Sifat Kesebelas & Kedua belas Yang Wajib Bagi Allah – Sama’ & Bashar – Terjemah Kifayat-ul-‘Awam

KIFĀYAT-UL-‘AWĀM
Pembahasan Ajaran Tauhid Ahl-us-Sunnah

Karya: Syaikh Muḥammad al-Fudhalī
 
Penerjemah: H. Mujiburrahman
Diterbitkan Oleh: MUTIARA ILMU Surabaya

29. SIFAT KESEBELAS YANG WĀJIB BAGI ALLAH S.W.T.
30. SIFAT KEDUA BELAS YANG WĀJIB BAGI ALLAH S.W.T.

 

الصِّفَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ وَ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ مِنْ صِفَاتِهِ تَعَالَى السَّمْعُ وَ الْبَصَرُ وَ هُمَا صِفَتَانِ قَائِمَتَانِ بِكُلِّ مَوْجُوْدٍ أَيْ يَنْكَشِفُ بِهِمَا كُلُّ مَوْجُوْدٍ وَاجِبًا كَانَ أَوْ جَائِزًا.

Sifat yang ke-11 dan ke-12 dari sifat-sifat Allah s.w.t. adalah Sama‘ dan Bashar ya‘ni dua sifat yang berdiri keduanya dengan setiap yang maujūd dalam arti tersingkap dengan keduanya itu setiap yang maujūd baik yang wājib maupun jā’iz.

 

فَالسَّمْعُ وَ الْبَصَرُ يَتَعَلَّقَانِ بِذَاتِهِ تَعَالَى وَ صِفَاتِهِ أَيْ أَنَّ ذَاتَهُ تَعَالَى وَ صِفَاتِهِ مُنْكَشِفَةٌ لَهُ تَعَالَى بِسَمْعِهِ وَ بَصَرِهِ زِيَادَةً عَلَى الْاِنْكِشَافِ بِعِلْمِهِ.

Maka Sama‘ dan Bashar, keduanya ta‘alluq dengan dzāt Allah s.w.t. dan sifat-sifatNya dalam arti bahwa dzāt Allah s.w.t. dan sifat-sifatNya tersingkap bagi Allah s.w.t. dengan pendengaran-Nya dan penglihatan-Nya sebagai tambahan atas ketersingkapan dengan ‘ilmu-Nya.”

 

وَ زَيْدٌ وَ عَمْرٌ وَ الْحَائِطُ يَسْمَعُ اللهُ تَعَالَى ذَوَاتَهَا وَ يُبْصِرُهَا وَ يَسْمَعُ صَوْتَ صَاحِبِ الصَّوْب وَ يُبْصِرُهُ أَيِ الصَّوْتَ.

Dan Zaid, ‘Amr serta tembok. Allah s.w.t. mendengar akan dzāt-dzātnya dan melihatnya. Dan Allah mendengar suara orang yang punya suara serta melihatnya ya‘ni suara itu.

 

فَإِنْ قُلْتَ سِمَاعُ الصَّوْتِ ظَاهِرٌ وَ أَمَّا سِمَاعُ ذَاتِ زَيْدٍ وَ ذَاتِ الْحَائِطِ غَيْرُ ظَاهِرٍ وَ كَذلِكَ تَعَلُّقُ الْبَصَرِ بِالْأَصْوَاتِ لِأَنَّ الْأَصْوَاتَ تُسْمَعُ فَقَطْ قُلْنَا يَجِبُ عَلَيْنَا الْإِيْمَانُ بِأَنَّهُمَا مُتَعَلِّقَانِ بِكُلِّ مَوْجُوْدٍ وَ أَمَّا كَيْفِيَّةُ التَّعَلُّقِ فَهِيَ مَجْهُوْلَةٌ لَنَا.

Maka jika anda berkata: mendengar suara itu adalah jelas. Adapun mendengar dzāt si Zaid dan dzāt tembok maka tidak jelas dan begitu juga ta‘alluqnya bashar dengan suara karena suara itu hanya dapat didengar….., maka kami berkata: Wājib atas kita beriman bahwa sama‘ dan bashar itu ta‘alluq keduanya dengan setiap yang maujūd, dan adapun kaifiyyat atau cara ta‘alluqnya itu maka dia majhūl (tidak diketahui) bagi kita.”

 

فَاللهُ تَعَالَى يَسْمَعُ ذَاتَ زَيْدٍ وَ لَا نَعْرِفُ كَيْفِيَّةَ تَعَلُّقِ السَّمْعِ بِهَا وَ لَيْسَ الْمُرَادُ أَنَّهُ يَسْمَعُ مَشْيَ ذَاتِ زَيْدٍ لِأَنَّ سِمَاعَ مَشْيِهِ دَاخِلٌ فِيْ سِمَاعِ الْأَصْوَاتِ وَ اللهُ تَعَالَى يَسْمَعُ الْأَصْوَاتَ كُلَّهَا.

Maka Allah s.w.t. mendengar akan dzāt si Zaid dan kita tidak tahu kaifiyyat ta‘alluqnya sama‘ itu dengannya. Dan bukanlah yang dimaksudkan itu bahwa Allah mendengar akan jalannya dzāt si Zaid karena mendengar jalannya itu sudah masuk pada mendengar suara sedangkan Allah itu mendengar suara seluruhnya.”

 

بَلِ الْمُرَادُ أَنَّهُ يَسْمَعُ ذَاتَ زَيْدٍ وَ جُثَّتَهُ زِيَادَةً عَلَى سِمَاعِ مَشْيِهِ مَثَلًا لكِنْ لَا نَعْرِفُ كَيْفِيَّةَ تَعَلُّقِ سِمَاعِ اللهِ تَعَالَى بِنَفْسِ الذَّوَاتِ

Melainkan yang dimaksud itu adalah bahwa Allah mendengar dzāt si Zaid ya‘ni Jutstsahnya (kata lain yang juga berma‘na dzāt) sebagai tambahan atas mendengar jalannya umpamanya. Akan tetapi kita tidak tahu kaifiyyat ta‘alluqnya pendengaran Allah s.w.t. dengan diri dzāt-dzāt itu.”

 

وَ هذَا مَا كُلِّفَ بِهِ الشَّخْصُ مِنْ ذَكَرٍ وَ أُنْثَى وَ بِالله التَّوْفِيْقُ.

Dan ini adalah sesuatu yang dibebankan dengannya kepada seseorang dari laki-laki atau perempuan dan hanya dengan Allah-lah taufīq itu.

 

وَ الدَّلِيْلُ عَلَى السَّمْعِ وَ الْبَصَرِ قَوْلُهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ.

Dan dalil atas sama‘ dan bashar itu adalah firman Allah s.w.t.: (إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ.) = Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

 

وَ اعْلَمْ أَنَّ تَعَلُّقَ السَّمْعِ وَ الْبَصَرِ بِالنِّسْبَةِ الْحَوَادِثِ تَعَلُّقٌ صُلُوْحِيٌّ قَدِيْمٌ قَبْلَ وُجُوْدِهَا وَ بَعْدَ وُجُوْدِهَا تَعَلُّقٌ تَنْجِيْزِيٌّ حَادِثٌ أَيْ أَنَّهَا بَعْدَ وُجُوْدِهَا مُنْكَشِفَةٌ لَهُ تَعَالَى بِسَمْعِهِ وَ بَصَرِهِ زيَادَةً عَلَى الْاِنْكِشَافِ بِالْعِلْمِ فَلَهُمَا تَعَلُّقَانِ.

Dan ketahuilah bahwa ta‘alluqnyanya sama‘ dan bashar itu dengan dihubungkan pada segala yang baru adalah ta‘alluq shulūḥī qadīm sebelum wujūdnya dan sesudah wujudnya adalah ta‘alluq tanjīzī ḥādits dalam arti bahwa segala yang baru itu sesudah wujūdnya tersingkap bagi Allah s.w.t. dengan sama‘-Nya dan bashar-Nya sebagai tambahan atas ketersingkapan dengan ‘ilmu. Maka sama‘ dan bashar itu memiliki dua ta‘alluq.”

 

أَمَّا بِالنِّسْبَةِ لَهُ تَعَالَى وَ صِفَاتِهِ فَتَعَلُّقٌ تَنْجِيْزِيٌّ قَدِيْمٌ بِمَعْنَى أَنَّ ذَاتَهُ تَعَالَى وَ صِفَاتِهِ مُنْكَشِفَةٌ لَهُ تَعَالَى أَزَلًا بِسَمْعِهِ وَ بَصَرِهِ فَيَسْمَعُ تَعَالَى ذَاتَهُ وَ جَمِيْعِ صِفَاتِهِ الْوُجُوْدِيَّةِ مِنْ قُدْرَةٍ وَ سَمْعٍ وَ غَيْرِهِمَا وَ لَا نَعْرِفُ كَيْفِيَّةَ التَّعَلُّقِ وَ يُبْصِرُ تَعَالَى ذَاتَهُ وَ صِفَاتِهِ الْوُجُوْدِيَّةِ مِنْ قُدْرَةٍ وَ بَصَرٍ وَ غَيْرِهِمَا وَ لَا نَذْرِ كَيْفِيَّةَ التَّعَلُّقِ.

Adapun dihubungkan dengan Allah s.w.t. dan sifat-sifatNya maka adalah ta‘alluq tanjīzī qadīm dengan ma‘na bahwa dzāt Allah s.w.t. dan sifat-sifatNya tersingkap bagi Allah s.w.t. pada zaman azali dengan sama‘ dan bashar-Nya. Maka Allah s.w.t. mendengar akan dzātnya dan sifat-sifatNya yang wujūdiyyah berupa qudrat dan sama‘ serta yang lain dari keduanya dan kita tidak tahu akan kaifiyyat ta‘alluqnya. Dan Allah s.w.t. melihat akan dzāt-Nya dan sifat-sifatNya yang wujūdiyyah berupa qudrat dan bashar serta yang lain dari keduanya dan kita tidak tahu akan kaifiyyat ta‘alluqnya.”

 

وَ مَا تَقَدَّمَ أَنَّ السَّمْعَ وَ الْبَصَرَ يَتَعَلَّقَانِ بِكُلِّ مَوْجُوْدٍ هُوَ رَأْيُ السَّنُوْسِيِّ وَ مَنْ تَبِعَهُ وَ هُوَ الْمُرَجَّحُ.

Dan apa-apa yang telah terdahulu bahwa sama‘ dan bashar itu ta‘alluq keduanya dengan setiap yang maujūd adalah pendapat Sanūsī dan orang-orang yang mengikutinya dan dialah pendapat yang dikuatkan (murajjaḥ).”

 

وَ قِيْلَ إِنَّ السَّمْعَ لَا يَتَعَلَّقُ إِلَّا بِالْأَصْوَاتِ وَ الْبَصَرَ إِلَّا بِالْمُبَصَّرَاتِ.

Dan dikatakan bahwa sama‘ itu tidak ta‘alluq kecuali dengan suara dan bashar itu tidak ta‘alluq kecuai dengan perkara yang memang dapat dilihat.”

 

وَ سَمْعُ اللهِ تَعَالَى لَيْسَ بِأُذُنٍ وَ لَا صِمَاخٍ وَ بَصَرُهُ لَيْسَ بِحَدَقَةٍ وَ لَا أَجْفَانٍ تَنَزَّهَ وَ تَعَالَى عَنْ ذلِكَ عُلُوًّا كَبِيْرًا.

Dan sama‘ Allah s.w.t. itu bukan dengan telinga dan bukan pula dengan lubang telinga serta bashar Allah s.w.t itu bukan dengan bola mata dan bukan pula dengan pelupuk mata. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Allah dari yang demikian itu dengan ketinggian yang besar.”

2 Komentar

  1. Achmad Farchan berkata:

    Sifat ilmu kok gak ada, Ust?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *