Hati Senang

Pembagian Kalam – Terjemah Syarah al-Waraqat

Cover Buku Terjemah Syarah al-Waraqat
Ushul Fiqh Terjemah Syarah al-Waraqat   Judul (Asli): Syarh al-Waraqat (Penjelasan dan Tanya Jawab Ushul Fiqh)     Penyusun: Darul Azka, Nailul Huda, Munawwir Ridlwan   Penerbit: Santri salaf press.

Pembagian Kalām.

 

(وَ الْكَلَامُ يَنْقَسِمُ إِلَى أَمْرٍ وَ نَهْيٍ) نَحْوُ قُمْ وَ لَا تَقْعُدْ (وَ خَبَرٍ) نَحْوُ جَاءَ زَيْدٌ (وَ اسْتِخْبَارٍ) وَ هُوَ الْاِسْتِفْهَامُ نَحْوُ هَلْ قَامَ زَيْدٌ؟ فَيُقَالُ: نَعَمْ أَوْ لَا.
(وَ يَنْقَسِمُ أَيْضًا إِلَى تَمَنٍّ) نَحْوُ لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا (وَ عَرْضٍ) نَحْوُ أَلَا تَنْزِلُ عَنْدَنَا (وَ قَسَمٍ) نَحْوُ وَ اللهِ لَأَفْعَلَنَّ كذَا.

Kalām terbagi menjadi:

  1. Amr, contoh: (قُمْ).
  2. Nahi, contoh: (لَا تَقْعُدْ).
  3. Khabar, contoh (جَاءَ زَيْدٌ).
  4. Istikhbār, ya‘ni istifhām, contoh: (هَلْ قَامَ زَيْدٌ) maka dijawab ya atau tidak.

 

Kalām terbagi lagi menjadi:

  1. Tamannī, contoh: (لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا).
  2. ‘Ardh, contoh: (أَلَا تَنْزِلُ عَنْدَنَا).
  3. Qasam, contoh: (وَ اللهِ لَأَفْعَلَنَّ كذَا).

Penjelasan:

Dari sisi kandungannya, kalām terbagi beberapa macam:

  1. Amr, yaitu kalām yang mengandung arti menuntut dilakukannya pekerjaan, contoh: (قُمْ) “berdirilah”.
  2. Nahi, yaitu kalām yang mengandung arti menuntut ditinggalkannya pekerjaan, contoh: (لَا تَقْعُدْ) “janganlah duduk).
  3. Khabar (berita), yaitu kalām yang mengandung arti sebuah berita yang mungkin benar dan bohong secara dzātiyyah, contoh: (جَاءَ زَيْدٌ) “Zaid telah datang”.
  4. Istikhbar (istifham), yaitu kalām yang mengandung arti tuntutan untuk menjelaskan sesuatu, contoh: (هَلْ قَامَ زَيْدٌ) “Apakah Zaid berdiri?) maka dijawab ya atau tidak.
  5. Tamannī, yaitu kalām yang mengandung arti menginginkan sesuatu yang tidak mungkin didapatkan, contoh: (لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا) “Andai masa muda kembali suatu hari”, atau sulit didapatkan, contoh: orang miskin berkata: (لَيْتَ لِيْ قِنْطَارًا مِنْ ذَهَبٍ فَأَحُجَّ مِنْهُ) “Andai aku punya segudang emas, maka akan aku gunakan berangkat haji”.
  6. ‘Ardh, yaitu kalām yang dimulai dengan lafazh (أَلَا) dan menunjukkan arti permintaan halus dan santai, contoh (أَلَا تَنْزِلُ عَنْدَنَا) “mari singgah ke tempatku”.
  7. Tahdhīdh, yaitu kalām yang dimulai dengan lafazh (هَلَّا) dan menunjukkan arti permintaan dengan keras dan menghardik, contoh: (هَلَّا أَكْرَمْتَ زَيْدًا) “Ayo, muliakanlah Zaid” Kalām ini tidak disebutkan pengarang karena hakikatnya sama dengan ‘ardh, ya‘ni meminta sesuatu yang disukai. (131).
  8. Qasam, yaitu kalām yang mengandung arti sumpah, contoh: (وَ اللهِ لَأَفْعَلَنَّ كذَا) “demi Allah, pasti aku akan melakukan demikian”.

Catatan:

  1. 13). An-Nafaḥāt hal. 38.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.