Memanfaatkan Usia – Tutur Penerang Hati – Ibn ‘Atha’illah

Terapi Ma‘rifat
 
Tutur Penerang Hati

Oleh: Ibnu ‘Athā’illāh as-Sakandarī
Judul Asli: Bahjat-un-Nufūs
 
 
Penerjemah: Fauzi Faishal Bahreisy
Penerbit: Zaman

19

Memanfaatkan Usia

 

Seorang penyair berkata:

Kalau dua puluh hari dari bulan Sya‘bān telah lewat
teruskan minum malammu sampai siang,
Jangan engkau minum dengan gelas kecil
sebab waktu yang ada sudah semakin sempit.

Makna syair tadi adalah apabila dua puluh hari dari bulan Sya‘bān telah berlalu berarti Ramadhān telah dekat, sebuah bulan yang di dalamnya manusia dilarang makan dan minum. Karena itu, sebelum bulan Ramadhān datang, ia hendaknya makan dan minum dari tempat besar agar bisa kenyang selama kesempatan masih ada.

Menurut para ‘ulamā’, maksud dari petikan syair di atas adalah: kalau engkau sudah berusia empat puluh tahun, sadarlah dan bergegaslah melakukan amal-amal saleh baik di waktu siang maupun malam. Jangan buang waktu sedikit pun sebab usia sudah tua, waktu semakin sempit, dan saat perjumpaan dengan Allah bertambah dekat.

‘Amal di usia senja berbeda dengan ‘amal orang yang masih muda. Orang yang masih muda biasanya takkan menyia-nyiakan masa muda, semangat, dan kekuatannya. Namun demikian, masih ada peluang baginya.

Sementara engkau sudah menghabiskan masa mudamu, engkau mempergunakan sebagian besar usiamu dalam menghambakan diri pada dunia, dalam permainan yang sia-sia, serta berpaling dari Tuhan, Kalau engkau masih menunda ‘amal sampai masa pikun tiba, itu akan mengacaukan akal dan anggota badanmu. Akhirnya, ketika engkau ingin sungguh-sungguh dalam ber‘amal, sayang sekali kekuatan sudah tidak ada. Oleh karena itu, persiapkan masa mudamu untuk menghadapi masa pikun, waktu luangmu untuk menghadapi waktu sibuk, dan hidupmu untuk menghadapi kematian. Jangan sia-siakan masa sehat. Sibukkan semua waktumu dengan dzikir dan taat. Serta, tekunlah dalam mengabdi dan beribadah kepada-Nya.

Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang berīmān bertaqwālah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwā. Dan janganlah sampai kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.” (Āli ‘Imrān [3]: 102).

Wahai hamba Allah, ber‘amallah sekuat tenagamu dalam umur yang tersisa ini dengan berdzikir dan istighfār disertai rasa takut dan cemas. Tak ada ibadah yang lebih ringan darinya. Sebab, engkau bisa melakukan itu semua, pada saat berdiri, duduk, berbaring, maupun saat sibuk dan sakit. Itulah ibadah paling ringan yang dikatakan Rasūlullāh s.a.w.: “Hendaknya lidahmu senantiasa basah dengan dzikir pada Allah.” ‘Abdullāh ibn Busr r.a. menceritakan bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasūlullāh s.a.w.: “Wahai Rasūlullāh, sesungguhnya syarī‘at Islām telah banyak. Beritahukan kepadaku sesuatu yang bisa kupegang dengan teguh! Rasūl pun menasehati: “Hendaknya lisanmu basah dengan dzikir kepada Allah.” Maksudnya, pergunakan lisanmu untuk banyak berdzikir. Jangan sampai qalbumu lalai dari Allah agar lidahmu senantiasa basah akibat sering berdzikir dan membaca istighfār.

Rajinlah selalu membaca doa atau dzikir yang mudah menurutmu. Kekuatanmu untuk membacanya merupakan bentuk pertolongan Allah. Kalau engkau bisa berdzikir, itu berkat karunia-Nya semata. Sementara kalau engkau berpaling, itu karena murka dan marah-Nya. Oleh karena itu, ber‘amallah dan bersungguh-sungguhlah dalam ber‘amal. Tekunlah berdzikir dalam setiap keadaan sampai Allah membukakan diri untukmu.

 

Peliharalah lima perkara sebelum datangnya lima perkara (yang lain): hidupmu sebelum matimu, masa mudamu sebelum masa tuamu, saat sehatmu sebelum saat sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan era kayamu sebelum era miskinmu (Nabi s.a.w.)

 

Ketahuilah bahwa lalai ketika ber‘amal lebih baik daripada meninggalkan ‘amal.

Orang yang butuh takkan berhenti meminta dan akan terus menghampiri setiap pintu. Ia dengan tekun berdiri di depan pintu untuk meminta. Oleh karena itu, tekunlah berdiri di depan pintu Tuhan dengan dzikir dan taat. Perbanyaklah berdoa dan mengemis pada-Nya. Karena, Allah senang terhadap hamba-Nya yang tekun dan sebaliknya Dia benci terhadap hamba-Nya yang sombong.

