Hati Senang

Shalat Ahlulbait AS – Praktik Shalat (3/5)

Shalat Ahlulbait

Penulis : Markaz Nun

Penerbit : Yayasan Bahtera Cinta Al Musthofa

(lanjutan)

PAKAIAN ORANG YANG SHALAT

Setelah bersuci (berwudhu atau tayamum), shalatlah dengan memakai pakaian yang sesuai.

Pakaian untuk shalat:

Laki-laki wajib memakai pakaian yang menutup dua aurat.

Perempuan wajib memakai pakaian yang menutupi seluruh badannya kecuali wajah, telapak tangan, dan kaki hingga pergelangan kaki.

Hal yang wajib pada pakaian orang yang shalat:

1. Suci

2. Mubah, bukan maghshûb

3. Jika terbuat dari kulit hewan, maka harus memenuhi dua syarat: (i) hewan tersebut termasuk yang halal dimakan, dan (ii) hewan tersebut disembelih (menurut cara yang sesuai dengan syariat).

4. Tidak terbuat dari emas atau sutera murni, namun syarat ini hanya berlaku untuk pakaian laki-laki.

Catatan:

Bagi perempuan, tidak wajib menutup kedua kaki dalam shalat, tetapi tidak boleh sampai terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrim.

WAKTU-WAKTU SHALAT

Shalat fardhu yang lima harus dilakukan pada waktu-waktunya, yaitu sebagai berikut:

1. Waktu shalat Shubuh: dimulai dari terbit fajar sadik hingga matahari terbit (syurûq).

2. Waktu shalat Zhuhur: dimulai dari zawāl1matahari pada tengah hari hingga sebelum matahari terbenam seukuran waktu yang cukup untuk melaksanakan shalat Ashar.

3. Waktu shalat Ashar: dimulai setelah zawâl seukuran waktu yang cukup untuk melaksanakan shalat Zhuhur dan berakhir pada saat terbenamnya matahari takwînî2.

 

4. Waktu shalat Maghrib: dimulai ketika terbenamnya matahari (ghurûb) syar’i3 hingga sebelum tengah malam syar’i seukuran waktu yang cukup untuk melaksanakan shalat Isya.

5. Waktu shalat Isya: dimulai setelah terbenamnya matahari seukuran waktu yang cukup untuk melaksanakan shalat Maghrib hingga tengah malam syar’i.

Jika hendak melakukan shalat Maghrib dan Isya sementara waktu sudah lewat tengah malam syar’i maka, lakukanlah shalat Maghrib dan Isya sebagai pendekatan diri kepada Allah, tetapi tidak dengan niat ada’ (shalat tunai, sesuai waktunya-ed.) atau qadha (shalat pengganti, yang dikerjakan bilamana terlewat waktunya/lupa-ed.).

TEMPAT ORANG YANG SHALAT

Shalat hendaklah dilakukan di tempat yang memenuhi beberapa syarat berikut:

1. Mubah, bukan maghshûb.

2. Stabil, tidak bergoyang. Syarat ini berlaku pada kondisi ikhtiyâr (ada pilihan untuk mencari tempat yang lain). Adapun dalam keadaan darurat, seperti penumpang perahu yang selalu begoyang-goyang sepanjang waktu shalat, maka tidak apa-apa.

3. Suci. Syarat ini dikhususkan pada tempat sujud untuk meletakkan dahi.

4. Tidak mengandung najis yang dapat menempel ke badan atau pakaian.

5. Tempat untuk sujud tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari posisi kaki melebihi empat jari.

6. Menghadap ke arah Kiblat (Ka’bah) sambil berdiri tegak.

AZAN DAN IQAMAT

Azan

Azan adalah untuk shalat yang lima. Azan termasuk perbuatan-perbuatan mustahabb.

Tatacara azan:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ – اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ – أَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ – أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ اللَّهِ – أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ اللَّهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ – حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ – حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
حَيَّ عَلَى خَيْرِ الْعَمَلِ – حَيَّ عَلَى خَيْرِ الْعَمَلِ
اللهُ أَكْبَرُ – اللهُ أَكْبَرُ
لَا إِله إِلَّا اللهُ – لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

Kemudian membaca iqamat setelah azan. Iqamat termasuk perbuatan-perbuatan mustahabb mu’akkad.

Tatacara iqamat:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ – أَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ – أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ اللَّهِ – أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ اللَّهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ – حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ – حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ
حَيَّ عَلَى خَيْرِ الْعَمَلِ – حَيَّ عَلَى خَيْرِ الْعَمَلِ
قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةِ – قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةِ
اللهُ أَكْبَرُ – اللهُ أَكْبَرُ
لَا إِله إِلَّا اللهُ

Catatan: Syahadat : أشهد أن عليا وَلِيُّ اللَّهِ hanya dimaksudkan untuk mendekatkan diri. Hal ini berdasarkan riwayat dari Imam Ja’far ash-Shadiq as, yang berkata, “Jika seseorang dari kalian mengucapkan: Lâ ilâha illallahu Muhammadun rasûlullah, maka hendaklah ia juga mengucapkan: ‘Aliyyun amirul-mu’minîn.” Hal itu tidak dimaksudkan sebagai bagian dari azan dan iqamat.

(bersambung)

Catatan:

  1. 1.Yaitu matahari telah melewati tengah-tengah langit hingga condong ke arah barat, dan hal ini diketahui dengan bertambahnya panjang bayangan ke arah timur.
  2. 2.Turunnya bulatan matahari di balik ufuk.
  3. 3.Diketahui dengan hilangnya mega merah dari arah timur.

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.