7. ORANG TUA NABI TIDAK DI NERAKA.
PERINGATAN:
Jika kita sudah tahu bahwa Ahl-ul-Fathrah itu termasuk orang-orang yang selamat atas pendapat yang lebih kuat maka tahulah kita bahwa kedua orang tua Nabi Muḥammad s.a.w. adalah selamat juga karena beliau berdua termasuk Ahl-ul-Fathrah. Bahkan beliau berdua termasuk Ahl-ul-Islām karena Allah telah menghidupkan beliau berdua untuk Nabi Muḥammad s.a.w. sebagai pengagungan baginya, lantas berimanlah kedua orang tua Nabi itu kepadanya sesudah kebangkitannya menjadi rasūl.
Hal ini berdasarkan satu hadits yang diriwayatkan dari ‘Urwah dari ‘Ā’isyah bahwa Rasūlullāh s.a.w. memohon kepada Tuhannya agar Dia menghidupkan baginya kedua orang tuanya. Maka Allah pun menghidupkan kedua orang tuanya itu baginya, lantas keduanya beriman dengan Nabi Muḥammad s.a.w. kemudian Allah mematikan keduanya kembali.
Berkata Suḥailī: “Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, bisa saja Allah mengkhususkan Nabi-Nya dengan apa-apa yang Dia kehendaki dari sebab keutamaan-Nya dan memberi nikmat kepada Nabi-Nya dengan apa-apa yang dia kehendaki dari sebab karamah-Nya.
Berkata sebagian ‘ulamā’: “Telah ditanya Qādhī Abū Bakar Bin ‘Arabī salah seorang ‘ulamā’ madzhab Maliki perihal seorang laki-laki yang berkata bahwa bapak Nabi ada di dalam neraka. Maka beliau menjawab bahwa orang itu terlaknat karena Allah s.w.t. berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ يُؤْذُونَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَ الْآخِرَةِ وَ أَعْتَدَنَا لَهُمْ عَذَابًا مُهِيْنًا.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasūl-Nya, niscaya Allah akan melaknat mereka di dunia dan akhirat dan Kami persiapkan bagi mereka itu ‘adzab yang menghinakan.”
Dan tidak ada perbuatan menyakiti yang lebih besar dibandingkan dengan perkataan bahwa bapak Nabi ada di dalam neraka.
Betapa tidak! Sedangkan Ibnu Mundzir dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Abū Hurairah bahwa beliau berkata: “Telah datang Sābi‘ah anak perempuan Abū Lahab kepada Nabi s.a.w., lalu dia berkata: “Wahai Rasūlullāh! Sesungguhnya orang-orang berkata: “Engkau anak dari kayu bakar api neraka”, maka berdirilah Rasūlullāh sedang beliau dalam keadaan marah, lantas berkata:
مَا بَالُ أَقْوَامٍ يُؤْذُوْنَنِيْ فِيْ قَرَابَتِيْ وَ مَنْ آذَانِيْ فَقَدْ آذَى اللهَ.
“Bagaimanakah keadaan kaum yang menyakiti aku dalam hal kerabatku, barang siapa menyakiti aku maka sungguh dia telah menyakiti Allah.”
Dalam masalah ini AL-JALĀL(-UD-DĪN) AS-SUYŪTHĪ telah menyusun beberapa karangan yang berhubungan dengan selamatnya kedua orang tua Nabi Muḥammad s.a.w. maka semoga Allah memberikan kebaikan kepadanya.