Allah berfirman: “Tuhan kalian berkata: “Berdoalah pasti Aku kabulkan”. Sesungguhnya orang-orang sombong yang tak mau beribadah kepada-Ku akan masuk ke dalam neraka jahanam dalam keadaan hina.” (Mu’min [40]: 60).

Orang yang memohon ampunan Tuhan ibarat orang tua yang ditinggal mati anaknya sehingga ia menjadi sangat sedih. Mungkinkah dalam kondisi semacam itu, ia masih sempat mengunjungi calon pengantin, bergembira, pergi ke resepsinya, dan ikut berpesta-ria? Tak mungkin itu dilakukan. Pastilah ia sibuk dengan kematian anaknya dan terus mengenangnya. Demikian pula semestinya yang dilakukan oleh orang yang tak mendapat rahmat Allah.Yang harus ia pikirkan adalah bagaimana memperoleh ridha-Nya.

Wahai saudaraku, gunakanlah sebaik mungkin waktu-waktumu untuk beramal. Tekun dan tuluslah dalam mengerjakannya. Kalau engkau ingin menentang Tuhan, tinggalkanlah nikmat dan karunia-Nya. Lalu lakukanlah apa yang kau mau. Layakkah engkau memakan nikmat-Nya seraya menentang Tuhan dengan nikmat tersebut?

Engkau ibarat orang yang duduk di meja jamuan raja. Orang itu memakan jamuan tersebut, tetapi sambil mencela dan menentang raja. Tentu, engkau tak mungkin lepas dari nikmat-Nya. Sebab, segala sesuatu berasal dan kembali kepada-Nya. Dialah Dzāt Yang Menguasai.

Seluruh yang di langit dan di bumi berasal dari kebaikan dan kemurahan-Nya. Pantaskah engkau memakan karunia Tuhan yang terdapat di air dan di udara serta menikmati kesehatan dan keselamatan, sementara dirimu menentang dan memusuhi-Nya? Bahkan, berbagai jenis pelanggaran kau lakukan. Setiap waktu engkau melakukan satu macam kesalahan. Semua yang kau bangun selama bertahun-tahun hancur berantakan hanya dalam sekejap mata.

Bila hendak menggunakan pendengaran, penglihatan, lisan, serta anggota badan yang lain sesaat saja, malulah engkau kepada Tuhan serta sesalilah dosa yang kau lakukan. Sekarang, ikatlah anggota badan yang kau pergunakan dan pakailah ia untuk taat kepada Allah setelah kau pakai untuk maksiat. Agar dengan begitu engkau, bisa menikmati taat setelah manisnya maksiat.

Wahai yang menghancurkan ketaatan, Allah tidak membuatmu papa dan miskin kecuali agar engkau meminta kebutuhanmu pada-Nya, menghadapkan wajah pada-Nya, banyak berdzikir, tekun berdoa, serta menyebut syukur dan pujian pada-Nya. Kemiskinan yang membuatmu dekat kepada Allah lebih baik daripada kekayaan yang menjauhkanmu dari-Nya.

Wahai orang tua, engkau telah menghabiskan usiamu. Pergunakanlah sisa umur yang ada dengan melakukan ‘amal kebajikan. Engkau telah putih beruban dan yang putih itu tak pantas membawa kotoran. Orang yang menyadari ajalnya telah dekat pastilah segera menyiapkan bekal. Orang yang mengetahui bahwa kebaikan orang lain tak bermanfaat baginya, pastilah sungguh-sungguh berbuat baik untuk dirinya sendiri. Orang yang meninggal tanpa sempat mengevaluasi diri, pastilah ia merugi.

Ketahuilah jika usia muda telah disia-siakan, sangat layak kalau di saat tua usia itu dipelihara. Hal tersebut seperti seorang ibu yang mempunyai sepuluh anak. Jika sembilan orang anaknya telah mati lalu yang tersisa hanya satu, bukankah ia akan menghabiskan kesendiriannya bersama anak satu-satunya itu?

Engkau telah menyia-nyiakan sebagian usiamu. Oleh karena itu, jagalah sisanya yang tinggal sedikit. Demi Allah, usiamu tidak diukur dari semenjak lahir, tetapi diukur dari semenjak kau mengenal Allah. Jangan kau habiskan tarikan nafasmu pada selain taat kepada Allah. Sebab, tarikan napas tersebut bagaikan emas dan permata. Mungkinkah orang yang berakal akan membuang permatanya di jalan-jalan dan melemparkannya ke tempat sampah.

Wahai saudaraku, usahakanlah untuk hadir dalam majelis-majelis ‘ilmu di berbagai masjid agar akal pikiranmu bertambah. Meskipun usiamu pendek ia akan menjadi panjang berkat adanya īmān, rasa takut, tadabbur, dan kesadaran).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *