Ruh – Terjemah Tauhid Sabilul Abid KH. Sholeh Darat

TERJEMAH TAUHID

سَبِيْلُ الْعَبِيْدِ عَلَى جَوْهَرَةِ التَّوْحِيْدِ
Oleh: Kiyai Haji Sholeh Darat
Mahaguru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufrohah
Penerbit: Sahifa Publishing

Rangkaian Pos: 004 Persoalan Aqidah yang Bersumber dari Dalil Naqli (Sam'iyyah) - Terjemah Tauhid Sabilul Abid

Rūḥ

 

Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī meneruskan pembahasan tentang rūḥ. Beliau berkata:

وَ فِيْ فَنَا النَّفْسِ لَدَى النَّفْخَ اخْتُلِفْ وَ اسْتَظْهَرَ السُّبْكِيْ بَقَاهَا اللَّذْ عُرِفْ.

Dalam hal fanā’ (kebinasaan) rūḥ ketika terjadi tiupan sangkakala diperselisihkan ‘ulamā’. Imām as-Subkī memilih baqā’ (kekekalan) rūḥ sebagaimana yang telah diketahui.”

 

Para ‘ulamā’ berbeda pendapat tentang hilang dan binasanya bentuk rūḥ saat malaikat Isrāfīl melakukan tiupan pertama terompet sangkakala. Imām as-Subkī memilih pendapat yang mengatakan rūḥ tidak binasa saat tiupan yang pertama.

Penjelasan

Para ‘ulamā’ Ahl-us-Sunnah wal-Jamā‘ah berbeda pendapat tentang binasa atau tetapnya rūḥ ketika malaikat Isrāfīl melakukan tiupan pertama sangkakala. Sebagian mereka menetapkan binasanya rūḥ, dengan berdasar pada firman Allah:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ.

Setiap yang ada di bumi akan binasa – baik hewan maupun manusia.” (QS. ar-Raḥmān [55]: 26).

Sedangkan sebagian ‘ulamā’ yang lain, termasuk Imām as-Subkī berpendapat sebaliknya, ya‘ni rūḥ tidak binasa walaupun tubuh manusia sudah hancur dan menyatu dengan tanah. Rūḥ inilah yang akan menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, karenanya ruh harus tetap ada, tidak binasa. Rūḥ orang mu’min akan mendapatkan keni‘matan sedangkan rūḥ orang kafir akan mendapatkan siksa. (1551).

Tiupan pertama dinamakan tiupan kefanā’an (kebinasaan). Jika sebelum tiupan pertama belum mati, maka akan langsung mati, dan jika sudah mati sebelum tiupan pertama, maka rūḥnya lemah tak berdaya seperti rūḥnya para Nabi. Kecuali rūḥ Nabi Mūsā a.s., empat malaikat (Jibrīl, Isrāfīl, Mīkā’īl, Izrā’īl) dan para bidadari.

Semua arwah tertidur, termasuk arwah orang-orang kafir. Maksudnya, tidak disiksa selama masa di antara tiupan yang pertama dan kedua, yakni selama 40 tahun. Kemudian malaikat Isrāfīl diperintahkan oleh Allah untuk meniup lagi terompet sangkakala, lalu ia meniup yang kedua kalinya.

Tiupan kedua ini dinamakan nafḥat-ul-ba‘tsi (tiupan kebangkitan). Saat tiupan yang kedua ini, Allah mengumpulkan semua rūḥ ke dalam sangkakala, kemudian keluarlah semua rūḥ dari celah-celah sangkakala. Di dalam sangkakala ada celah sebanyak jumlah rūḥ sebagai tempat bersemayamnya rūḥ. Rūḥ-rūḥ itu kembali ke jasadnya masing-masing, ada yang berwujud manusia, kerbau, sapi, anjing, babi, sesuai dengan keadaannya saat mati. (1562).

Kondisi manusia ketika sesuai dengan kebiasaan semasa hidupnya. Kebangkitan manusia dari kubur sesuai keadaannya saat mati. Ada yang mati seperti matinya hewan, dan adapula yang mati seperti matinya manusia pada umumnya, yakni ada yang terpaksa dan ada yang karena kerinduan kepada Allah. Begitu pula saat rūḥ-rūḥ itu kembali ke jasadnya masing-masing, ada yang terpaksa karena merasa asing dengan bentuk jasadnya yang berubah menjadi kerbau, sapi, anjing, dan babi. Ada yang kembali dengan ketaatan dan merasa sangat rindu karena akan menjemput keni‘matan yang tak terhingga, beristirahat, dan bertemu dengan Tuhannya, ya‘ni Allah s.w.t. Tuhan Yang Maha Penyayang dan Maha Mulia.

Catatan:

  1. 155). Tuḥfat al-Murīd, hal. 265.
  2. 156). Ibid.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *