Pengagungan Terhadap Rasul S.A.W. – Kisah Sang Rasul (1/2)

KISAH SANG RASUL:
Menyimak dan Meneguhkan Sosok Pembawa Risalah

Karya: Abdullah ibn Jakfar al-Habsyi
 
Diterbitkan oleh:
CV. Layar Creative Mediatama

Rangkaian Pos: Pengagungan Terhadap Rasul S.A.W. - Kisah Sang Rasul

Bab 15:

PENGAGUNGAN TERHADAP RASŪL S.A.W.

 

Para ‘ulamā’ meriwayatkan tentang bagaimana kisah para sahabat dan tabi‘in tentang pengagungan dan penghormatan mereka kepada Baginda Rasūlullāh s.a.w. di antaranya yang dikutip oleh Imām al-Qādhī ‘Iyādh rhm. bahwa seseorang datang menemui Sa‘īd ibn Musayyab r.a. dan bertanya mengenai hadits, sedangkan (Sa‘īd ibn Musayyab r.a.) dalam keadaan terlentang, maka ia pun duduk dan meriwayatkan hadits, orang itu pun berkata:

“Aku tidak ingin mengganggu posisi nyamanmu.”

Maka Sa‘īd ibn Musayyab menjawab:

“Aku tidak suka meriwayatkan hadits dari Baginda Rasūlullāh s.a.w. dalam keadaan terlentang.”

Dan diceritakan pula oleh Imām al-Qādhī ‘Iyādh rhm. bahwasanya: “Dahulu kala Imām Mālik ibn Anas rhm. tidak meriwayatkan hadits Baginda Rasūlullāh s.a.w. kecuali dalam keadaan berwudhū’ karena penghormatan kepada Rasūlullāh s.a.w. Ketika Amīr-ul-Mu’minīn Abū Ja‘far al-Manshūr rhm. berdebat dengannya dan mengangkat suaranya, maka Imām Mālik rhm. pun berkata:

“Ya Amīr-al-Mu’minīn! Janganlah engkau meninggikan suaramu di masjid yang mulia ini, sesungguhnya Allah s.w.t. telah mengajarkan adab kepada suatu kaum dengan firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ…..

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi,…….”. (QS. al-Ḥujurāt [49]: 2).

Dan telah memuji suatu kaum dengan firman-Nya:

إِنَّ الَّذِيْنَ يَغُضُّوْنَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ أُولئِكَ الَّذِيْنَ امْتَحَنَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَ أَجْرٌ عَظِيْمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasūlullāh, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertaqwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.”. (QS. al-Ḥujurāt [49]: 3).

Dan telah menghinakan suatu kaum dengan firman-Nya:

إِنَّ الَّذِيْنَ يُنَادُوْنَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muḥammd) dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.”. (QS. al-Ḥujurāt [49]: 4).

Dan kehormatan serta keagungan Baginda Rasūlullāh s.a.w. setelah wafat sama seperti semasa hidupnya, maka Abū Ja‘far al-Manshūr terdiam dan membisu.”

Adapun yang paling jelas di antara keagungan yang Allah s.w.t. berikan kepada Baginda Rasūlullāh s.a.w. adalah shalawat kepadanya, bahkan Allah s.w.t. mengabarkan bahwa Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Rasūlullāh s.a.w. serta memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Rasūlullāh s.a.w. dalam ayat suci dinobatkan:

إِنَّ اللهَ وَ مَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”. (QS. al-Aḥzāb [33]: 56).

Dan shalawat Allah dan para malaikat-Nya bagi Rasūlullāh s.a.w. berma‘na bersama pengagungan, perlindungan, curahan kemuliaan, penghargaan dengan keutamaan, penobatan terhadap rasa hormat atas pribadi Baginda Rasūlullāh s.a.w., maka tidak ada yang dapat menandingi penghormatan dan pujian tersebut.

Dan jika kita perhatikan secara jelas di dalam al-Qur’ān, bagaimana Allah s.w.t. menyeru dan memanggil kepada para nabi-Nya dengan namanya, seperti dalam ayat-ayat berikut:

قِيْلَ يَا نُوْحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِّنَّا وَ بَركَاتٍ عَلَيْكَ…..

Difirmankan: “Wahai Nūḥ! Turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami”. (QS. Hud [11]: 48).

قَالَ يَا مُوْسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالَاتِيْ وَ بِكَلَامِيْ…..

Allah berfirman: “Wahai Mūsā! Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau dari manusia yang lain (pada masamu) untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku”. (QS. al-A‘rāf [7]: 144).

Akan tetapi, ketika Allah s.w.t. menyeru dan memanggil Nabi kita Baginda Rasūlullāh s.a.w. dengan pangkat kenabian dan risalah, dan tidak pernah menyeru dengan namanya walau sekalipun. Coba perhatikanlah ayat-ayat berikut!

Allah s.w.t. berfrman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَ مُبَشِّرًا وَ نَذِيرًا

Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan.” (QS. al-Aḥzāb [33]: 45).

يَا أَيُّهَا الرَّسُوْلُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَارِعُوْنَ فِي الْكُفْرِ

Wahai Rasūl (Muḥammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya”. (QS. al-Mā’idah [5]: 41).

Dan ini adalah penghormatan dan pengagungan yang sangat tinggi serta yang paling lengkap, istimewa dan sempurna.

Di dalam shalawat Allah dan para malaikat-Nya, terdapat panggilan kemuliaan bagi kita sebagai umat-Nya agar segera menyerukan pujian baginya s.a.w., mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Allah s.w.t. serta menjajaki perbuatan para malaikat-Nya, bahkan pujian (shalawat) kita kepada Baginda Rasūlullāh s.a.w. adalah kewajiban yang tertanam bagi kita sebelum Allah s.w.t. memerintahkan kepada kita, namun Allah s.w.t.menjelaskan dengan perintah khusus di dalam firman-Nya agar kita bershalawat kepada Rasūlullāh s.a.w. berikut:

إِنَّ اللهَ وَ مَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”. (QS. al-Aḥzāb [33]: 56).

Maka, kita sebagai umatnya harus lebih mengagungkan serta memuji Baginda Rasūlullāh s.a.w. dikarenakan apa yang kita dapatkan semata-mata karena berkah Rasūlullāh s.a.w., dan kebaikan dari perjalanan hidupnya, beliau yang telah dikirim oleh Allah s.w.t. untuk menyelamatkan kita dari kesesatan, dan telah mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang, Allah s.w.t. menyebutkan jasa besar Baginda Rasūlullāh s.a.w. dalam firman-Nya berikut:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasūl dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”. (QS. at-Taubah [9]: 128).

Sanggahan (Disclaimer): Artikel ini telah kami muat dengan izin dari penerbit. Terima kasih.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *