Fikih Empat Madzhab
(Maliki, Hanafi, Hanbali, Syafi‘i)
(Judul: Ijmā‘-ul-A’immat-il-Arba‘ati waikhtilāfihim).
Oleh: Al-Wazir Yahya bin Muhammad bin Hubairah
Penerjemah: Ali Mh.
Penerbit: PUSTAKA AZZAM
Mālik, asy-Syāfi‘ī, Aḥmad dan dua murid Abū Ḥanīfah, yaitu Abū Yūsuf dan Muḥammad, berkata: “Disunnahkan menunaikan shalat Istisqā’ secara berjamā‘ah.”
Abū Ḥanīfah berkata: “Tidak disunnahkan menunaikan shalat Istisqā’. Yang dianjurkan adalah imam keluar bersama massa untuk berdoa. Bila mereka shalat sendiri-sendiri maka dibolehkan.” (642[efn_note]642). Lih. al-Isyrāf (2/54).[/efn_note]).
Asy-Syāfi‘ī dan Aḥmad berkata: “Caranya seperti shalat ‘Īd, yaitu pada rakaat pertama membaca takbir 6 kali selain Takbīrat-ul-Iḥrām, sedangkan pada rakaat kedua membaca takbir 5 kali selain Takbīrat-ul-Iḥrām.” Hanya saja asy-Syāfi‘ī berkata: “Pada rakaat pertama takbir dibaca 7 kali selain Takbīrat-ul-Iḥrām dengan suara keras.”
Mālik berkata: “Sifatnya adalah 2 rakaat seperti shalat-shalat lainnya dengan membaca takbir seperti biasa dengan suara keras.” (643[efn_note]643). Lih. al-Hidāyah (1/95), al-Muhadzdzab (1/230), al-Istidzkār (2/426), dan at-Taḥqīq (4/189).[/efn_note]).
Mālik, asy-Syāfi‘ī, Aḥmad dalam riwayat yang dipilih oleh al-Khiraqī (644[efn_note]644). Lih. Mukhtashar-ul-Khiraqī (35).[/efn_note]), Ibnu Ḥamīd dan ‘Abd-ul-‘Azīz berkata: “Disunnahkan berkhutbah dua kali setelah shalat Istisqā’.”
Abū Ḥanīfah dan Aḥmad dalam riwayat yang sesuai dengan nash perkataannya berkata: “Tidak ada khutbah dalam shalat Istisqā’. Yang ada hanyalah doa dan Istighfār.” (645[efn_note]645). Dua murid Abū Ḥanīfah berbeda pendapat dengan imam keduanya dan sepakat dengan Jamā‘ah bahwa dalam shalat Istisqā’ ada khutbah-nya.
Lih. al-Hidāyah (1/95), at-Taḥqīq (4/191), al-Istidzkār (2/427), dan al-Mudawwanah (1/291).[/efn_note]).
Aku (Ibnu Hubairah) mengatakan: “Aku menganjurkan agar berdoa dengan doa yang diriwayatkan oleh Anas (646[efn_note]646). Hadits Anas diriwayatkan dalam ash-Shahihain (al-Bukhari [1013], Muslim [897]). Hadits ini redaksinya panjang. Di dalamnya ada sabda Nabi s.a.w.: “Ya Allah, tolonglah kami, Ya Allah, tolonglah kami, Ya Allah, tolonglah kami.” Inilah yang dimaksud oleh Ibnu Hubairah.[/efn_note]) r.a. yang telah kami sebutkan dalam buku ini.” (647[efn_note]647). Lih. al-Jam‘u Bain-ash-Shaḥīḥain karya al-Ḥumaidī (2/522, no. 1888).[/efn_note]).
Mereka mengatakan: “Disunnahkan memindahkan selendang sebagai sikap optimis agar keadaan berubah.”
Abū Ḥanīfah berkata: “Tidak disunnahkan.” (648[efn_note]648). Lih. at-Taḥqīq (4/194), al-Mudawwanah (1/292), Badā’i‘-ish-Shanā’ī‘ (2/259), dan al-Hidāyah (1/95).[/efn_note]).
Asy-Syāfi‘ī berkata dalam salah satu pendapatnya: “Apabila hujan tidak turun pada hari pertama maka orang-orang disuruh berpuasa selama 3 hari lalu shalat Istisqā’ diulang lagi.” (649[efn_note]649). Lih. Badā’i‘-ish-Shanā’ī‘ (2/260), al-Majmū‘ (5/84), dan al-Mughnī (2/294).[/efn_note]).