Pembagian Majaz – Terjemah Syarah al-Waraqat

Ushul Fiqh
Terjemah Syarah al-Waraqat
 
Judul (Asli): Syarh al-Waraqat
(Penjelasan dan Tanya Jawab Ushul Fiqh)
 
 
Penyusun: Darul Azka, Nailul Huda, Munawwir Ridlwan
 
Penerbit: Santri salaf press.

Pembagian Majāz.

(وَ الْمَجَازُ إِمَّا أَنْ يَكُوْنَ بِزِيَادَةٍ أَوْ نُقْصَانٍ أَوْ نَقْلٍ أَوِ اسْتِعَارَةٍ)
(فَالْمَجَازُ بِالزِّيَادَةِ مِثْلُ قَوْلِهِ تَعَالَى: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ)، فَالْكَافُ زَائِدَةٌ وَ إِلَّا فَهِيَ بِمَعْنَى مِثْلٍ فَيَكُوْنُ لَهُ تَعَالَى مِثْلٌ وَ هُوَ مُحَالٌ وَ الْقَصْدُ بِهذَا الْكَلَامِ نَفْيُهُ.
(وَ الْمَجَازُ بِالنُّقْصَانِ مِثْلُ قَوْلِهِ تَعَالَى: وَ اسْئَلِ الْقَرْيَةَ) أَيْ أَهْلَ الْقَرْيَةِ، وَ قُرِّبَ صِدْقُ تَعْرِيْفِ الْمَجَازِ عَلَى مَا ذُكِرَ بِأَنَّهُ اُسْتُعْمِلَ نَفْيُ مِثْلِ الْمِثْلِ وَ سُؤَالِ الْقَرْيَةِ فِيْ سُؤَالِ أَهْلِهَا.
(وَ الْمَجَازُ بِالنَّقْلِ كَالْغَائِطِ فِيْمَا يَخْرُجُ مِنَ الْإِنْسَانِ)، نُقِلَ إِلَيْهِ عَنْ حَقِيْقَتِهِ وَ هِيَ الْمَكَانُ الْمُطْمَئِنُّ تُقْضَى فِيْهِ الْحَاجَةُ بِحَيْثُ لَا يَتَبَادَرُ مِنْهُ عُرْفًا إِلَّا الْخَارِجِ.
(وَ الْمَجَازُ بِالْاِسْتِعَارَةِ كَقَوْلِهِ تَعَالَى: جِدَارًا يُرِيْدُ أَنْ يَنْقَضَّ) أَيْ يَسْقُطُ، فَشُبِّهَ مَيْلُهُ إِلَى السُّقُوْطِ بِإِرَادَةِ السُّقُوْطِ الَّتِيْ هِيَ مِنْ صِفَاتِ الْحَيِّ دُوْنَ الْجَمَادِ، وَ الْمَجَازُ الْمَبْنِيُّ عَلَى التَّشْبِيْهش يُسَمَّى اسْتِعَارَةً.

Majāz adakalanya berbentuk ziyādah (penambahan), naqsh (pengurangan), naql (perpindahan ma‘na), atau isti‘ārah (meminjam arti kata lain).

Contoh majāz ziyādah, firman Allah s.w.t.: (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ) “tidak ada sesuatu pun serupa dengan Dia” huruf kāf di sini adalah tambahan. Karena apabila tidak demikian, maka huruf kāf berma‘na menyerupai, sehingga akan muncul pemahaman, ada perkara yang menyerupai Allah s.w.t., dimana hal itu adalah muḥāl (tidak diterima akal). Padahal tujuan dari kalam ini adalah menafikan perkara yang menyerupai Allah s.w.t.

Contoh majāz naqsh, firman Allah s.w.t. (وَ اسْئَلِ الْقَرْيَةَ) “dan tanyalah penduduk desa”, maksudnya, bertanya pada penduduk desa (أَهْلَ الْقَرْيَةِ).

