Mukaddimah – Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal

Biografi IMĀM ABŪ HANĪFAH
(Judul Asli: Silsilat al-Aimmah al-Mushawwarah (3): al-Imām Aḥmad ibn Ḥanbal)
Oleh: Dr. Tariq Suwaidan

Penerjemah: Iman Firdaus, Lc.Q.Dipl.
Penerbit: Zaman

MUKADIMAH

 

Segala puji bagi Allah yang menganugerahi kita ulama terkemuka yang mendapat petunjuk sekaligus memberi kita petunjuk kebenaran. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muḥammad s.a.w., sang pembawa rahmat bagi seluruh manusia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.

Buku ini menyuguhkan kisah hidup Imām Aḥmad ibn Ḥanbal – salah satu dari empat imam mazhab Ahlussunnah. Karakternya dikenal seperti sahabat Rasulullah. Biografi ini mencakup semua sisi kehidupan sang imam; sejak lahir, masa kecil, masa muda, sampai masa tua. Seluruh hidupnya ia persembahkan untuk mengkaji Sunnah (hadits), hingga ia menjadi seorang ulama terkemuka di bidang ini. Berkat kepakarannya di bidang hadits itu pula ia menjadi ulama fikih terkemuka.

Imām Aḥmad hidup pada paruh kedua abad ke-3 H. Pada zaman itu, ketenaran dan reputasinya tak tertandingi. Ia menonjol hampir di segala hal; kewara‘an, kezuhudan, dan kesucian. Ia juga terkemuka di bidang ushul fikih, akidah (teologi), dan hadits. Ia dikenal tegar dan sabar menghadapi berbagai cobaan demi menjaga dan membela Sunnah. Berdiri kukuh seperti gunung, tak goyah diterpa angin, tak guncang dihantam badai. Dialah teladan bagi siapa pun yang ingin mendapatkan ajaran-ajaran lurus Allah, atau ingin mengamalkan seluruh sunnah Rasulullah, pada sahabat, dan tabiin.

Imām Aḥmad benar-benar memancarkan (cahaya seperti yang tampak pada lendir kelemayar atau pada permukaan laut pada malam hari dsb.) cahaya, mengalirkan ilmu dan keberkahan, dan meneladankan kewara‘an; tawaduk meskipun kedudukannya tinggi; mulia di mata Allah, dan sangat teguh membela sunnah Rasulullah.

Imām Aḥmad pernah mengalami siksaan berat, dan dia bisa menghadapinya dengan baik. Ia tertempa oleh ujian itu. Setelah itu ia juga diuji dengan cobaan yang lebih berat lagi, tetapi ia berhasil keluar dari semua itu seperti emas yang baru disepuh (sepuh: campuran sendawa, tawas dsb. yang digunakan untuk menuakan warna emas). Alhasil, ia menjadi sosok yang jernih dan bersih dari segala kekotoran, serta menjadi simbol bagi para penjaga kemurnian akidah dan pembela sunnah Nabi.

Imām Aḥmad adalah seorang saleh. Itulah ungkapan jujur dan tulus dari kaum muslim di seluruh negeri Islam, seakan Imām Aḥmad masih hidup. Kesalehannya bahkan melebihi keahlian fikihnya. Hal ini yang membuatnya tidak terlalu bebas bergerak di bidang fikih. Imām Aḥmad sesekali berhenti dalam perjalanannya, sementara yang lain terus berjalan. Dia ragu saat semua orang merasa yakin. Dia diam, tidak berfatwa, saat orang-orang cenderung mudah berfatwa. Kepakarannya dalam fikih lebih didominasi hadits dan atsar yang ia hafal. Sebagian ulama bahkan lebih menganggapnya sebagai seorang ahli hadis ketimbang seorang ahli fikih.

Saya berharap, buku ini dapat mengenalkan kaum muslim kepada Imām Aḥmad ibn Ḥanbal.

Terimah kasih yang setulus-tulusnya kami sampaikan kepada orang-orang yang turut berperan dalam penerbitan buku ini. Terima kasih juga kepada Dr. Yasir Nashr yang telah mengorbankan segenap tenaga dan waktunya untuk membuat ilustrasi menarik dan ekspresif di buku ini. Gambar-gambarnya menandingi kuas kebanyakan seniman dan pelukis. Bagaimana pun, lukisan seseorang dibuat berdasarkan informasi tentang sosok yang ada di buku sejarah dan biografi. Semoga buku ini menjadi karya pertama yang mengulas kehidupan para tokoh terkemuka Islam dengan format tulisan dan gambar. Kebetulan, para ulama berfatwa membolehkan gambar-gambar ini untuk tujuan pengajaran dan pendidikan, serta untuk menarik perhatian para pembaca, khususnya kalangan muda. Sekarang ini tidak bisa dimungkiri bahwa kalangan muda yang memiliki minat baca tinggi jumlahnya menurun drastis. Wajar bila banyak buku-buku diterbitkan dalam format seperti ini demi mendorong mereka agar gemar belajar dan membaca. Kami berharap semoga Allah mewujudkan tujuan ini.

Dalam buku ini, kami juga membuat kesimpulan dari sebuah paragraf dengan menuliskannya sedikit lebih besar. Kesimpulan ini bisa dibaca secara sepintas untuk sekadar mendapatkan pengetahuan dan wawasan singkat, walaupun sebenarnya seluruh isi buku ini juga perlu dibaca. Bagi yang membaca seluruh isi buku ini, dia tidak perlu lagi membaca kesimpulan tersebut.

Kami berhadap Allah menerima usaha tulus ini dan menganugerahi kita taufik dan kebenaran, menjauhkan kita dari kesalaan dan kesesatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Mengabulkan segala doa, serta Maha Menolong dan Maha Membantu.

Dr. Tariq Suwaidan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *