Hati Senang

Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 10 : Tawakal Tafwidh dan Ikhlas (1/4)

Menerangi Qalbu Manusia Bumi, Manusia Langit Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

BAB X

TAWAKAL, TAFWĪDH DAN IKHLAS1

Allah Ta’ālā berfirman, “Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati.”2

“Dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang ber-iman harus bertawakal.”3

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”4

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. “5

“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. “6

‘Umar r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Apabila kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenarnya, pasti Dia akan memberimu rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada para burung. Burung-burung itu berangkat pagi dalam keadaan perut yang kempis dan pulang di waktu sore dalam keadaan perut kenyang.” (HR. al-Imam Ahmad, an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan al-Hakim)

Al-Imam ath-Thabrāni, Abū Ya’lā, al-Hakim dan yang lainnya me- riwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ingin menjadi orang yang paling kuat, maka hendaklah dia bertawakal kepada Allah.

Di dalam riwayat lain ath-Thabrani dan al-Baihaqi juga meriwayatkan bahwa apabila keluarga Rasulullah saw. sedang mengalami kesempitan, beliau menyuruh mereka mendirikan shalat, kemudian beliau membacakan ayat, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.7

Al-Imam Ahmad di dalam kitab az-Zuhd, dan Ibn Abi Hatim meriwayatkan di dalam kitab asy-Syu’ab, bahwa Tsäbit berkata, “Apabila keluarga Nabi saw. sedang mengalami kemiskinan, beliau menyeru mereka untuk mendirikan shalat: Shalat! Shalat!” Tsabit juga berkata, “Para nabi meminta pertolongan dengan shalat bila menghadapi suatu masalah.

Al-Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah saw. membicarakan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab, lalu beliau ditanya, “Wahai Rasulullah saw., siapakah mereka itu?” dan beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak memakai guna-guna atau mantera, tidak mencarinya, tidak meramal dengan burung, tidak berobat dengan besi panas, dan mereka bertawakal kepada Allah.” Yakni mereka yang beriman sempurna, yang tidak memiliki satu pun perilaku jahiliyah, seperti memakai mantera, meramal dengan burung atau lainnya, dan berlebihan dalam meyakini cara berobat dengan besi yang dipanaskan.

Intinya, berlindung kepada sesuatu yang memiliki unsur kemusyrikan. Adapun orang yang memakai mantera atau mencarinya dalam Alqur’an dan hadis Nabi saw., atau berobat dengan besi yang dipanaskan dengan keyakinan bahwa hal itu hanya merupakan sebab wasilah dan hakikat kesembuhannya dari Allah Ta’ālā, maka insya Allah tidak akan membahayakan.

Tawakal merupakan hal yang mesti adanya bagi kesempurnaan iman, karena tawakal berarti berserah diri kepada Sang Pencipta tanpa memandang makhluk. Barangsiapa bertawakal kepada Allah, Allah akan memberinya kecukupan. Dan barangsiapa mencurahkan semua perhatiannya kepada Allah, niscaya Allah akan melindunginya. Allah Ta’ala berfirman, “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya.8

Allah Ta’ala menyampaikan wahyu kepada Nabi Dawud a.s., “Wahai Dawud, barangsiapa berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Barangsiapa meminta pertolongan kepada-Ku, Aku akan menolongnya. Barangsiapa meminta bantuan kepada-Ku, Aku akan membantunya. Dan barangsiapa bertawakal kepada-Ku, Aku akan memberinya kecukupan.

Seorang ulama menulis hikmah tawakal dalam bait-bait syairnya,

Bertawakallah kepada Sang Pengasih dalam semua urusan

Sungguh hamba tidak akan merugı bila benar-benar bertawakal kepada-Nya

Jadilah sebagai orang yang benar-benar percaya kepada Allah

dan ridhalah pada semua keputusan-Nya

Pasti engkau akan memperoleh karunia yang engkau harap dari-Nya

Tawakal menjatuhkan badan dalam penghambaan diri kepada Allah (‘ubudiyyah), menempatkan hati pada pengasuhan Tuhan (rububiyyah) dan merasa tenteram dengan jaminan kecukupan dari Allah (kifaayah). Bila diberi, dia bersyukur. Dan bila tertahan dari pemberian, dia bersabar.

Dzun-nun berkata, “Tawakal ialah meninggalkan pengaturan diri dan melepaskan upaya dan kekuatan dengan cara memandang bahwa seseorang tidak memiliki upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolo- ngan Allah Ta’ala.

Obat yang dapat menghasilkan tawakal adalah terus menerus mengingat lima hal, yaitu:

1. Senantiasa meyakini bahwa Allah Ta’ala mengetahui kondisi dirinya (sedang lapar atau kenyang dan sebagainya), walaupun dia berada di bawah lapisan bumi ketujuh, atau di ujung dunia.

2. Meyakini benar bahwa Kuasa Allah sungguh sempurna.

3. Senantiasa meyakini bahwa Allah Mahasuci dari lalai dan lupa.

4. Senantiasa meyakini bahwa Allah Mahasuci dari pengkhianatan janji.

5. Meyakini bahwa lemari (harta) Allah tidak akan pernah berkurang isinya, dan Dia sungguh Maha Pemurah dan Maha Penderma, tidak pernah melupakan hamba-Nya.

‘Umar ibn Sanan berkata, “Suatu hari, kami bertemu Ibrahim al- Khawash, dan kami berkata kepadanya, ‘Ceritakanlah kepada kami hal yang paling menakjubkan yang engkau jumpai di dalam perjalananmu. Lalu Ibrahim al-Khawash berkata, ‘Suatu hari, Khidir a.s. menjumpaiku, dia meminta aku menemaninya. Namun kemudian aku merasa khawatir hal itu akan merusak tawakalku, karena rasa tentramku padanya. Maka aku pun memisahkan diri darinya.”

Seorang ‘arif berkata, “Suatu hari di dalam pengembaraan, aku berjalan mendahului kafilah. Lalu kulihat di depanku ada seseorang, maka aku pun segera menyusulnya. Ternyata orang yang kulihat itu seorang perempuan, dia berjalan perlahan tersaruk-saruk dengan sebatang tongkat di tangan. Aku mengira ia kelelahan, lalu aku memasukkan tanganku ke dalam saku dan mengeluarkan dua puluh dir-

(bersambung)

 

Catatan:

  1. Tafwidh (pemasrahan pengaturan) biasa dilawankan dengan tadbir (pengaturan). Maksudnya adalah memasrahkan pengaturan diri kepada Allah Ta’ala
  2. QS. al-Furqan [25]: 58.
  3. QS. at-Taubah [9]: 51.
  4. QS. al-Ma’idah [5]: 23.
  5. QS. ath-Thalaq [65]: 3.
  6. QS. al-Mu’min [40]: 44.
  7. QS. Thāhā [20]: 132.
  8. QS. az-Zumar [39]: 36.

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.