. Bila aku masuk ke dalam kubur, maka kekasihku akan selalu bersamaku.

Kedua, aku perhatikan firman Allah, Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya),[efn_note]1. QS. an-Nazi’at [79]: 40-41[/efn_note] Aku tahu bahwa firman Allah itu sungguh benar. Karena itu aku memaksa diriku memerangi hawa nafsu hingga kokoh dalam ketaatan kepada Allah. Ketiga, aku perhatikan manusia dan kudapati masing-masing dari mereka memiliki sesuatu yang dianggapnya berharga dan bernilai sehingga selalu ia jaga. Kemudian aku perhatikan firman-Nya, Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal[efn_note]2. QS. an-Nahl [16]: 96[/efn_note]. Ketika aku memiliki sesuatu yang berharga dan bernilai, aku menghadapkannya kepada Allah Ta’ala, agar ia tetap abadi bagiku.

Keempat, aku perhatikan manusia dan kudapati masing-masing dari mereka merujuk kepada harta, kecukupan, kemuliaan dan keturunan. Saat kuperhatikan, ternyata semua itu tiada berharga. Kemudian aku memperhatikan firman Allah, Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu,[efn_note]3. QS. al-Hujurat [49]: 13[/efn_note]. Maka akupun menuju taqwa agar mulia di sisi Allah. Kelima, aku perhatikan manusia dan kudapati mereka saling mencela dan mengutuk. Aku tahu bahwa asal mula semua itu adalah hasud. Kemudian aku memperhatikan firman-Nya, Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.[efn_note]4. QS. az-Zukhruf [43]: 32[/efn_note] Karena itulah aku meninggalkan sifat hasud dan permusuhan. Aku tahu bahwa yang Allah bagikan untukku merupakan sesuatu yang semestinya. Keenam, aku perhatikan manusia saling menzalimi dan bermusuhan satu sama lain. Namun aku perhatikan bahwa musuhku yang sebenarnya adalah setan, sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala, Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu,[efn_note]5. QS. Fathir [35]: 6[/efn_note]. Lalu aku memusuhinya dan aku mencintai manusia seluruh-nya.

Ketujuh, aku memperhatikan manusia dan kudapati mereka selalu mencari harta yang banyak hingga karena harta itu mereka menghinakan diri sendiri. Kemudian aku perhatikan firman Allah, Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.[efn_note]6. QS. Hud [11]: 6.[/efn_note] Aku menyadari bahwa aku termasuk makhluk yang tentunya diberi rezeki. Karena itulah aku sibuk dengan Allah Azza wa Jalla dan meninggalkan segala sesuatu selain Dia.

Kedelapan, aku memperhatikan makhluk dan kudapati mereka bertawakal kepada sesama makhluk. Yang ini bertawakkal kepada niaganya, yang ini kepada industrinya, yang ini kepada kesehatan badannya. Setiap makhluk bertawakal kepada makhluk yang lainnya. Kemudian aku merujuk firman Allah Ta’ālā, Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.[efn_note]7. QS. ath-Thalaq [65]: 3.[/efn_note] Karena itulah aku bertawakal kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Syaqiq al-Balkhi akhirnya berkata, “Mudah-mudahan Allah memberimu taufik. Engkau benar-benar telah menghimpun semua perkara.

Al-Imam as-Suyūthi berbicara mengenai kata al-marjan:

“Ibn ‘Abbās (seorang sahabat nabi-ed.),berkata, ‘Setiap tahun Khidir dan Ilyas selalu bertemu pada suatu musim. Lalu (setelah pertemuan) keduanya berpisah dengan meninggalkan kalimat-kalimat ini: “Bismillahi, màsyà Allahu la yasuqul-khoira illallah, màsyà Allahu là yashrifus-su’a illallah, mà syà Allahu mà kàna min ni’matin fa minallàh, mã syà Allahu wa là haula wa la quwwata illa billāh.[efn_note]terjemahan: Dengan menyebut nama Allah, apa pun yang Allah kehendaki, maka tiada yang menggiring kebaikan selain Allah. Apa pun yang Allah kehendaki, maka tiada yang yang memalingkan keburukan selain Allah. Apa pun yang Allah kehendaki, maka apa yang merupakan kenikmatan berasal dari Allah. Apa pun yang Allah kehendaki, maka tiada upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.[/efn_note] Kemudian Ibn ‘Abbas berkata, ‘Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan sore hari sebanyak tiga kali, Allah akan menyelamatkannya dari ketenggelaman, kebakaran, pencurian, dari setan dan raja, serta dari ular dan kalajengking.”

Karena itu setiap murid perlu mengamalkan ini. Amalan ini bisa menjadi sebab lahirnya tawakal.

Sebagai pelengkap, kami ingin memberi penegasan tentang ikhlas, Allah Ta’ala berfirman, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya me-nyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.“[efn_note]9. QS. al-Bayyinah [98]: 5.[/efn_note]

Dalam atsar diceritakan, “Sesungguhnya apabila hari kiamat telah terjadi, maka datanglah ikhlas dan syirik. Keduanya berkumpul di hadapan Allah Ta’ālā. Allah berfirman kepada ikhlas, ‘Pergilah engkau dan ahlimu ke dalam surga.’ dan Dia berfirman kepada syirik, ‘Pergilah engkau dan ahlimu ke dalam neraka.

Ikhlas adalah perbuatan hati yang tidak bisa dilihat selain oleh Allah. Ikhlas adalah engkau beribadah kepada Allah dengan totalitas dirimu dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Dia berfirman, “Dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya,[efn_note]”10. QS. al-Kahfi [18]: 110.[/efn_note]

Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas ialah pembeningan hati dari seluruh campuran. Rasulullah saw, bersabda, “Aku bertanya kepada Jibril mengenai ikhlas, dan Jibril berkata, ‘Aku bertanya kepada Allah Azza wa Jalla mengenai ikhlas, dan Allah berfirman, Ikhlas adalah satu rahasia dari rahasia-rahasia-Ku yang aku letakkan di dalam hati hamba-Ku yang Aku cintai, “[efn_note]Hadis ini diriwayatkan oleh al-Qusyairi di dalam ar-Risalah dengan sanad yang lemah. Diriwayatkan pula oleh sejumlah hafizh di dalam musalsalah mereka, dan masing-masing perawi yang berada dalam silsilah periwayatannya menggunakan redaksi, “Aku bertanya kepada si fulan tentang apa yang disebut ikhlash…“[/efn_note]

Lawan dari ikhlas adalah riya. Jadi barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan tanpa disertai riya, berarti ia ikhlas.[]

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.