Nabi Isḥāq adalah putra Nabi Ibrāhīm bersama Siti Sārah. Isḥāq artinya tertawa. Dinamakan demikian karena ibunya tertawa sewaktu mendengar kabar dari malaikat bahwa ia akan mengandung, padahal umur Siti Sārah pada waktu itu sudah 99 tahun dan Ibrāhīm 120 tahun. Ada juga yang menyebutkan Siti Sārah pada waktu itu berumur 90 tahun dan Ibrāhīm 100 tahun. Siti Sārah merasa sudah terlalu tua untuk melahirkan, itulah sebabnya ia tertawa ketika mendengar kabar akan mengandung dan melahirkan anak. Allah s.w.t. berfirman:
وَ امْرَأَتُهُ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَ مِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوْبَ. قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَ أَنَا عَجُوْزٌ وَ هذَا بَعْلِيْ شَيْخًا إِنَّ هذَا لَشَيْءٌ عَجِيْبٌ. قَالُوْا أَتَعْجَبِيْنَ مِنْ أَمْرِ اللهِ رَحْمَتُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ
Artinya:
“Dan istrinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Isḥāq dan dari Isḥāq (akan lahir putranya) Ya‘qūb. Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan sudah tua? Sesungguhnya ini bener-benar suatu yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (QS. Hūd: 71-73)
Maka Nabi Ibrāhīm a.s. dan Siti Sārah mengucapkan puji syukur atas berita gembira itu. Di dalam al-Qur’ān diterangkan:
وَ اذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيْمَ وَ إِسْحَاقَ وَ يَعْقُوْبَ أُوْلِي الْأَيْدِيْ وَ الْأَبْصَارِ. إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ. وَ إِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ
Artinya:
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrāhīm, Isḥāq dan Ya‘qūb yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-bennar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS. Shād: 45-47)
Nabi Isḥāq mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah saja tanpa menyekutukan-Nya. Ia juga menerima wahyu dan meneruskan ajaran ayahnya yaitu Ibrāhīm. Dalam memimpin ummat, Nabi Isḥāq dikenal sebagai Nabi yang bersifat ramah tamah sehingga ummatnya merasa senang, rukun dan diberi kemakmuran yang berlimpah ruah oleh Allah.
Nabi Isḥāq kawin dengan wanita Haran (Irak) dan dikaruniai dua orang putera. Yang pertama bernama ‘Ish dan yang kedua bernama Ya‘qūb. Anaknya Ya‘qūb di kemudian hari diangkat menjadi Nabi dan Rasūl Allah. Nabi Ya‘qūb kemudian mempunyai keturunan yang banyak, di antaranya Nabi Yūsuf a.s. Nabi Isḥāq jua-lah yang menurunkan nabi-nabi Bani Isrā’īl, termasuk Nabi ‘Īsā a.s.. Nabi Isḥāq a.s. wafat dalam usia 180 tahun, dan dimakamkan di Jirun (sekarang dinamakan Madīnah).