Nabi Yaḥyā a.s. adalah putra Nabi Zakariyyā a.s. dari perkawinannya dengan Isya. Beliau diutus menjadi Nabi dan Rasūl Allah kepada Bani Isrā’īl, melanjutkan risalah ayahnya. Sejak kecil, Nabi Yaḥyā a.s. terpelihara dari perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan) dan maksiat. Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. telah menerangkan dengan firman-Nya:
يَا يَحْيى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَ آتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا. وَ حَنَانًا مِّنْ لَّدُنَّا وَ زَكَاةً وَ كَانَ تَقِيًّا. وَ بَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَ لَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا. وَ سَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَ يَوْمَ يَمُوْتُ وَ يَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
Artinya:
“Hai Yaḥyā, ambillah al-Kitāb (Taurāt) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 12-15)
Pada masa itu, ada seorang raja yang akan mengawini puteri tirinya sendiri. Padahal, ketika itu, Allah s.w.t. melarang ummat Isrā’īl untuk kawin dengan anak tiri. Tetapi raja itu rupanya telah mendalam cintanya kepada anak tirinya, sehingga ia tidak mau mempedulikan hukum Allah dan seruan Nabi Yaḥyā.
Nabi Yaḥyā a.s. dan ayahnya, Nabi Zakariyyā tetap mempertahankan hukum Allah, dan berusaha mencegah perbuatan raja itu. Maka raja yang durhaka itu amat murka karenanya dan akhirnya ia membunuh Nabi Yaḥyā a.s..
Mendengar puteranya dibunuh, Nabi Zakariyyā a.s. segera mencari perlindungan atas dirinya dari kezhaliman sang raja. Dalam pelariannya, Nabi Zakariyyā a.s. mendapati sebatang pohon kayu. Dengan idzin Allah, batang kayu itu terbelah, dan Nabi Zakariyyā a.s. segera masuk ke dalamnya. Lalu, batang kayu itu menutup kembali.
Para petugas kerajaan mencari-cari Nabi Zakariyyā a.s.. Mereka menduga, bahwa Nabi Zakariyyā a.s. dengan ilmu sihirnya berada di dalam pohon kayu itu. Maka pohon kayu itu digergaji, dan terbunuhlah Nabi Zakariyyā a.s. karenanya.