Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:
وَ النَّارُ حَقٌّ أَوْجِدَتْ كَالْجَنَّةِ | فَلَا تَمِلْ لَجَاحِدٍ ذِيْ جِنَّةْ. |
“Neraka adalah sesuatu yang benar dan telah diciptakan, begitu juga halnya surga. Maka, janganlah engkau condong kepada orang ingkar yang gila!.”
Neraka benar adanya. Telah disebutkan dalam nash al-Qur’an dan hadits bahwa neraka sudah diciptakan, sebagaimana surga yang telah diciptakan oleh Allah s.w.t. Oleh karena itu, janganlah engkau condong atau mendengarkan perkataan orang-orang yang mengingkari adanya surga dan neraka. Orang-orang itu memiliki penyakit gila dan tidak memiliki akal.
Surga dan neraka benar adanya dan telah diciptakan. Hal ini berdasarkan dalil al-Qur’ān dan hadits serta kesepakatan umat Nabi Muḥammad s.a.w. Berbeda dengan pendapat orang kafir filsuf yang meyakini bahwa surga dan neraka sama sekali tidak ada. Juga berbeda dengan pendapat kaum Mu‘tazilah yang meyakini bahwa surga dan neraka baru akan ada pada hari Kiamat, sekarang belum diciptakan. Pendapat yang pertama (kafir filsuf) adalah pendapat orang kafir dan pendapat kedua (kaum Mu‘tazilah) adalah pendapat yang sesat. (1961).
Surga berada di atas langit ke tujuh di bawah ‘arasy, sedangkan neraka berada di bawah bumi ke tujuh. Namun, pendapat yang benar adalah mauqūf, hanya Allah yang mengetahui tempat keduanya. (1972).
Neraka terbagi menjadi tujuh tingkatan:
Surga juga terbagi menjadi tujuh tingkatan: (1983)
Jika sudah meyakini keberadaan surga dan neraka, jangan mempercayai keyakinan filsuf dan kaum Mu‘tazilah yang tidak memiliki akal. Oleh karena itu, Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata: (فَلَا تَمِلْ لَجَاحِدٍ ذِيْ جِنَّةٍ.) “Maka janganlah kalian cenderung kepada keyakinan orang gila yang mengingkari adanya surga dan neraka.” (1994).
Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:
دَارُ خُلُوْدٍ لِلسَّعِيْدِ وَ الشَّقِيْ | مُعَذَّبٌ مُنَعَّمٌ مَهْمَا بَقِيْ. |
“(Surga dan neraka) adalah rumah yang kekal untuk mereka yang bahagia dan celaka. Akan mendapatkan siksaan (bagi yang celaka) dan akan mendapatkan keni‘matan (bagi yang beruntung) selama mereka masih tinggal di dalamnya.”
Surga adalah tempat yang kekal bagi orang yang bahagia, ya‘ni orang yang mati dalam keadaan iman. Neraka adalah tempat yang kekal bagi orang yang celaka, ya‘ni orang yang mati dalam keadaan kafir. Mereka akan mendapatkan keni‘matan di surga dan siksa di neraka selama tinggal di dalamnya.
Surga adalah tempat bagi orang-orang yang bahagia. Orang yang bahagia yaitu orang yang mati dalam keadaan membawa keimanan dan tauḥīd dalam hatinya, walaupun pernah melakukan kekufuran dan kemaksiatan. Orang mu’min yang pernah bermaksiat juga akan kekal di dalam surga walaupun masuk ke dalam neraka dulu. Dia dimasukkan neraka, tapi tidak kekal di dalamnya, disiksa di dalamnya, tetapi tidak untuk selamanya.
Sebelum dimasukkan ke neraka, orang mu’min akan mati. Ia tidak akan hidup hingga mereka keluar dari neraka. Setelah siksa itu berakhir, ia akan hidup kembali. Maksud dari mati di sini adalah hilangnya indera perasa, sehingga orang mu’min tidak akan merasakan pedihnya siksa neraka. Bukan mati yang hakiki, ya‘ni hilangnya rūḥ. Sebagian ‘ulamā’ ahli taḥqīq menyatakan bahwa mereka mati secara hakiki, ya‘ni keluarnya rūḥ. (2005).
Neraka adalah tempat yang kekal bagi orang-orang yang celaka, yaitu orang yang mati dalam keadaan kafir walaupun selama hidupnya ia habiskan dengan melakukan keimanan, tetapi ia mati dalam keadaan kafir. Termasuk golongan orang yang celaka adalah orang kafir yang berangan-angan hingga mereka tidak bisa menemukan dan meyakini kebenaran agama. (2016).
Anak orang-orang musyrik tidaklah masuk dalam golongan orang-orang yang celaka melainkan akan masuk ke dalam surga. Pendapat lain menyatakan bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka, dimasukkan ke al-A‘rāf atau ke tempat lain. Sedangkan anak-anak orang mu’min yang meninggal dalam keadaan belum bāligh akan dimasukkan ke dalam surga.
Dalil yang mengatakan bahwa neraka adalah tempat bagi orang yang celaka adalah firman Allah s.w.t.:
فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَ سَعِيْدٌ. فَأَمَّا الَّذِيْنَ شَقُوْا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيْهَا زَفِيْرٌ وَ شَهِيْقٌ. خَالِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَ الْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ
“Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hūd [11]: 105-107).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang celaka akan kekal di dalam neraka selama langit dan bumi neraka masih tetap, bukan langit yang berada di dunia ini. Sebab, langit dan bumi yang ada di dunia saat itu sudah hancur. (2027).
Kelak di mauqif-ul-qiyāmah manusia akan berpenampilan sesuai dengan keadaan mereka ketika mati. Orang-orang mu’min akan masuk surga dalam keadaan masih muda, berumur sekitar 33 tahun, walaupun meninggal berusia tua atau masih kecil. Tinggi mereka adalah 60 hasta (2038) dan lebarnya 7 hasta, tiada berkurang dan tiada bertambah selamanya. Berbeda dengan fisik kaum kafir, bahkan dalam hadits disebutkan bahwa gigi penduduk neraka sebesar gunung uhud (2049). Wallāhu a‘lam.