(Mizan) Timbangan ‘Amal – Terjemah Tauhid Sabilul Abid KH. Sholeh Darat

TERJEMAH TAUHID

سَبِيْلُ الْعَبِيْدِ عَلَى جَوْهَرَةِ التَّوْحِيْدِ
Oleh: Kiyai Haji Sholeh Darat
Mahaguru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufrohah
Penerbit: Sahifa Publishing

Rangkaian Pos: 004 Persoalan Aqidah yang Bersumber dari Dalil Naqli (Sam'iyyah) - Terjemah Tauhid Sabilul Abid

(Mīzān) Timbangan ‘Amal

 

Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:

وَ مِثْلُ هذَا الْوَزْنُ وَ الْمِيْزَانُ فَتُوْزَنُ الْكُتْبُ أَوِ الْأَعْيَانُ.

Seperti ini (mengambil buku catatan ‘amal) adalah wazn dan mīzān, maka ditimbanglah semua catatan-catatan ‘amal atau ‘amalan-‘amalan itu sendiri.”

Sebagaimana pengambilan catatan ‘amal yang harus diimani, begitu pula adanya timbangan ‘amal perbuatan semua manusia dengan neraca timbangan. Catatan ‘amal manusia akan ditimbang. Ada pendapat yang menyatakan bahwa yang ditimbang adalah ‘amalnya.

Penjelasan

Wajib bagi seorang mu’min mengimani adanya timbangan ‘amal. Timbangan tersebut berupa satu tiang dan dua piring timbangan. Masing-masing piring timbangan lebih luas dari tujuh lapisan bumi dan tujuh lapisan langit.

Allah s.w.t. berfirman:

وَ الْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ.

Dan penimbangan pada hari itu adalah ḥaqq.” (QS. al-A‘rāf [7]: 8).

Adapun dalil yang dijadikan dasar adanya penimbangan ‘amal adalah firman Allah s.w.t.:

وَ نَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا.

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun.” (QS. al-Anbiyā’ [21]: 47).

وَ الْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهُ فَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ. وَ مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهُ فَأُولئِكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْا أَنْفُسَهُم بِمَا كَانُوْا بِآيَاتِنَا يِظْلِمُوْنَ

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. al-A‘rāf [7]: 8-9).

Berat dan ringannya timbangan di akhirat sama halnya dengan timbangan yang ada di dunia. Berat akan naik disebabkan banyaknya ‘amal tauḥīd dan ‘amal shāliḥ yang dilakukan. Ringan akan menurun disebabkan kemaksiatan dan kekufuran yang dilakukan selama di dunia.

Seorang mu’min wajib mengimani adanya mīzān (timbangan) dan mauzūn (yang ditambang). Tidak diwajibkan memikirkan bentuk dan jenis timbangan seperti apa. Kita hanya diwajibkan mengimani keberadaan dan terjadinya timbangan ‘amal, jangan bertanya tentang bagaimana bentuk dan rupanya.

Mengenai apa yang akan ditimbang, sebagian ‘ulamā’ berpendapat bahwa yang ditimbang adalah catatan ‘amalnya. Sebagian yang lain berpendapat yang akan ditimbang adalah ‘amal perbuatan yang diwujudkan dalam bentuk jisim. (1891).

Diriwayatkan dalam sebuah hadits: “Allah akan menyelamatkan salah seorang umatku. Di hadapan semua makhlūq, dibentangkan kepadanya 99 buku catatan ‘amal kejelekan. Panjang tiap-tiap buku catatan ‘amalnya sejauh mata memandang. Buku tersebut diperlihatkan padanya.
Kemudian dikatakan kepadanya: “Apakah engkau mengingkari ‘amalmu ini?”
Laki-laki itu menjawab: “Tidak, wahai Tuhanku, semua sudah benar.”
Allah berfirman: “Apakah malaikat katābah berbuat zhālim?”
Laki-laki itu menjawab: “Tidak wahai Tuhanku, malaikat katābah tidak berbuat zhālim.”
Allah berfirman: “Apakah engkau memiliki ‘udzur?”
Laki-laki itu menjawab: “Tidak, wahai Tuhanku, aku tidak memiliki ‘udzur”.
Allah berfirman: “Apakah engkau merasa memiliki ‘amal kebaikan?”
Laki-laki itu menjawab: “Saya merasa tidak memilikinya, wahai Tuhanku.”
Allah berfirman: “Engkau memiliki ‘amal kebaikan pada-Ku dan Aku tidak ingin berbuat zhālim kepada hamba-hambaKu.”
Lalu Allah s.w.t. mengeluarkan sebuah catatan kecil sebesar jari yang di dalamnya bertuliskan lafazh:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ (ص).

Kemudian 99 buku catatan yang penuh dengan ‘amal buruk diletakkan di atas piring timbangan sebelah kiri dan catatan kecil itu diletakkan di atas piring timbangan sebelah kanan. Ternyata catatan kecil itu lebih berat, piring timbangannya pun turun dan terangkatlah piring timbangan yang berisikan 99 buku catatan buruk.”

Keistimewa seperti itu tidak didapatkan oleh semua manusia, tetapi hanya berlaku bagi orang-orang tertentu yang akan dikasihi oleh Allah saja. (1902).

Menurut satu pendapat, ‘amal shāliḥ kelak diwujudkan sebagai cahaya, sedangkan ‘amal perbuatan buruk diwujudkan sebagai kegelapan. Kemudian ditimbanglah cahaya dan kegelapan tersebut. Wallāhu a‘lam. (1913).

Catatan:

  1. 189). Tuḥfat-ul-Murīd, hal. 292-293.
  2. 190). Tuḥfat-ul-Murīd, hal. 293.
  3. 191). Ibid.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *