Penyembuhan Cara Sufi – Pendahuluan (3/5)

Syakh Ghulam Moinuddin

Judul Asli : The Book of Sufi Healing
Penerjemah : Arif Rakhmat
Penyunting : Ahmad Norma Permata
Penerbit : Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta

(lanjutan)

Dalam kondisi seperti inilah, Sufi Maulana Rumi r.a mendapati dirinya telah menyempurnakan serangkaian puisi rohaninya yang terbesar di dunia, Matsnawi. Untuk menunjukkan bahwa beliau benar-benar telah pasrah secara total kepada ke hendak Allah Yang Mahakuasa, dan hidup semata-mata dengan kehendak dan kemauan Allah, tidak dengan darah tubuhnya sebagai badan manusia, sang Maulana disertai beberapa orang terkemuka memanggil seorang tabib. Sewaktu tabib itu tiba Maulana menyuruhnya untuk membuat beberapa irisan pada venanya dan irisan itu dibiarkan mengeluarkan darah sampai aliran darah berhenti. Sewaktu tindakan ini telah selesai dilakukan dan tak ada lagi darah yang mengalir, Maulana bangkit dan setelah melakukan pembersihan ia memasuki kebun mawarnya dan mulai berputar-putar melakukan tarian suci. Masya Allah, Alhamdulillah, Al-Hayyu, Al-Qoyyum.

Baba Farid Ganj-i Shakar ra., salah satu orang suci Chishtiyah menyatakan bahwa tahap pertama dari Sufisme adalah pengetahuan dan jalan masuk menuju 18.000 dunia ciptaan (‘alamin). Tidak diragukan bahwa untuk sampai pada ambang keadaan seperti itu memerlukan suatu komitmen dan tingkat ibadah yang kebanyakan manusia tak dapat membayangkan nya. Hal ini sesuai dengan yang telah Allah firmankan, “Hamba-Ku tidak berhenti untuk berusaha selalu dekat dengan-Ku melalui ibadah khusus, sampai Aku membuatnya menjadi orang pilihan-Ku, sehingga Aku menjadi telinganya untuk mendengar, matanya untuk melihat, tangannya untuk memegang serta kakinya untuk melangkah.” Ibadah khusus ini dilakukan dalam bentuk salat-salat yang ikhlas setiap hari dan juga ibadah dan doa atau permohonan yang terus-menerus sepanjang malam. Semua guru sufi menjadi contoh dan bukti bahwa tidak ada kemajuan apa pun yang dapat diraih tanpa salat dan doa di tengah malam (tahajjud) ini.. Dengan menyatukan pengabdian yang khusus dan ketaatan kepada Allah, para Sufi menyingkapkan sumber mukjizat yang melalui mukjizat itu mereka dapat mengenal sifat-sifat Allah dan merefleksikannya dalam sikap dan tingkah laku mereka, dalam tahap yang memungkinkan bagi manusia.

Karena sifat Allah merupakan kasih sayang-Nya terhadap manusia, maka demikian juga para Sufi berusaha untuk menyebarkan kasih sayang di antara umat manusia. Dari seluruh pengabdiannya kepada umat manusia, yang dianggap paling baik adalah penyembuhan rasa sakit dan penderitaan. Tentu saja sebagian besar syeikh Sufi telah dikenal kemampuannya untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit. Dan Allah lah yang menjadi penyembuh yang sebenarnya, syeikh hanya lah media bagi kehendak Allah, Dialah Yang Mahatinggi.

Ordo Sufi Chistiyah, satu dari empat ordo paling besar dalam Islam, telah mempraktikkan tradisi penyembuhan terhadap penderitaan manusia, rasa sakit dan penyakit selama delapan ratus tahun terakhir, bahkan sejak pembentukan ordo ini. Sebuah klinik pengobatan dengan tumbuh-tumbuhan (herbal-medicine) dibangun di kompleks bangunan dargah di Ajmer, dan semua orang yang datang ke sana (ribuan orang setiap harinya) diberikan apa saja yang mereka perlukan, dengan cuma-cuma. Masya Allah.

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *