Pertanyaan Tentang Definisi Ushul Fiqh – Terjemah Syarah al-Waraqat

Ushul Fiqh
Terjemah Syarah al-Waraqat
 
Judul (Asli): Syarh al-Waraqat
(Penjelasan dan Tanya Jawab Ushul Fiqh)
 
 
Penyusun: Darul Azka, Nailul Huda, Munawwir Ridlwan
 
Penerbit: Santri salaf press.

Pertanyaan:

Apakah pengertian dalīl ijmālī?

Jawab:

Dalīl yang belum berkaitan dengan sebuah permasalahan yang berbentuk kaidah-kaidah umum.

Referensi:

(عَلَى سَبِيْلِ الْإِجْمَالِ)….. أَيْ حَالَةَ كُوْنِ تَلْكَ الطُّرُقِ عَلَى صِفَةٍ هِيَ إِحْمَالِهَا أَيْ عَدَمِ تَعْيِيْنِ مُتَعَلَّقِهَا وَ هُوَ الْحُكْمُ الَّذِيْ يَثْبُتُ بِهَا بِأَتْ لَا تَكُوْنَ مُرْتَبِطَةً بِحُكْمٍ بِعَيْنِهِ مِنْ كُلِّ الْأَحْكَامِ أَوْ بَعْضِهَا….. فَيَكُوْنُ الْمُرَادُ بِالطُّرُقِ عَلَى سَبِيْلِ الْإِجْمَالِ الْقَوَاعِدُ الْكُلِّيَّةُ كَقَوْلِهِمْ اَلْأَمْرُ لِلْوُجُوْبِ حَقِيْقَةً. (النَّفَحَاتُ صــــ 32).

(Ucapan pengarang: secara global)….. dalam keadaan dalīl-dalīl tersebut masih bersifat global, ya‘ni belum berkaitan dengan sebuah permasalahan, ya‘ni hukum yang ditetapkan oleh dalīl tersebut. Dengan demikian dalīl tersebut belum berkaitan dengan hukum tertentu, secara menyeluruh atau sebagian. Maka maksud dari dalīl-dalīl yang global ialah kaidah-kaidah yang umum seperti amr menunjukkan arti wājib secara hakikat.”

Pertanyaan:

Apakah pengertian dalīl tafshīlī dan bagaiman contohnya?

Jawab:

Dalīl tafshīlī ialah dalīl yang bersifat terperinci (juz’ī) yang telah berkaitan dengan sebuah permasalahan khusus serta menjelaskan hukum yang khusus.

Referensi:

وَ الْأَدِلَّةُ التَّفْصِيْلِيَّةِ: الْأَدِلَّةُ الْخُزءئِيَّةُ الَّتِيْ يَتَعَلَّقُ كُلٌّ مِنْهَا بِمَسْأَلَةٍ خَاصَّةٍ وَ يَنُصُّ عَلَى حُكْمٍ مُعَيَّنٍ لَهَا مِثْلُ قَوْلِهِ تَعَالَى: (حُرَّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ) فَهذَا دَلِيْلٌ تَفْصِيْلِيٌّ أَيْ دَلِيْلٌ جُزْئِيٌّ يَتَعَلَّقُ بِمَسْأَلَةٍ خَاصَّةٍ وَ هِيَ نِكَاحُ الْأُمَّهَاتِ وَ يَدُلُّ عَلَى حُكْمٍ مُعَيَّنٍ هُوَ حُرْمَةُ نِكَاحِ الْأُمَّهَاتِ وَ قَوْلُهُ تَعَالَى (وَ لَا تَقْرَبُوا الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَ سَاءَ سَبِيْلًا) دَلِيْلٌ جُزْئِيٌّ يَخُصُّ مَسْأَلَةً مَعَيَّنَةً وَ هِيَ الزِّنَى وَ يَدُلُّ عَلَى حُكْمٍ خَاصٍّ بِهَا وَ هُوَ حُرْمَةُ الزِّنَى (الْوَجِيْزُ عَبْدِ الْكُرِيْمِ زَيْدَان صــــ 15)

Dalīl tafshīlī ialah dalīl yang bersifat terperinci (juz’ī) yang telah berkaitan dengan sebuah permasalahan khusus serta menjelaskan hukum yang khusus dan juga menjelaskan pada hukum yang khusus. Seperti firman Allah: (diharamkan atas kamu (mengawini) ibumu). Ini adalah dalīl tafshīlī, ya‘ni dalīl juz’ī yang berhubungan dengan permasalahan khusus yaitu menikahi orang ibu dan juga menunjukkan hukum khusus yaitu ḥarāmnya menikahi seorang ibu. Dan firman Allah s.w.t. (Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk). Ini merupakan dalīl juz’ī (terperinci) yang berkaitan dengan permasalahan khusus yaitu zina dan juga menunjukkan pada hukum khusus yaitu ḥarāmnya zina.

Pertanyaan:

Dalam masalah (وَ كَيْفِيَّةٌ لِلْاِسْتِدْلَالِ) “teori pengambilan dalīl”, terjadinya ta‘ārudh, apakah antara dalīl tafshīlī dan tafshīlī atau dalīl ijmālī dengan ijmālī?

Jawab:

Antara dalīl tafshīlī dan tafshīlī.

Referensi:

أُصُوْلُ الْفِقْهِ هُوَ طُرُقُ الْفِقْهِ الْمُجْمَلَةِ وَ كَيْفِيَّةُ الْاِسْتِدْلَالِ بِهَا أَيْ بِطُرُقِ الْفِقْهِ الْإِجْمَالِيَّةِ لكِنْ لَا مِنْ حَيْثُ إِجْمَالِهَا بَلْ مِنْ حَيْثُ تَفْصِيْلِهَا عِنْدَ تَعَارُضِهَا فِيْ إِفَادَةِ الْأَحْكَامِ لِكَوْنِهَا ظَنِّيَّةٌ مِنْ تَقْدِيْمِ الْخَاصِّ عَلَى الْعَامِ وَ الْمُقَيَّدِ عَلَى الْمُطْلَقِ وَ الْمُبَيَّنِ عَلَى الْمُجْمَلِ وَ غَيْرِ ذلِكَ (لطَائِفُ الْإِشَارَةِ صــــ 17).

Ushūl fiqh adalah dalīl-dalīl fiqih yang global dan tata cara penggalian dalīl (hukum) dengan menggunakan dalīl fiqh global tersebut, akan tetapi, bukan ditinjau dari segi globalnya, melainkan ditinjau dari segi tafshīlīnya ketika terjadi pertentangan di dalam menghasilkan hukum-hukum, karena dalīl-dalīl tersebut sebatas dugaan (zhann). Di antaranya, mendahulukan dalīl khusus atas dalīl umum, dalīl muqayyad atau dalīl mutlak dan dalīl mubayyan atas dalīl mujmal serta teori-teori lainnya.”

Pertanyaan:

Apa perbedaan wilayah kerja ‘ulamā’ ushūl fiqh dan fiqh?

Jawab:

Tugas ahli fiqh adalah berbicara bahwasanya amr (perintah) dalam ayat: (أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ) menunjukkan hukum wājib, dan nahi (larangan) dalam ayat: (وَ لَا تَقْرَبُوا الزِّنَى) menunjukkan hukum ḥarām. Lain halnya dengan ahli ushūl fiqh, dia berbicara mengenai tuntunan dari amr dan nahi, tanpa memandang pada satu contoh khusus.”

Referensi:

وَظِيْفَةُ الْفَقِيْهِ فَإِنَهُ يَتَكَلَّمُ عَلَى أَنَّ الْأَمْرَ فِيْ نَحْوِ أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ لِلْوُجُوْبِ وَ النَّهْيُ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى: وَ لَا تَقْرَبُوا الزِّنَى لِلتَّحْرِيْمِ بِخِلَافِ الْأُصُوْلِيِّ فَإِنَّهُ يَتَكَلَّمُ عَلَى مُقْتَضَى الْأَمْرِ وَ النَّهْيِ مِنْ غَيْرِ نَظَرٍ إِلَى مِثَالٍ خَاصٍّ (لَطَائِفُ الْإِشَارَاتِ صــــ 17).

Tugas ahli fiqh adalah berbicara bahwasanya amr (perintah) dalam ayat: (Dirikanlah shalat!) menunjukkan hukum wājib, dan nahi (larangan) dalam ayat: (Dan janganlah kamu mendekati zina) menunjukkan hukum ḥarām. Lain halnya dengan ahli ushūl fiqh, dia berbicara mengenai tuntutan dari amr dan nahi, tanpa memandang pada satu contoh khusus.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *