Penyembuhan Cara Sufi – Ruh Bunga Mawar (1/4)

Syakh Ghulam Moinuddin

Judul Asli : The Book of Sufi Healing
Penerjemah : Arif Rakhmat
Penyunting : Ahmad Norma Permata
Penerbit : Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta

Ada tiga hal di dunia ini yang sangat aku senangi, yaitu shalât, kaum wanita dan wangi-wangian. (Nabi Muhammad SAW)

Nabi Sulaiman as. merupakan orang yang pertama kali dapat mempelajari sifat-sifat penyembuhan dari daun-daunan dan bunga-bungaan. Pada suatu hari sewaktu beliau sedang mengerjakan shalât di mesjid, sekuntum bunga melompat ke hadapan beliau dan berkata, “Assalamu ‘alaikum, tuanku Sulaiman.” Nabi Sulaiman membalas salam itu dan bertanya, “Apa yang sedang engkau lakukan di sini? Apa yang kaucari” Dan bunga tersebut menjawab kepada beliau bahwa ia adalah obat terhadap suatu penyakit. Pada hari berikutnya, sekuntum bunga yang lain muncul di hadapannya dan menceritakan kepada Nabi Sulaiman tentang penyakit yang bunga itu merupakan obatnya. Selama beberapa waktu, seluruh bunga-bungaan yang dapat dipakai sebagai bahan obat-obatan telah memperlihatkan diri dan menceritakan sifat-sifat penyembuhannya kepada Nabi Sulaiman. Dan beliau merupakan orang pertama yang memiliki pengetahuan ini, yang berasal dari Yang Mahasuci. Kemutlakan esensi Allah disebut dzat. Kita menyatakan kemutlakan yang di luar jangkauan pengertian kita ini dengan bunyi suku kata Hu. Pikiran kita tidak mampu mengungkap. kan atau menggambarkan hakikat Allah sepenuhnya. Dan dalam menerima sifat Allah, kita harus memperhatikan berbagai bentuk ciptaan-Nya yang beraneka ragam dan mengenal-Nya melalui tanda-tanda-Nya.

Setiap sifat suci memiliki sebuah dzat, yang merupakan totalitasnya. Misalnya, ar-Rahman merupakan totalitas dari setiap jenis kasih sayang yang ada, yang pernah ada, ataupun yang akan ada, dalam seluruh bentuknya, apakah bentuk fisik, mental maupun spiritual, dan apakah kita mengetahuinya atau tidak. Allah, dalam kasih sayang-Nya, telah menganugerahkan bentuk kasih sayang yang tidak terbilang ini pada seluruh manusia, malaikat dan hewan. Namun demikian, seluruh manifestasi yang tidak terbilang ini hanya merupakan sebagian kecil dari dzat, atau totalitas, dari sifat Allah ar-Rahmân. Pengertian dari suatu esensi yang mutlak ini juga berlaku pada kehidupan manusia dalam hubungannya dengan jiwa (rûh).

Hubungan yang erat antara esensi yang mutlak dan bentuk-bentuk esensi yang beraneka ragam ini tercermin di seluruh alam. Setiap bunga, pohon-pohonan dan semak belukar memiliki bentuk fisik dan juga esensi. Biji-biji pohon oak tidak akan menghasilkan sejenis tanaman yang daunnya sempit dan bunganya panjang (seperti pohon cemara). Semua karakteristik bunga tertentu terdapat dalam biji, dalam esensinya: ketinggian tanaman, bentuk daun dan bunga, periode istirahat tanaman, warna, bau harum dan bahkan karakteristik penyembuhannya. Kita telah mempelajari beberapa sifat esensial ini sewaktu mempelajari hubungan antara makanan dan kesehatan.

Esensi mutlak manusia, atau jiwa, akan tersingkap pada saat kematian. Allah telah memberikan inspirasi kepada para nabi-Nya untuk mencari metode-metode penyingkapan jiwa (rûh) dari bunga-bungaan, dan pengetahuan ini telah dilestarikan dalam Sufisme. Contoh yang paling menonjol adalah apa yang disebut dengan rûh-i gulab, atau ruh bunga mawar. Esensi bunga mawar yang mutlak dan sempurna terdapat dalam tubuh. Esensi bunga ini merupakan manfaat yang tak ternilai dalam menyembuhkan ketidakseimbangan yang terjadi pada manusia.

Lambang Sufisme sendiri adalah bunga mawar, karena bunga mawar dianggap sebagai Ibu dari Wangi-wangian atau Ratu Taman. Letak keindahan dan keanggunan yang sangat baik dan wajar dari bunga-bunga mawar ini pada ujung cabang tanaman yang panjang, keras, serta lurus ke atas – melambangkan jalan spiritual menuju Allah Yang Mahakuasa.

Sebanyak 124.000 nabi yang diutus Allah ke dunia dengan Petunjuk dari-Nya memiliki tubuh yang berbeda-beda, tetapi jiwa yang sama. Pesan para nabi ini kepada umat manusia ada- lah sama tanpa memperhatikan bentuk fisik yang mereka mi- liki, warna kulit mereka ataupun bahasa yang mereka ucapkan.

Allah telah mengatakan bahwa hal pertama yang Dia ciptakan di alam semesta ini adalah jiwa kenabian (Nur Muhammad-ed.). Dia berfirman bahwa Dia menciptakannya dari kemutlakan cahaya-Nya sendiri, yang disebut nûr. Allah kemudian berfirman bahwa jika Dia tidak menciptakan jiwa kenabian ini, maka Dia tidak akan menciptakan alam semesta.

Setelah Allah Yang Mahakuasa menciptakan jiwa-jiwa yang sangat indah ini, terjadi suatu keadaan yang berkilauan dan penuh dengan cahaya yang sedemikian panasnya sehingga mulai menjatuhkan tetesan keringat. Dan dari keringat jiwa kenabian ini, Allah menciptakan jiwa bunga mawar. Inilah asal mula yang sebenarnya dari seni dan ilmu aromaterapi.

Para nabi biasa menggunakan bunga dan minyak bunga tersebut dalam proses penyembuhan. Sewaktu kita memperhatikan sifat bunga-bunga itu, maka kita akan menyadari bahwa mereka dirangsang pertumbuhannya dan dapat hidup terutama karena hubungannya dengan cahaya matahari, dan dengan menggunakan suatu proses yang disebut dengan fotosintesis, terbentuklah komponen-komponen oksigen dan udara, yang kita gunakan untuk bernapas. Bunga-bunga itu memerlukan sangat banyak cahaya, tanah, dan air hujan.

Dikatakan bahwa orang-orang sering mengikuti Nabi Muhammad saw., dan mengumpulkan tetesan keringat beliau, yang mendapatkannya sebagai bau harum wangi-wangian yang paling indah dari semua yang ada, lebih indah daripada bau harum bunga-bungaan. Tetesan-tetesan keringat ini memberikan bau harum yang sedemikian indahnya, karena mengandung esensi jiwa Rasulullah saw.

Saat yang mempesona dari hubungan antara kehidupan dan non-kehidupan, yaitu pada saat lahir, merupakan saat ketika jiwa diaktifkan ke dalam tubuh. Jangka waktu hidup kita diukur antara napas pertama dan napas yang terakhir. Pada saat menghirup napas pertama, orang dapat menemukan jenis semua bau harum, yang berasal dari kulit dan napas bayi yang baru saja lahir.

Bau harum seorang bayi menciptakan rasa cinta dan kasih sayang yang sangat dalam dan menyeluruh dalam hati, pikiran dan jiwa orang yang menerimanya. Tak ada orang yang tidak menikmati bau harum bayi yang baru lahir. Bau ini adalah bau yang sangat khas dan orang tidak akan memilikinya. Bau ini merupakan suatu kejernihan dan kesucian yang mutlak, dan mencakup seluruh perasaan ketidakberdayaan dan ketergantungan kepada orang lain yang lebih mampu dari bayi tersebut, yang menyelubungi seluruh hubungan kita dengan Sang Pencipta, Dia Yang Mahatinggi.

Bayi-bayi lahir dalam keadaan yang suci dan tidak berdosa, yang di dalamnya terkandung cahaya suci dan kedamaian; esensi jiwa kenabian ada di dalamnya. Tidak diragukan, sewaktu mereka tumbuh ke dalam alam kesadaran dunia, mereka kehilangan keadaan tak berdosanya dan bau harum yang dimi- likinya semakin berkurang dan hilang sewaktu mereka semakin tenggelam ke dalam kehidupan duniawi – dalam maqâm an-nafs.

Sehingga harus diingat, sewaktu kita membicarakan esensi bunga, bahwa bunga-bunga itu akan membawa bau harum dari jiwa kenabian, tempat mereka berasal.

Jiwa suatu bunga dapat diekstraksi dalam beberapa cara, yaitu dengan memeras minyaknya keluar dari kelopak bunga, dengan menyuling airnya melalui kelopak bunga, atau dengan mencampurkan minyak bunga dengan minyak dasar yang berkualitas rendah. Dalam semua cara itu, esensi bunga dialirkan keluar melalui proses tersebut. Kata untuk esensi-esensi ini (atau minyak yang mengandung esensi tersebut) adalah attar (dari bahasa Arab itr). Di Barat, attar ini disebut minyak esensial, bau harum, bahan murni dan kadang-kadang disebut : parfum.

Penambahan alkohol pada esensi bunga akan membunuh esensi itu, sehingga minyak-minyak atau obat-obatan yang mengandung alkohol …

(bersambung)