Syarah Hikmah Ke-68 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-68

 

رُبَّمَا فَتَحَ لَكَ بَابَ الطَّاعَةِ وَ مَا فَتَحَ لَكَ بَابَ الْقَبُوْلِ وَ رُبَّمَا قَضَى عَلَيْكَ بِالذَّنْبِ فَكَانَ سَبَبًا فِي الْوُصُوْلِ.

Adakalanya Dia membukakan pintu ketaatan untukmu namun tidak membukakan pintu penerimaan. Adakalanya Dia menetapkanmu berbuat dosa namun ternyata ia menjadi sebab engkau sampai kepada-Nya.

 

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

رُبَّمَا فَتَحَ لَكَ بَابَ الطَّاعَةِ وَ مَا فَتَحَ لَكَ بَابَ الْقَبُوْلِ.

Adakalanya Dia membukakan pintu ketaatan untukmu namun tidak membukakan pintu penerimaan.

Mungkin saja Allah memberi pertolongan kepadamu untuk mau menjalankan ketaatan, sementara Allah tidak membukakanmu pintu pengabulan.

Tidak layak bagi seorang hamba melihat atau mengukur ketaatan dan kemaksiatanya, namun hendaklah ia melihat bathin atau intisari dan hakikat dari semuanya itu. Maka adanya ketaatan itu tidak mesti bisa diterima, karena terkadang terdapat cobaan di dalamnya, seperti riyā’ dan ‘ujub. Adanya maksiat dan dosa itu tidak barang mesti menjauhkan dari Allah dan tidak mesti menjadi tertolak, namun, mungkin saja maksiat tersebut menjadi lantaran atau sebab dekatnya engkau kepada Allah. Karena ada beberapa dosa yang bisa memasukkan ke dalam sorga. Oleh karenanya Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

 

وَ رُبَّمَا قَضَى عَلَيْكَ بِالذَّنْبِ فَكَانَ سَبَبًا فِي الْوُصُوْلِ.

Adakalanya Dia menetapkanmu berbuat dosa namun ternyata ia menjadi sebab engkau sampai kepada-Nya.

Adakalanya Allah menetapkanmu berbuat dosa, namun ternyata ia menjadi sebab engkau wushūl kepada-Nya, dan dekat dengan-Nya. Karena, terkadang orang taat itu disertai cobaannya seperti ‘ujub dengan ‘amal serta bersandar dengannya, dan menghina-hina orang yang tidak taat, di mana kesemuanya menjadi sebab terhalangnya pengabulan ‘amalnya, atau tidak diterimanya ‘amal. Orang yang terjatuh dalam lubang dosa, terkadang ber-tawādhu‘ kepada-Nya, mendekatkan diri dalam munajatnya, menghina dirinya sendiri, memuliakan orang yang tidak melakukan dosa, maka hal yang demikian ini menjadikan sebab turunnya pengampunan Allah kepadanya dan menjadikan ia semakin dekat kepada-Nya.

Syaikh Abū Ḥazm r.a. berkata: “Ketika seorang hamba melakukan kebajikan dan menjadikan ia bangga saat melakukannya, maka ini menjadi awal yang lebih madharat (berbahaya) baginya, ketika ia mendapatkan keburukan pada dirinya saat melakukan ‘amalnya, maka itulah kebaikan yang lebih bermanfaat untuknya.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *