Sebagai amalan sunnah, tentu saja puasa Senin-Kamis memiliki posisi yang penting di “mata” Allah s.w.t. Allah s.w.t. akan memberikan pahala puasa secara langsung kepada yang mengerjakannya. ‘Amal kebaikan yang dilakukan oleh orang yang berpuasa akan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali lipat. Hal ini sudah dijanjikan Allah s.w.t. adalah salah satu hadits Qudsī:
“Puasa itu milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dan kebaikan itu akan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali lipat.” (HR. Bukhārī dan Abū Dāūd).
Kata “puasa” dalam hadits di atas mengandung makna ‘ām (umum), yang artinya tidak hanya ditujukan untuk ibadah puasa yang bersifat wajib tapi juga yang bersifat sunnah. Salah satunya adalah puasa Senin-Kamis. Dengan demikian, puasa Senin-Kamis juga termasuk puasa yang dijanjikan Allah s.w.t. akan diberikan balasan khusus dari-Nya. Inilah puasa yang disyariatkan oleh Rasūlullāh s.a.w. untuk menjaga keimanan dan ketaqwaan seseorang. Di antara faedah puasa Senin-Kamis yang akan kita dapatkan untuk kehidupan akhirat adalah sebagai berikut:
Suatu hari Abū Umayyah menemui Nabi dan menanyakan sebuah amalan:
“Saya menemui Rasūlullāh s.a.w. dan berkata: “Suruhlah aku mengerjakan satu amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga.” Maka Nabi bersabda: “Berpuasalah! Karena puasa tidak ada tandingannya”. Lalu saya datangi lagi Rasūlullāh s.a.w. untuk kedua kalinya dan Rasūlullāh s.a.w. pun bersabda: “Berpuasalah”.” (HR. Aḥmad, Nasā’ī dan Ḥākim).
Surga sangat merindukan orang yang berpuasa. Rasūlullāh s.a.w. pernah menggambarkannya dalam sebuah hadits.
Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu bernama Rayyān. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk bersama mereka seorang pun selain mereka. Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun masuk lewat pintu itu. Setelah orang yang terakhir dari mereka masuk, pintu tadi ditutup kembali, dan tiada lagi orang lain yang akan memasukinya.” (HR. Bukhārī dan Muslim).
Faedah selanjutnya adalah terpelihara dari api neraka. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits. Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
“Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dengan hari itu dari neraka selama 70 tahun.” (HR. Bukhārī dan Muslim).
Dalam riwayat lain, pemeliharaan dari api neraka ini sejauh perjalanan seratus tahun atau disebut pula dalam kalimat lain dijauhkan sejauh langit dan bumi.
Puasa yang ikhlas dilakukan kelak akan menjadi penolong di yaum-ul-ākhir. Hal ini ditegaskan oleh Rasūlullāh s.a.w. dalam sabdanya:
“Puasa dan al-Qur’ān akan memberi syafaat (pertolongan) bagi hamba pada hari Kiamat. Puasa berkata: “Ya Allah, aku mencegahnya dari makan dan memuaskan syahwat pada siang hari maka jadikanlah aku sebagai penolongnya.” Maka syafaat keduanya diterima Allah.” (HR. Aḥmad).
Puasa adalah sarana memperlancarkan doa. Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
“Orang yang berpuasa tidak akan ditolak doanya ketika sedang berbuka.” (HR. Ibn Mājah).
Karena itu, orang yang berpuasa Senin-Kamis dan merutinkannya, ia akan memiliki banyak momentum untuk berdoa dan doa itu akan mustajāb (terkabulkan). Bandingkan dengan orang yang tidak merutinkan puasa Senin-Kamis. Tentu akan sedikit momentum yang dapat membawa doanya terkabul oleh Allah s.w.t. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
“Tiga orang yang doanya tak akan ditolak yaitu orang yang puasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang dizhalimi.” (HR. at-Tirmidzī).
Puasa Senin-Kamis juga dapat melatih sikap konsisten atau istiqāmah. Sikap ini merujuk pada kesinambungan diri untuk melakukan hal yang benar secara terus-menerus. Menurut al-Qusyairī, istiqāmah adalah sebuah derajat yang dengannya perkara-perkara menjadi sempurna, serta tercapai kebaikan-kebaikan dan keteraturannya. Karenanya, orang-orang yang tetap istiqamah tidak akan merasa khawatir dan sedih. Allah s.w.t. berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqāmah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tiada (pula) berduka cita.” (QS. al-Aḥqāf [46]: 13).
Di samping itu, puasa Senin-Kamis juga memberi pembelajaran tentang disiplin. Jika ingin belajar disiplin yang sejati, maka belajarlah dari ibadah puasa. Sebab, dalam ibadah puasa kita akan mampu mendisiplinkan semua unsur dalam hidup ini, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.
Puasa mengajarkan kita kedisplinan waktu. Disiplin berbuka dan sahur, disiplin melaksanakan shalat lima waktu, dan disiplin dalam mengerjakan hal berarti. Karena kita berpuasa tentu kita akan lebih efisien menggunakan tenaga tak menghambur-hamburkannya secara sembarangan yang membuat lelah dan sia-sia.
Banyak orang sukses yang ternyata rahasianya salah-satunya adalah menjalankan puasa Senin-Kamis. Misalnya Prof. BJ Habibie. Tokoh yang pernah menjabat presiden dan wakil presiden ini ternyata sudah puluhan tahun rutin melakukan puasa Senin-Kamis. Menurut pengakuannya, puasa Senin-Kamis memberikan manfaat yang sangat besar, yakni membuat sehat jasmani dan rohani.
Ketika menjadi Presiden, pada 1999 silam dia juga pernah mengajak agar masyarakat Indonesia melakukan puasa Senin-Kamis. Memang, saat itu, konteknya bukan untuk mengajar ibadah semata, melainkan untuk penghematan beras yang dari tahun ke tahun kebutuhannya naik melebihi suplainya.
Mantan menteri pertanian, Prof. Anton Apriantono juga mengamalkan puasa Senin-Kamis. Menurutnya, puasa Senin-Kamis tidak hanya menyehatkan badan, tapi juga menyehatkan pikiran dan kejiwaan. Sikapnya yang lembut selama menjabat jadi menteri pertanian 2004-2009 menjadi kesan tersendiri bagi ra‘yat Indonesia. Ia tak pernah kelihatan gusar dan relatif selalu tenang. Itulah bukti bahwa puasa Senin-Kamis menyehatkan hati dan pikiran.
Di luar ini, banyak kisah lain mengenai, orang yang merasakan manfaat puasa Senin-Kamis. Seperti artis Eko Patiro, Asty Ananta, Asmirandah, Astri Ivo, dan banyak lagi yang lainnya.
Untuk Niat Puasa Hari Senin:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمُ الْإِثْنَيْنِ سُنَّةً للهِ تَعَالَى.
Nawaitu shauma yaum-ul-isnaini sunnatan lillāhi ta‘ālā.
“Saya niat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta‘ālā.”
Untuk Niat Puasa Hari Kamis:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمُ الْخَمِيْسِ سُنَّةً للهِ تَعَالَى.
Nawaitu shauma yaum-ul-khamīsi sunnatan lillāhi ta‘ālā.
“Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta‘ālā.”