Setelah Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī menjelaskan bahwa para rasul diperkuat dengan diberi mu‘jizat, kemudian beliau menyebutkan contoh-contoh mu‘jizat tersebut.
Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:
وَ مُعْجِزَاتُهُ كَثِيْرَةٌ غُرَرْ | مِنْهَا كَلَامُ اللهِ مَعْجِزُ الْبَشَرْ. |
“Mu‘jizat-mu‘jizat Nabi Muḥammad s.a.w. banyak dan terang. Di antaranya adalah kalāmullāh yang melemahkan manusia.”
Mu‘jizat Nabi Muḥammad s.a.w. banyak, bersinar terang dan masyhur, di antara mu’jizat beliau adalah al-Qur’ān yang qadīm (dahulu), diturunkan kepada beliau berupa lafazh yang bisa dibaca, dan mampu mengalahkan argumentasi semua manusia.
Mu‘jizat terbesar Nabi Muḥammad adalah al-Qur’ān. Semua mu‘jizat sejak beliau menjadi Rasūl sampai datangnya hari Kiamat tercakup dalam al-Qur’ān, sebagaimana firman Allah:
إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
“Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah [2]: 259).
مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ.
“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam al-Kitāb.” (QS. al-An‘ām [6]: 38).
Semua karamah para wali setelah Nabi Muḥammad sampai dengan hari Kiamat masih terhitung sebagai mu‘jizat Nabi, ini merupakan kemuliaan umat beliau.
Selain itu, Nabi juga memiliki mu‘jizat seperti terbelahnya bulan menjadi dua bagian, kayu dan bebatuan yang mengucapkan salam kepada Beliau, kerikil di genggaman beliau mampu membaca tasbih hingga para sahabat mendengarnya, bongkahan pohon kurma menangis karena Nabi duduk di atas mimbar saat akan khuthbah, tangisannya cukup keras hingga didengar oleh seluruh Jamaah di masjid, Nabi kemudian memegang dan menenangkannya seraya bersabda: “Jika engkau suka di dunia, maka akan aku tanam lagi engkau di kebun, engkau akan berbuah dan buahmu akan dimakan oleh para kekasih Allah. Jika engkau suka akhirat, maka akan aku tanam engkau di surga, engkau akan kekal selamanya,” bongkahan pohon kurma itu berkata: “Wahai Nabi, aku senang akhirat, aku tidak suka dunia.”
Bongkahan pohon kurma itu kemudian ditanam kembali ke tempat asalnya, di atasnya ditaruh mimbar dari kayu cemara. Karena peristiwa ini, Nabi bersabda: “Tempat di antara mimbar dan kuburku terdapat taman dari pertamanan surga, orang yang shalat di tempat itu serasa masuk surga. Sungguh beruntung orang yang bisa masuk ke tempat itu.” (1221).
Wahai saudaraku, ambillah pelajaran dari cerita ini. Pohon kurma saja memiliki kecintaan yang luar biasa pada Nabi Muḥammad s.a.w., ia cinta akhirat dan membenci dunia yang fana’ ini, maka sudah menjadi kewajibanmu wahai orang-orang mu’min, untuk mencintai Nabi dan cinta akhirat..
Di antara mu‘jizat Nabi adalah mampu mengembalikan bola mata sahabat Qatadah yang terlepas dari kelopak matanya karena terkena panah orang musyrik saat perang Uhud, lalu bola mata itu ditempelkan kembali oleh Nabi, dan bisa kembali seperti sediakala, bahkan lebih terang, indah dan jelas dibanding sebelumnya. (1232).
Mu‘jizat Nabi yang lain adalah kesaksian dhab atas kenabian Beliau. Pada suatu waktu, Nabi duduk dikelilingi oleh para sahabat, kemudian orang-orang Badui datang dengan membawa hewan dhab. Orang-orang Badui bertanya: “Siapa itu yang dikelilingi orang-orang.”
Para Sahabat menjawab: “Dia adalah Nabi.”
Orang-orang Badui berkata: “Demi Lata dan ‘Uzza, saya tidak percaya, kecuali jika hewan dhab-ku ini beriman kepadanya”, orang Badui itu kemudian meletakkan dhab disamping Nabi.
Nabi menyapa dhab seperti: “Wahai dhab”, Dhab menjawab dengan lisan yang fasih, semua sahabat pun bisa mendengarkannya, “Aku penuhi panggilanmu, wahai perhiasan orang yang datang pada hari Kiamat.”
Nabi bertanya: “Wahai dhab, siapa yang engkau sembah?”
Dhab menjawab: “Aku menyambah Dzāt yang ‘arsy-Nya berada di langit, kerajaannya berada di bumi, jalannya berada di laut, rahmatnya berada di surga, dan siksanya berada di neraka.”
Nabi bertanya lagi: “Siapa aku?”
Dhab menjawab: “Engkau adalah utusan Tuhan yang menguasai seluruh alam, Engkau penutup para Nabi. Sungguh beruntung orang yang membenarkanmu, dan merugilah orang yang mendustakannmu”. (1243).
Orang-orang Badui itu kemudian masuk Islam. Ada banyak sekali hadits dan khabar yang meceritakan tentang mu‘jizat Rasūlullāh s.a.w.
Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:
وَ اجْزِمْ بِمِعْرَاجِ النَّبِيِّ كَمَا رَوَوْا | …………………. |
“Dan mantapkanlah mi‘rāj-nya Nabi s.a.w. sebagaimana yang telah mereka riwayatkan………….”
Yakinilah kebenaran mi‘rāj-nya Nabi, yaitu naiknya Nabi dari Masjid-il-Aqshā ke langit ketujuh sampai Sidrat-ul-Muntahā (ada juga yang berpendapat ‘arsy), sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh para ‘ulamā’ ahli hadits.
Seorang mukallaf wajib meyakini bahwa Rasūlullāh s.a.w. melakukan mi‘rāj, yaitu naik ke langit dengan menggunakan tangga sebanyak sepuluh kali, mulai langit dunia sampai langit ke tujuh (ada yang berpendapat sampai ‘arsy) dengan ruh dan jasad, bukan hanya rūḥnya saja, dan dalam kondisi terjaga, tidak tidur. Inilah yang dinamakan mi‘rāj.
Adapun bepergian Nabi dari Masjid-il-Ḥarām sampai Masjid-il-Aqshā dengan mengendarai Burāq dinamakan asra, maksudnya bepergian di waktu malam mengendarai Burāq. Adapun ceritanya telah masyhur dalam hadits mi‘rāj, maka lihat dan bacalah hadits tersebut.