Kisah Nabi Luth A.S. – Kisah 25 Nabi & Rasul

KISAH 25 NABI DAN RASŪL
Diserti Dalil-dalil al-Qur’ān
 
Penyusun: Mahfan, S.Pd.
Penerbit: SANDRO JAYA

7. KISAH NABI LŪTH A.S.

 

Nabi Lūth a.s. adalah saudara Nabi Ibrāhīm a.s.. Beliau diutus untuk menyeru kepada penduduk negeri Sadum (Palestina) yang sangat durhaka kepada Allah s.w.t.. Budi pekerti kaum Nabi Lūth amat tercela. Mereka memutuskan hubungan perkawinan antara pria dan wanita, yang berarti menghentikan perkembangan keturunan manusia. Sebagai gantinya, mereka lebih cenderung kepada sesama jenisnya. Laki-laki lebih senang mengawini laki-laki daripada wanita. Mereka juga sering melakukan perampokan dan penganiayaan. Setiap kali Nabi Lūth a.s. menasehati dan menakuti mereka dengan siksaan Allah s.w.t., mereka segera menjawab: “Datangkanlah siksaan Allah itu, hai Lūth, jika engkau sekiranya orang yang benar!” Al-Qur’ān menerangkan:

وَ لُوْطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ الْعَالَمِيْنَ. أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ وَ تَقْطَعُوْنَ السَّبِيْلَ وَ تَأْتُوْنَ فِيْ نَادِيْكُمُ الْمُنْكَرَ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِيْنَ

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Lūth berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari ummat-ummat sebelum kamu.” Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami ‘adzab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. al-‘Ankabūt: 28-29)

Allah Mengabulkan Do’a Nabi Lūth

Setelah berulang kali diperingatkan, dan ternyata usaha tersebut sia-sia belaka, berdo’alah Nabi Lūth a.s. kepada Allah s.w.t.. Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. menjelaskan dengan firman-Nya:

قَالَ رَبِّ انْصُرْنِيْ عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya:

Lūth berdo’a: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan adzab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (QS. al-‘Ankabūt: 30)

Maka do’a Nabi Lūth itu diterima. Kemudian Allah s.w.t. mengutus beberapa malaikat untuk menimpakann ‘adzab kepada kaum Nabi Lūth, yang sangat durhaka dan ingkar itu. Segera datang berita dari Allah melalui Nabi Ibrāhīm a.s., bahwa negeri Sadum beserta seluruh penduduknya akan dibinasakan. Mendengar berita itu, Nabi Ibrāhīm a.s. berkata: “Ya Allah, di negeri itu ada Lūth. Bagaimana dengan dia jika negeri Sadum dimusnahkan?” Maka Allah menjawab kekhawatiran Nabi Ibrāhīm itu dengan firman-Nya sebagaimana tersebut dalam al-Qur’ān:

قَالَ إِنَّ فِيْهَا لُوْطًا قَالُوْا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَنْ فِيْهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَ أَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِيْنَ

Artinya:

Berkata Ibrāhīm: “Sesungguhnya di kota itu ada Lūth.” Para malaikat berkata: “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (QS. al-‘Ankabūt: 32)

Laki-laki Tampan Sebagai Umpan

Sebelum negeri Nabi Lūth a.s. dimusnahkan, datanglah beberapa malaikat yang menyerupai laki-laki tampan ke rumah Nabi Lūth a.s.. Atas kedatangan mereka, Nabi Lūth a.s. amat bersedih hati, karena khawatir kaumnya akan berbuat keji kepada tamu-tamunya itu dengan memaksa mereka berbuat mesum. Apa yang dikhawatirkan Nabi Lūth a.s. ternyata terjadi juga. Tak lama kemudian datanglah berbondong-bondong laki-laki dan kaumnya menuju rumah Nabi Lūth a.s.. Mereka mengancam Nabi Lūth untuk menyerahkan tamu-tamunya kepada mereka sebagai pemuas kesenangan mereka yang keji itu. Nabi Lūth a.s. menolak seraya berkata membujuk: “Wahai kaumku, janganlah engkau mengganggu tamuku. Jika engkau berkehendak, akan aku carikan istri (wanita) yang halal untuk engkau kawini, dan mengapakah engkau tidak berpikir?” Kaumnya menjawab: “Hai Lūth, bukankah engkau sudah mengetahui, bahwa kami tidak suka kepada wanita?” Allah s.w.t. berfirman:

وَ لَمَّا أَنْ جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوْطًا سِيْءَ بِهِمْ وَ ضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَ قَالُوْا لَا تَخَفْ وَ لَا تَحْزَنْ إِنَّا مُنَجُّوْكَ وَ أَهْلَكَ إِلَّا امْرَأَتَكَ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِيْنَ

Artinya:

Dan tatkala utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Lūth, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka dan mereka berkata: “Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (QS. al-‘Ankabūt: 33)

Allah Menurunkan ‘Adzab Kepada Kaum Nabi Lūth a.s.

Demikianlah akhirnya, negeri Sadum dibinasakan beserta seluruh penduduknya. Sebelum itu, Nabi Lūth a.s. dan para pengikutnya berpindah ke daerah lain dengan perlindungan Allah s.w.t.. Bagaimana caranya kaum Nabi Lūth dibinasakan, di dalam al-Qur’ān Allah s.w.t. telah menerangkan:

قَالُوْا يَا لُوْطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوْا إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ وَ لَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيْبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ. فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَ أَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ مَّنضُوْدٍ

Artinya:

Para utasan (malaikat) berkata: “Hai Lūth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa ‘adzab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya ‘adzab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?” Maka tatkala datang ‘adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lūth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS. Hūd: 81-82)

Hikmah dari Kisah Nabi Lūth a.s.

  1. Allah telah menciptakan perempuan sebagai pasangan pria dan mengikatnya dengan syari‘at perkawinan. Mendatangi sesama pria atau sesama wanita untuk menyalurkan hasrat seksual adalah salah dan bertentangan dengan norma agama dan masyarakat.
  2. Segala macam bentuk penentangan terhadap syari‘at agama hanya akan mendatangkan musibah dan ‘adzab dari Allah s.w.t..

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *