Allah s.w.t. telah memberikan unsur-unsur pokok kehidupan kepada kita, juga telah memberikan akal serta unsur-unsur yang dapat diolah dengan menggunakan akal untuk meningkatkan taraf kehidupan. Kemudian Allah memerintahkan kepada kita untuk memikirkan tanda-tanda kekuasaan, kebesaran dan keagungan Allah pada ciptaan-Nya, dan agar kita tidak melintasi kehidupan bersama tanda-tanda tersebut dengan kelalaian. Karena itu, semua kemajuan yang terjadi itu merupakan hasil pemikiran para ilmuwan tentang tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah di alam ini, sehingga dengan memikirkannya mereka bisa mengetahui kaidah-kaidah alam yang telah ditentukan Allah, kemudian memanfaatkannya untuk kemajuan hidup mereka. Itulah ilmu yang digunakan dengan memanfaatkan tanda-tanda kekuasaan Allah di bumi.
Tetapi, apakah Allah menciptakan manusia hanya untuk hidup di alam ini saja? Tentu tidak. Sesungguhnya kehidupan ini hanyalah salah satu periode dari perjalanan kehidupan yang panjang. Pada jenjang yang sekarang kita lalui ini, kita dituntut untuk berusaha keras dapat tenteram (memperoleh ketenangan yang dihasilkan dari usaha keras itu). Mereka yang telah menemukan cara yang tepat dengan mengolah apa yang ada di bumi ini bisa mencapainya setelah mereka berusaha sungguh-sungguh dengan cukup melelahkan. Boleh jadi mereka begadang di malam-malam yang panjang tanpa tidur, terus bekerja keras untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Itulah norma dunia. Kita harus rajin belajar jika ingin berhasil atau lulus, dan harus bekerja jika kita ingin memperoleh gaji.
Allah telah mengingatkan kita, bahwa di samping pemberian Rubūbiyyah ada pemberian lainnya, yakni pemberian Ulūhiyyah. Untuk memperoleh pemberian Ulūhiyyah ini kita dituntut untuk berbuat kesalehan di dunia, melaksanakan manhaj Allah, sehingga dengan begitu kita akan memperoleh kenikmatan Allah di akhirat.
Hidup di dunia ini, walaupun penuh dengan kenikmatan, namun kenikmatan itu hanyalah sebagian kecil dan akan berakhir. Tetapi Allah menjadikan kenikmatan di akhirat kekal abadi, yang untuk memperolehnya adalah dengan berusaha keras mengikuti manhaj-Nya sewaktu di dunia.
Ringkas kata pada bab ini, manhaj keimanan adalah setiap kali manusia mengalami kemajuan ilmunya, akan bertambahlah keimanan dan kekhusyu‘an kepada Allah s.w.t. Dan seterusnya kita mengembalikan segala sesuatu di alam ini kepada Penciptanya, juga tentang keberadaannya, yakni kepada Allah s.w.t. Kita tahu bahwa sebenarnya kita tidak mungkin mengalami kemajuan dan perkembangan di alam ini kecuali karena Allah telah menentukan rahasia norma-norma ciptaan yang memungkinkan bagi kita untuk mengolahnya sehingga bisa maju dan berkembang. Namun, kesalahan kita adalah menganggap bahwa hal itu adalah karena kita, dan bukan karena Penciptanya; bukannya kita meyakini bahwa semua itu adalah pemberian Allah, bahkan sebaliknya kita beranggapan bahwa kita dapat menguasai alam ini karena ilmu dan kekuatan kita dan bukan karena Allah telah menundukkan alam kepada manusia.
Yang seperti inilah awal kejatuhan kita dari manhaj Allah, dan menganut manhaj manusia yang terpedaya oleh akal dan kemampuannya.