Pembagian Kalām.
(وَ الْكَلَامُ يَنْقَسِمُ إِلَى أَمْرٍ وَ نَهْيٍ) نَحْوُ قُمْ وَ لَا تَقْعُدْ (وَ خَبَرٍ) نَحْوُ جَاءَ زَيْدٌ (وَ اسْتِخْبَارٍ) وَ هُوَ الْاِسْتِفْهَامُ نَحْوُ هَلْ قَامَ زَيْدٌ؟ فَيُقَالُ: نَعَمْ أَوْ لَا.
(وَ يَنْقَسِمُ أَيْضًا إِلَى تَمَنٍّ) نَحْوُ لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا (وَ عَرْضٍ) نَحْوُ أَلَا تَنْزِلُ عَنْدَنَا (وَ قَسَمٍ) نَحْوُ وَ اللهِ لَأَفْعَلَنَّ كذَا.
Kalām terbagi menjadi:
- Amr, contoh: (قُمْ).
- Nahi, contoh: (لَا تَقْعُدْ).
- Khabar, contoh (جَاءَ زَيْدٌ).
- Istikhbār, ya‘ni istifhām, contoh: (هَلْ قَامَ زَيْدٌ) maka dijawab ya atau tidak.
Kalām terbagi lagi menjadi:
- Tamannī, contoh: (لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا).
- ‘Ardh, contoh: (أَلَا تَنْزِلُ عَنْدَنَا).
- Qasam, contoh: (وَ اللهِ لَأَفْعَلَنَّ كذَا).
Penjelasan:
Dari sisi kandungannya, kalām terbagi beberapa macam:
- Amr, yaitu kalām yang mengandung arti menuntut dilakukannya pekerjaan, contoh: (قُمْ) “berdirilah”.
- Nahi, yaitu kalām yang mengandung arti menuntut ditinggalkannya pekerjaan, contoh: (لَا تَقْعُدْ) “janganlah duduk).
- Khabar (berita), yaitu kalām yang mengandung arti sebuah berita yang mungkin benar dan bohong secara dzātiyyah, contoh: (جَاءَ زَيْدٌ) “Zaid telah datang”.
- Istikhbar (istifham), yaitu kalām yang mengandung arti tuntutan untuk menjelaskan sesuatu, contoh: (هَلْ قَامَ زَيْدٌ) “Apakah Zaid berdiri?) maka dijawab ya atau tidak.
- Tamannī, yaitu kalām yang mengandung arti menginginkan sesuatu yang tidak mungkin didapatkan, contoh: (لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا) “Andai masa muda kembali suatu hari”, atau sulit didapatkan, contoh: orang miskin berkata: (لَيْتَ لِيْ قِنْطَارًا مِنْ ذَهَبٍ فَأَحُجَّ مِنْهُ) “Andai aku punya segudang emas, maka akan aku gunakan berangkat haji”.
- ‘Ardh, yaitu kalām yang dimulai dengan lafazh (أَلَا) dan menunjukkan arti permintaan halus dan santai, contoh (أَلَا تَنْزِلُ عَنْدَنَا) “mari singgah ke tempatku”.
- Tahdhīdh, yaitu kalām yang dimulai dengan lafazh (هَلَّا) dan menunjukkan arti permintaan dengan keras dan menghardik, contoh: (هَلَّا أَكْرَمْتَ زَيْدًا) “Ayo, muliakanlah Zaid” Kalām ini tidak disebutkan pengarang karena hakikatnya sama dengan ‘ardh, ya‘ni meminta sesuatu yang disukai. (13).
- Qasam, yaitu kalām yang mengandung arti sumpah, contoh: (وَ اللهِ لَأَفْعَلَنَّ كذَا) “demi Allah, pasti aku akan melakukan demikian”.