Nabi Ilyās a.s. adalah keturunan Nabi Hārūn a.s. yang keempat. Allah s.w.t. mengutus Nabi Ilyās a.s. kepada kaumnya, Bani Israil, yang menyembah berhala bernama “Ba’al.” Nabi Ilyās a.s. menyeru kaumnya agar menyembah Allah semata-mata, Tuhan yang menciptakan alam dan seluruh isinya. Di dalam al-Qur’ān, Allah s.w.t. menerangkan dengan firman-Nya:
وَ إِنَّ إِلْيَاسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ. إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَلَا تَتَّقُوْنَ. أَ تَدْعُوْنَ بَعْلًا وَ تَذَرُوْنَ أَحْسَنَ الْخَالِقِيْنَ. اللهَ رَبَّكُمْ وَ رَبَّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِيْنَ
Artinya:
“Dan sesungguhnya Ilyās benar-benar termasuk salah seorang rasūl-rasūl. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu tidak bertaqwa? Patutkah kamu menyembah Ba’l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu.” (QS. ash-Shāffāt: 123-126)
Ternyata kaum Nabi Ilyās a.s. mendustakan seruan itu. Bahkan mereka mengejar-ngejar Nabi Ilyās a.s. untuk mereka bunuh. Maka larilah Nabi Ilyās a.s. dari mereka dan mencari tempat (rumah-rumah) kosong dan sepi untuk menyembunyikan diri. Ketika bersembunyi di suatu rumah kosong, beliau menemukan seorang laki-laki yang shāliḥ di sana, namanya Ilyasa’. Nabi Ilyās a.s. lalu mengambil Ilyasa’ sebagai anak angkatnya, dan selalu membawanya ke mana saja ia pergi.
Setelah Ilyasa’ dewasa, Allah s.w.t. mengangkatnya menjadi Nabi dan Rasūl untuk menggantikan Nabi Ilyās a.s.. Allah s.w.t. telah memberikan karunia-karunia yang agung kepada Nabi Ilyās a.s.. Diriwayatkan, setiap rumah yang didatangi oleh Nabi Ilyās a.s. secara ajaib menghasilkan berbagai makanan, sehingga beliau tidak perlu lagi mencarinya. Penduduk banyak yang mengetahui tentang hal itu, sehingga apabila mereka mendapati banyak makanan di sebuah rumah, mereka berkata: “Rumah ini tentu sudah didatangi Nabi Ilyās a.s..
Kepada kaum Nabi Ilyās a.s. yang durhaka dan ingkar itu, Allah s.w.t. akhirnya menurunkan siksaan-Nya dalam bentuk kelaparan dan kehausan. Hujan tidak pernah turun, sehingga ladang mereka kering selama bertahun-tahun. Karena itu mereka sangat menderita dalam kesengsaraan. Setelah kejadian itu, barulah mereka sadar dan insyaf atas segala dosa yang mereka lakukan terhadap Allah s.w.t.. Mereka kemudian datang menghadap Nabi Ilyās a.s. untuk memohon kepada Allah s.w.t. agar hujan turun dan mereka dapat terhindar dari bahaya kelaparan. Mereka berjanji akan beriman kepada Allah s.w.t. dan akan menuruti segala perintah Nabi Ilyās a.s..
Nabi Ilyās a.s. akhirnya berdo’a kepada Allah, dan dikabulkan. Tak lama setelah itu turunlah hujan. Ladang menjadi subur karenanya, ternak-ternak berkembang biak dengan sangat cepat, dan kehidupan mereka kembali makmur.
Setelah karunia itu mereka rasakan, kaum Nabi Ilyās a.s. kembali melupakan Tuhannya. Mereka kembali durhaka kepada Allah, bahkan semakin parah. Maka pada akhirnya Allah s.w.t. menurunkan ‘adzab kepada mereka dengan amat pedih, sebagai balasannya. Sementara itu, Nabi Ilyās a.s. dan Ilyasa’ terlepas dari ‘adzab itu, karena mereka adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa berbakti.