Pengobatan Terbaik : Puasa (3/4)

Syakh Ghulam Moinuddin

Judul Asli : The Book of Sufi Healing
Penerjemah : Arif Rakhmat
Penyunting : Ahmad Norma Permata
Penerbit : Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta

(lanjutan)

Para orang suci melaksanakan puasa yang paling baik, yaitu puasa dalam dimensi pikiran. Dengan kata lain, orang-orang ini tidak memikirkan apa pun kecuali Allah. Mereka telah mempertimbangkan kehidupannya di dunia ini hanya sebagai bekal untuk kebahagiaan dalam kehidupan selanjutnya. Puasa yang mereka kerjakan juga meliputi pengendalian penglihatan dari pandangan yang mengarah pada kejelekan dan menjauhkan diri dari percakapan yang tidak bermanfaat, dusta, fitnah, bicara yang tidak senonoh dan tindakan-tindakan yang berpura-pura.

Singkatnya, orang-orang yang berpuasa seperti itu berusaha untuk berdiam diri, dan apabila mereka berkata, hanyalah untuk mengingat Allah semata. Puasa ini sangat ketat, selama puasa orang tidak boleh mendengar perkataan yang terlarang yang berasal dari orang lain. Seseorang sebaiknya meninggalkan kehadiran orang yang suka melanggar larangan-larangan tersebut.

Selain itu, para Sufi, sewaktu berbuka puasa, hanya makan sedikit mungkin yang hanya diperlukan untuk menghilangkan rasa lapar. Makanan yang tepat setelah puasa adalah makanan yang dimakan oleh orang-orang yang paling miskin dalam masyarakatnya.

Selain dari puasa yang diwajibkan di bulan yang suci, para Sufi juga mengerjakan puasa-puasa tambahan yang bermacam-macam, yang disebut puasa nafil. Puasa puasa ini berlangsung setiap tahun, setiap bulan atau setiap minggu. Daftar yang berkaitan (di hal.berikutnya-ed.) telah merangkum seluruh macam puasa yang biasa dikerjakan oleh para Sufi.

Walaupun tujuan utama dan pengaruh-pengaruh yang diharapkan dari pelaksanaan puasa ini terjadi dalam kehidupan jiwa serta evolusinya, namun tetap terbukti bahwa sebagian besar orang yang berpuasa juga merasakan manfaat puasa terhadap fisik.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penyakit seringkali bersumber dari pencernaan nutrien yang tidak sempurna dalam satu atau beberapa tahap pencernaan. Selama puasa, aktivitas yang biasanya dilakukan selama pencernaan makanan menjadi semakin berkurang, yang akan memberikan kesempatan pada tubuh untuk menghilangkan bahan-bahan yang berlebihan dan memperbaiki kerusakan yang terjadi karena kesalahan pengaturan makanan dalam waktu yang lama.

Apabila hal ini terjadi, maka tubuh akan memberikan respon dalam cara-cara yang khusus. Tindakan pertama yang dilakukan tubuh, apabila diberi kesempatan, adalah membangkitkan panas demam. Jenis panas ini menyebabkan terjadinya proses eliminasi yang sangat cepat (“penghancuran”) terhadap bahan-bahan yang berlebihan, tanpa memperhatikan apa bentuk bahan tersebut. Substansi-substansi itu kemudian diolah menjadi bentuk yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Pengeluaran ini terjadi pada satu (dan kadang-kadang lebih) dari lima jalan, yang disebut lima macam bentuk krisis penyembuhan, yaitu pendarahan pada hidung, rasa ingin muntah, diare, pengeluaran keringat dan pengeluaran urine.

Dengan mengatakan bahwa proses pengeluaran ini terjadi dalam krisis penyembuhan, yang saya maksud adalah bahwa tubuh mengeluarkan hasil-hasil sampingan yang berlebihan, seringkali berbahaya dan beracun, dari suatu pencernaan yang tidak normal dan kurang sempurna. Krisis penyembuhan dengan pengeluaran urine tidak sama dengan pengeluaran urine yang normal. Volume dan frekuensi pengeluaran urine ini ba rangkali lima kali lebih tinggi atau bahkan lebih daripada yang normal selama beberapa jam. Suatu krisis penyembuhan melalui diare biasanya terdiri dari lima belas kali pengeluaran kotoran atau lebih selama beberapa jam.

Memang agak mengherankan, bahwa krisis-krisis penyembuhan ini merupakan kejadian-kejadian yang dianggap oleh para ahli pengobatan dari Barat sebagai gejala penyakit. Akibatnya …

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *