Kisah Nabi Zakariyya A.S. – Kisah 25 Nabi & Rasul

KISAH 25 NABI DAN RASŪL
Diserti Dalil-dalil al-Qur’ān
 
Penyusun: Mahfan, S.Pd.
Penerbit: SANDRO JAYA

22. KISAH NABI ZAKARIYYĀ A.S.

 

Nabi Zakariyyā a.s. adalah keturunan Nabi Sulaimān a.s.. Beliau adalah ulama besar di kalangan Bani Isrā’īl. Istri beliau bernama Isya, saudara perempuan Hannah, sedangkan Hannah adalah istri ‘Imrān, seorang pembesar di kalangan Bani Isrā’īl. Suatu ketika, Hannah ingin mempunyai anak, sehingga ia bernadzar: Jika Allah s.w.t. mengaruniai anak, maka anaknya itu akan diserahkan untuk rumah suci Bait-ul-Maqdis. Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. berfirman:

إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

٣:٣٦.فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّيْ وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَ اللهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَ لَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَ إِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَ إِنِّيْ أُعِيْذُهَا بِكَ وَ ذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Artinya:

(Ingatlah), ketika istri ‘Imrān berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shāliḥ dan berkhidmat (di Bait-ul-Maqdis). Karena itu terimalah (nadzar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Maka tatkala istri Imran melahirkkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Āli ‘Imrān: 35-36)

Do’a Hannah diterima Allah s.w.t.. Tetapi ‘Imrān, suaminya, meninggal dunia sebelum anaknya lahir.

Maryam Dipelihara oleh Nabi Zakariyyā

Hannah melahirkan anak perempuan, Maryam namanya. Sebagaimana nazarnya, putrinya itu kemudian diserahkan ke Bait-ul-Maqdis (Rumah Suci). Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. telah berfirman:

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَ أَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَ كَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللهِ إنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya:

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariyyā memeliharanya. Setiap Zakariyyā masuk untuk menemui Maryam di miḥrāb, ia dapati makanan di sisinya. Zakariyyā berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh makanan ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Āli ‘Imrān: 37)

Nabi Zakariyyā Mengharapkan Anak

Usia Nabi Zakariyyā a.s. sudah 100 tahun, tapi ia belum juga mempunyai anak. Istrinya, sejak muda tidak pernah melahirkan anak (mandul). Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. telah berfirman:

قَالَ رَبِّ إِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَ اشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَ لَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا. وَ إِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِيْ وَ كَانَتِ امْرَأَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا. يَرِثُنِيْ وَ يَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوْبَ وَ اجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

Artinya:

Ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalanku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya‘qūb; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam: 4-6)

Doa’ Nabi Zakariyyā itu diterima Allah s.w.t., sebagaimana diterangkan Allah s.w.t. dengan firman-Nya:

يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَّهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا. قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُوْنُ لِيْ غُلَامٌ وَ كَانَتِ امْرَأَتِيْ عَاقِرًا وَ قَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا. قَالَ كَذلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَ قَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَ لَمْ تَكُ شَيْئًا

Artinya:

Hai Zakariyyā, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang bernama Yaḥyā, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. Zakariyyā berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.” Tuhan berfirman: “Demikianlah.” Tuhan berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.” (QS. Maryam: 7-9)

Nabi Zakariyyā Mempunyai Anak

Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. telah menceritakan kisah Nabi Zakariyyā a.s. dengan firman-Nya:

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْ آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا. فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَ عَشِيًّا

Artinya:

Zakariyyā berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Tuhan berfirman: “Tanda bagimu ialah bahwa engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam: 10-11)

Tiga hari setelah itu, datanglah malaikat Jibrīl a.s. membawa berita gembira bagi Nabi Zakariyyā a.s. sebagaimana firman Allah di dalam al-Qur’ān:

فَنَادَتْهُ الْمَلآئِكَةُ وَ هُوَ قَائِمٌ يُصَلِّيْ فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللهِ وَ سَيِّدًا وَ حَصُوْرًا وَ نَبِيًّا مِّنَ الصَّالِحِيْنَ

Artinya:

Kemudian Malaikat (Jibrīl) memanggil Zakariyyā, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di miḥrāb (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yaḥyā, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, nmenjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang shāliḥ.” (QS. Āli ‘Imrān: 39)

Demikianlah, Nabi Zakariyyā a.s. akhirnya memperoleh seorang anak laki-laki yang bernama Yaḥyā, dan kelak putranya itu diangkat oleh Allah s.w.t. menjadi Nabi dan Rasūl-Nya.

Hikmah dari Kisah Nabi Zakariyyā a.s.

  1. Nabi Zakariyyā a.s. adalah hamba Allah yang taat beribadah, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia.
  2. Allah akan mengabulkan do’a hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam berdo’a.
  3. Atas rahmat Allah, Nabi Zakariyyā a.s. dianugerahi seorang putra yang berbakti yang akan meneruskan tugasnya menyeru ummat kepada kebenaran.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *