Hati Senang

Shalat Ahlulbait AS – Pendahuluan (1/2)

Shalat Ahlulbait Penulis : Markaz Nun Penerbit : Yayasan Bahtera Cinta Al Musthofa

Shalat Ahlulbait as

PENDAHULUAN

Buku ini berisi pelajaran tentang tatacara shalat beserta beberapa pendahuluan dan syarat-syaratnya, serta beberapa ketentuan yang terkait dengan kesalahan yang mungkin muncul, seperti keragu-raguan (syakk) atau lupa.

Dalam buku ini, diupayakan untuk menggunakan bahasa yang sederhana dan berhati-hati dalam menyederhanakan penjelasan dan menempatkan rumusan untuk memastikan mukallaf jauh dari terminologi- terminologi ihtiyâth dan lain-lain. Pembahasannya didasarkan pada fatwa Imam Khomeini dalam Tahrir al-Wasilah dan Imam Ali Khamenei dalam Ajwibah al- Istifta’at.

Dalam buku ini juga, disertakan barcode QR untuk membuka video praktik shalat. Pembaca yang ingin mengetahui praktik wudhu, tayamum, dan shalat dapat melakukan scan pada barcode tersebut untuk mengakses tayangannya di kanal YouTube.

USHULUDDIN

1. Tauhid

2. Keadilan (al-‘adl)

3. Kenabian (nubuwwah)

4. Kepemimpinan (imâmah)

5. Kehidupan akhirat (ma’ad)

FURU’UDDIN

1. Shalat

2. Puasa

3. Zakat

4. Khumus

5. Haji

6. Jihad

7. Amar ma’ruf

8. Nahyi munkar

9. Berwali (muwâlât) kepada Nabi saw dan keluarganya as

10. Berlepas diri (bara’ah) dari musuh-musuh Nabi saw dan keluarganya as.

Shalat

Shalat adalah hubungan antara makhluk dengan Khalik. Jika seseorang meninggalkannya maka terputuslah hubungannya dengan Khaliknya. Allah Swt berfirman:

إِنَّنِي أَنَا اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلوةَ لِذِكْرِي

Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku. (QS Thâhâ [20]: 14)

Dia juga berfirman:

إِنَّ الصَّلوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَبًا مَّوْقُوْتًا

Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin. (QS an-Nisa’ [4]: 103)

Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:

لَيْسَ مِنِّي مَنِ اسْتَخَفَّ بِصَلَاتِهِ

“Bukan dari golonganku orang yang meremehkan shalatnya.”1

Beliau juga bersabda:

الصَّلَاةُ عَمُودُ الدِّينِ إِنْ قُبِلَتْ قُبِلَ مَا سِوَاهَا وَإِنْ رُدَّتْ رُدَّ مَا سِوَاهَا

“Shalat adalah tiang agama; jika diterima maka diterima pula [amalan amalan] yang lainnya, dan jika ditolak maka ditolak juga amalan-amalan] yang lainnya.”

Diriwayatkan dari para Imam Ahlulbait as:

إِنَّ شَفَاعَتَنَا لَا تَنَالُ مُسْتَخِفًّا بِالصَّلَاةِ

“Sesungguhnya syafaat kami tidak akan diberikan kepada orang yang meremehkan shalat.”2

Taklid

Agar shalat kita menjadi sah maka harus dilakukan sesuai dengan hukum syariat yang diambil dari marja’ melalui taklid.

(bersambung)

Catatan:

  1. Bihar al-Anwar, juz 79, hal. 136.
  2. Bihar al-Anwar, juz 47, hal. 2.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.