Fikih Empat Madzhab
(Maliki, Hanafi, Hanbali, Syafi‘i)
(Judul: Ijmā‘-ul-A’immat-il-Arba‘ati waikhtilāfihim).
Oleh: Al-Wazir Yahya bin Muhammad bin Hubairah
Penerjemah: Ali Mh.
Penerbit: PUSTAKA AZZAM
343. Keempat Imām madzhab (Mālik, Abū Ḥanīfah, Aḥmad bin Ḥanbal, dan asy-Syāfi‘ī) sepakat bahwa Qunut dalam witir hukumnya sunnah pada separuh kedua bulan Ramadhān sampai akhir bulan. (522[efn_note]522). Lih. at-Taḥqīq (3/322), Badā’i‘-ish-Shanā’ī‘ (1/555), al-Mughnī (1/820), dan Mukhtasharu Shalāt-il-Witr karya al-Maqrizī (202).[/efn_note]).
344. Mereka berbeda pendapat tentang tempatnya.
Abū Ḥanīfah dan Mālik berkata: “Dibaca sebelum ruku‘.”
Asy-Syāfi‘ī dan Aḥmad berkata: “Dibaca setelah ruku‘.” (523[efn_note]523). Lih. al-Mughnī (1/820), al-Majmū‘ (3/486), al-Hidāyah (1/71), dan Mukhtasharu Shalāt-il-Witr karya al-Maqrizī (210).[/efn_note]).
345. Mereka berbeda pendapat, apakah Qunut sunnah dibaca sepanjang tahun?
Abū Ḥanīfah dan Aḥmad berkata: “Hukumnya disunnahkan sepanjang tahun.”
Mālik dan asy-Syāfi‘ī: “Qunut tidak disunnahkan kecuali pada separuh kedua bulan Ramadhān.” (524[efn_note]524). Lihat referensi-referensi sebelumnya.[/efn_note]).