Keselarasan dengan definisi majāz dari contoh-contoh di atas adalah dengan pendekatan, bahwa penafian mitsl-il-mitsli (padanan sesuatu yang menyerupai Allah s.w.t.) digunakan untuk menafikan mitsli (perkara yang menyerupai Allah s.w.t.). Dan bahwa pertanyaan pada (الْقَرْيَةِ) “desa/benda mati) digunakan untuk ma‘na pertanyaan pada (أَهْلَ الْقَرْيَةِ) “penduduknya/makhlūq hidup”.

Contoh majāz naql, (الْغَائِطِ) yang digunakan untuk ma‘na perkara yang keluar dari tubuh manusia, dipindah dari ma‘na hakikatnya, yaitu tempat rendah untuk membuang hajat. Hal ini sekiranya secara ‘urfi kata (الْغَائِطِ) tidak akan cepat ditangkap pemahaman kecuali atas perkara yang keluar dari tubuh manusia.

Contoh majāz isti‘ārah, firman Allah s.w.t.: (جِدَارًا يُرِيْدُ أَنْ يَنْقَضَّ) “dinding rumah yang hampir roboh”, maksud kata (يَنْقَضَّ) adalah (يَسْقُطُ). Miringnya tembok yang akan roboh disamakan dengan menghendaki roboh yang merupakan sifat makhlūq hidup bukan benda mati. Majāz yang didasarkan pada penyerupaan ini dinamakan isti‘ārah.

Penjelasan:

Majāz terbagi menjadi beberapa macam:

  1. Majāz ziyādah (penambahan), yaitu lafazh yang digunakan pada selain ma‘na asalnya karena ‘alāqah (hubungan) berbentuk penambahan kalimat. Penambahan ini tidak memiliki arti, namun ada fungsi tertentu seperti mengukuhkan. Contoh:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ

tidak ada sesuatu pun serupa dengan Dia

Huruf kāf memiliki arti (مِثْلٌ), yang apabila difungsikan ma‘nanya maka akan terjadi pemahaman yang muḥāl (tidak diterima akal). Karena maksud ayat di atas adalah menafikan sesuatu yang menyerupai Allah s.w.t. Sehingga kāf di sini dihukum ziyādah (tambahan). (171).

  1. Majāz nuqshān (pengurangan), yaitu lafazh yang digunakan pada selain ma‘na asalnya karena ‘alāqah (hubungan) berbentuk pengurangan kalimat. Contoh:

وَ اسْئَلِ الْقَرْيَةَ

dan tanyalah penduduk desa

Dalam contoh ini, ada pengurangan lafazh (أَهْلَ) “penduduk” dengan qarīnah, tidak mungkin bertanya pada desa yang berwujūd benda mati. (182).

  1. Majāz naql (memindah), yaitu pemindahan ma‘na oleh ahli urfi ‘am (umum) dari ma‘na lughat menuju ma‘na yang dipakai sebagai istilah oleh manusia umum. Contoh lafazh (الْغَائِطِ), dipindah dari arti lughat yaitu tanah yang rendah yang digunakan untuk membuang kotoran, menuju arti kotoran yang keluar dari manusia.
  2. Majāz isti‘ārah, yaitu lafazh yang digunakan pada selain ma‘na asalnya karena ‘alāqah (hubungan) berbentuk keserupaan. Contoh firman Allah s.w.t.:

جِدَارًا يُرِيْدُ أَنْ يَنْقَضَّ

dinding rumah yang hampir roboh

Miringnya tembok yang akan roboh disamakan dengan menghendaki roboh yang merupakan sifat makhlūq hidup bukan untuk benda mati.

Catatan:

  1. 17). Menurut segolongan ‘ulamā’, huruf kāf dalam contoh tersebut bukan ziyādah, Dari sini ada kemungkinan lafaz “mitslu” dima‘nai dzāt, atau shifat dan lain sebagainya – Lathā’if-ul-Isyārah, hal. 22
  2. 18). Syarḥ-ul-Kawākib-is-Sāthi‘, vol. I, hal. 130.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *