Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:
بِكُلِّ عَبْدٍ حَافِظُوْنَ وُكِّلُوْا | وَ كَاتِبُوْنَ خَيْرَةٌ لَنْ يُهْمِلُوْا |
مِنْ أَمْرِهِ شَيْئًا فَعَلْ وَ لَوْ ذَهِلْ | حَتَّى الْأَنِيْنِ فِي الْمَرَضْ كَمَا نُقِلْ. |
“Dan diwakilkan pada tiap-tiap hamba beberapa malaikat
Ḥāfizhūn dan Kātibūn yang terpilih. Mereka tidak melalaikan sedikit pun.”
“Dari apa yang dia kerjakan walaupun ketika lupa, sampai-sampai kepada rintihan di waktu sakit sebagaimana yang telah dinukil.”
Allah telah mengutus malaikat Ḥaffāzhah untuk menjaga hamba-hambaNya, baik golongan Jinn maupun manusia, tetapi menurut satu pendapat hanya manusia saja. Allah juga mengutus malaikat Kattābah yang bertugas mencatat ‘amal-‘amal yang dilakukan semua hamba-Nya, tidak ada satu pun ‘amal hamba yang luputt dari catatan malaikat Kattābah. Maksudnya, malaikat Kattābah tak pernah berhenti menulis ‘amal perbuatan manusia, walaupun berupa ‘amal buruk, sampai rintihan manusia ketika sakit pun dicatat olehnya. Hal ini sebagaimana keterangan yang telah dinukil oleh semua Imām Madzhab.
Allah telah memilih malaikat Ḥaffāzhah dan malaikat Kattābah untuk menjaga semua hamba-Nya dan mencatat ‘amal perbuatan mereka. Malaikat Ḥaffāzhah tak pernah meninggalkan manusia waktu sedetik saja, karena tugasnya adalah menjaga manusia dari hal-hal yang bisa membahayakan, seperti mencegah semut, ular, dan hewan lainnya agar tidak masuk ke telinga atau mulut manusia.
Bagi tiap-tiap manusia ada 10 malaikat yang menjaga di siang hari, dan 10 malaikat yang menjaga di malam hari. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut: (1461).
Kesepuluh malaikat ini adalah malaikat Ḥaffāzhah.
Allah s.w.t. juga menciptakan malaikat Kattābah yang diberi tugas mencatat ‘amal perbuatan manusia, yaitu malaikat Raqīb dan ‘Atīd. Keduanya selalu ada pada diri manusia selama manusia masih hidup. Ketika manusia mati, kedua malaikat ini berdiri di kuburnya seraya membaca tasbih dan tahlil yang pahalanya diperuntukkan untuk mayit jika mayitnya mu’min. Sedangkan jika mayitnya kafir, kemarahan kedua malaikat ini akan selalu meliputi si mayit sehingga datangnya hari Kiamat.
Menurut satu pendapat, setiap hari ada 4 malaikat yang menjaga manusia, 2 malaikat yang menjaga sejak setelah shalat Shubuḥ kembali ke langit seraya membawa buku catatan ‘amal manusia, digantikan oleh dua malaikat yang bertugas menjaga setelah shalat ‘Ashar sampai setelah shalat Shubuḥ. Setelah shalat Shubuḥ, keduanya kembali ke langit dengan membawa catatan ‘amal manusia selama semalam. Keempat malaikat ini silih berganti menulis ‘amal perbuatan manusia hingga manusia mati. (1472).
Malaikat yang menjaga di kanan (malak-ul-yamīn) adalah pemimpin malaikat yang menjaga di kiri (malak-ul-yasar). Ketika seseorang melakukan ‘amal kebaikan, malak-ul-yamīn segera mencatatnya tanpa meminta persetujuan dari malak-ul-yasar. Akan tetapi, ketika seseorang melakukan kemaksiatan, malak-ul-yasar akan bertanya dulu kepada malak-ul-yamīn: “Apakah ‘amal ini harus saya catat?” Malak-ul-yamīn menjawab: “Jangan mencatatnya, barangkali dia mau bertobat”. Ketika telah berlalu enam jam dan ia belum juga mau bertaubat, malak-ul-yamīn memerintahkan malak-ul-yasar untuk mencatatnya seraya berdoa:
أَرِحْنَا اللهُ مِنْهُ.
“Semoga Allah mengistirahatkan kita daripadanya.”
Maksudnya, malaikat meminta diistirahatkan agar tidak mengetahui kemaksiatan manusia, karena malaikat sangat benci dan tersiksa ketika menyaksikan kemaksiatan (1483).
Tidak ada sedikit pun ‘amal manusia yang luput dari pengawasan malaikat kattābah, semuanya ditulis, bahkan saat manusia lupa atau rintihan orang yang sakit, semua tercatat oleh malaikat kattābah. Waktu laporan malaikat adalah setiap setelah shalat ‘Ashar dan setelah shalat Shubuḥ. Laporan globalnya setiap hari Senin dan Khamis. Laporan tahunannya setiap Nishfu Sya‘bān (pertengahan Bulan Sya‘bān). Jika semua ‘amal sudah dilaporkan, akan diputuskan mana ‘amal yang baik dan mana yang buruk, maksudnya ‘amal perbuatan yang tergolong dalam hukum wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Catatan ‘amal yang tergolong mubah dan makruh dibuang ke laut, lalu dimakan ikan, setelah memakannya, ikan tersebut mati dan berubah menjadi ulat yang memakan tanaman di sawah.
Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:
فَحَاسِبِ النَّفْسَ وَ قَلِّلْ أَمْلَا | وَ رُبَّ مَنْ جَدَّ لِأَمْرٍ وَصَلَا. |
“Maka hisablah dirimu dan pendekkan cita-citamu! Berapa banyak orang yang serius menekuni satu perkara akhirnya sampai juga ke tujuannya.”
Jika engkau sudah mengetahui bahwa ada yang menjaga dan menulis ‘amal perbuatanmu, maka hisablah dan telitilah dirimu sendiri atas apa saja yang engkau lakukan setiap pagi dan sore hari, ketaatan ataukah kemaksiatan yang kau lakukan? Kemudian bersyukur dan bertaubatlah. Pendekkanlah cita-citamu, ya‘ni pengharapan yang disukai oleh nafsu ammārah (1494) yang menuntun pada keburukan. Jangan malas, sudah banyak orang yang bersungguh-sungguh akhirnya bisa mencapai tujuannya berkat pertolongan dan anugerah dari Allah s.w.t.
Setiap pagi dan sore, teliti dan hisablah dirimu sendiri. Jika melakukan ketaatan maka bersyukurlah, merasa bahwa itu semua atas pemberian Allah s.w.t., jangan sekali-kali merasa engkau memiliki ‘amal yang baik. Jika melakukan kemaksiatan, segeralah bertaubat.
Setiap ingin melakukan sesuatu, jangan langsung melakukannya, pertimbangkan terlebih dahulu hasil yang akan engkau peroleh, berakibat baik atau buruk? Jika perbuatan itu tidak ada manfaatnya untuk kepentingan akhiratmu, jangan sekali-kali kau lakukan. Jangan menyusahkan malaikat kattābah karena engkau melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk akhiratmu! Engkau harus malu pada malaikat kattābah karena melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi akhiratmu, karena hal itu akan menyusahkan malaikat kattābah dan juga dirimu sendiri. (1505).
Seorang mu’min tidak diperbolehkan berangan-angan bahwa hidupnya masih lebih dari 24 jam, kecuali bagi para ‘ulamā’ akhirat yang memiliki angan-angan berumur panjang agar bisa bermanfaat dan memberi petunjuk pada orang-orang muslim, bahkan mereka mendapat pahala atas niat tersebut. (1516).
Kita diharuskan memperbanyak mengingat kematian. Jika kita masih hidup saat pagi hari, belum tentu kita bisa menjumpai sore hari, jika kita masih hidup saat sore hari, belum tentu kita bisa menjumpai pagi hari, sebagaimana sabda Rasūlullāh: (1527).
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ.
“Jadilah engkau di dunia ini laksana orang yang sedang bepergian.”
Akan tetapi, ‘ulamā’ akhirat tidak dianjurkan banyak memikirkan kematian karena masih disibukkan memberi kemanfaatan bagi muslim lainnya. Orang yang sedang mencari ‘ilmu yang bermanfaat, ya‘ni ‘ilmu sebagai bekal di akhirat, juga tidak dianjurkan banyak memikirkan kematian, berpikirlah bahwa engkau akan meng‘amalkan ‘ilmumu atau sukses dalam mencari ‘ilmu.
Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Anggaplah dirimu sebagai ahli kubur.”
Para Ḥukamā’ berkata: “Barang siapa yang angan-angannya sedikit, kesusahannya juga sedikit, hatinya akan bersinar dan mau menerima bagian dunia yang sedikit.”
Di dalam kitab Minhāj-ul-‘Ābidīn, Ḥujjat-ul-Islām Imām al-Ghazālī r.a. (semoga Allah memberikan kita kemanfaatan ‘ilmunya) berkata: “Ketika seorang hamba memiliki angan-angan yang panjang, akan timbul empat perkara:
Umurmu di dunia ini hanya tiga hari: hari kemarin yang sudah terlewat, hari esok yang belum tentu akan kau lalui, dan hari ini, ya‘ni hari di mana engkau sedang melaluinya, maka ambillah keuntungan dan manfaat darinya.
Ada pendapat yang mengatakan hanya 3 jam: satu jam yang lalu, satu jam yang belum tentu engkau lalui, dan satu jam yang sedang engkau lalui. Ambillah kesempatan pada jam yang sedang kau lalui! Karena satu jam yang sudah terlewat sudah hilang dan satu jam yang akan datang belum tentu akan engkau lalui.
Adapula pendapat yang menyatakan bahwa 3 hembusan nafas: satu hembusan nafas yang sudah terlewat, satu hembusan nafas yang akan datang, dan satu hembusan nafas yang sedang engkau alami, maka manfaatkanlah sisa nafasmu.
Kesimpulannya, panjangnya umurmu bukanlah sehari-semalan ataupun sata jam, tapi hanya satu hembusan nafas saja. Manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya setiap hembusan nafasmu, karena ajal akan datang di antara hembusan nafas yang satu dengan yang lainnya.”