Pengembalian Waktu dan Hisab – Terjemah Tauhid Sabilul Abid KH. Sholeh Darat

TERJEMAH TAUHID

سَبِيْلُ الْعَبِيْدِ عَلَى جَوْهَرَةِ التَّوْحِيْدِ
Oleh: Kiyai Haji Sholeh Darat
Mahaguru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufrohah
Penerbit: Sahifa Publishing

Rangkaian Pos: 004 Persoalan Aqidah yang Bersumber dari Dalil Naqli (Sam'iyyah) - Terjemah Tauhid Sabilul Abid

Pengembalian Waktu dan Hisab

Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:

وَ فِي الزَّمَنِ قَوْلَانِ وَ الْحِسَابُ حَقٌّ وَ مَا فِيْ حَقٍّ ارْتِيَابُ.

Dalam hal pengembalian waktu terdapat dua pendapat, sedangkan hisab adalah perkara yang benar dan tidak ada keraguan dalam perkara yang benar.”

Dalam hal pengembalian waktu ada dua pendapat:

1. Semua waktu yang sudah dilewati oleh jisim dikembalikan. Ini pendapat yang mu‘tamad.

2. Waktu yang sudah dilewati tidak akan kembali. Pendapat ini berhukum marjūḥ.

Adanya hisab (perhitungan ‘amal) pada hari Kiamat merupakan kebenaran yang sudah ditetapkan berdasarkan dalil al-Qur’ān dan hadits. Jangan meragukan terjadinya sesuatu yang sudah ditetapkan, karena sesuatu tersebut pasti terjadi.

Penjelasan

Mengenai dikembangkannya waktu ada dua pendapat: (1741).

Pertama, seluruh waktu yang sudah dilalui oleh jisim akan dikembalikan di akhirat. Sebab, agar waktu bisa bersaksi bahwa dalam waktu tersebut ada yang kita gunakan untuk melakukan ketaatan dan juga ada yang digunakan untuk kemaksiatan. Ini pendapat yang kuat.

Kedua, waktu yang sudah dilalui jisim tidak dikembalikan. Sebab, dua hal yang saling menafikan akan berkumpul, seperti berkumpulnya waktu sekarang dan waktu yang sudah lampau.

Jawaban atas pendapat yang kedua adalah pengembalian waktu tidak terjadi sekaligus, tetapi dikembalikan secara bertahap sebagaimana yang terjadi di dunia dan dengan tempo yang sangat cepat.

Terjadinya hisab berdasarkan dalil al-Qur’ān dan hadits. Hisab adalah penghakiman dan pembalasan Allah terhadap ‘amal manusia, baik maupun buruk, berupa ucapan maupun perbuatan. Setelah catatan ‘amal diperlihatkan pada seorang hamba, Allah akan berfirman: “Ini ‘amal buruk yang telah kau lakukan, Aku telah melepaskannya. Dan ini ‘amal baik yang telah kau lakukan, Aku telah melipat-gandakannya.”

Di suatu hadits diceritakan: “Kelak akan ada 70.000 orang umatku yang akan masuk surga tanpa dihisab. Lalu aku meminta lagi pada Allah agar ditambahkan, sehingga masing-masing dari mereka bisa memberikan syafaat kepada 70. 000 orang lagi untuk bisa masuk surga tanpa dihisab”. Salah seorang sahabat bertanya: “Kenapa Engkau tidak meminta tambahan lagi wahai Rasūlullāh?” Rasūlullāh menjawab: “Ya, aku meminta tambahan hingga tiga kali dan Allah memberikan tambahan lagi dengan tak terhingga, maka semuanya masuk surga tanpa dihisab. Jika dalam golongan orang mu’min ada seseorang yang lebih dekat pada rahmat Allah, ia akan masuk surga tanpa dihisab; dan jika dari golongan orang kafir ada seseorang yang lebih dekat pada kemurkaan Allah, ia akan masuk neraka tanpa dihisab. Berhati-hatilah kalian! Karena ada sekelompok orang yang masuk surga tanpa dihisab dan ada juga sekelompok orang yang masuk neraka tanpa dihisab.” (1752).

Disebutkan dalam satu hadits bahwa Allah menghisab semua manusia secara serentak dan di satu waktu, sehingga setiap orang merasa dirinya sedang dihisab Allah. Hisab manusia berbeda-beda, ada yang mudah, adapula yang sulit, ada yang secara rahasia, adapula yang secara terang-terangan. (1763).

اللهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ

Allah melakukan sesuatu yang dikehendaki-Nya.” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 40).

إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Baqarh [2]: 20).

Semua hal di atas adalah suatu kebenaran yang pasti akan terjadi, tidak ada keraguan di dalamnya.

Catatan:

  1. 174). Tuḥfat-ul-Murīd, hal. 282.
  2. 175). Tuḥfat-ul-Murīd, hal. 282.
  3. 176). Tuḥfat-ul-Murīd, hal. 283.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *