Sabda Nabi s.a.w.: “Tak suatu pun dapat dilakukan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah s.w.t. lebih utama dari sujud di tempat yang sepi.” (321).
Sabda beliau pula: “Tak seorang Muslim pun bersujud untuk Allah s.w.t. melainkan pasti dia meningkatkan kedudukannya satu derajat dan menggugurkan darinya satu dosa kejahatan.” (332).
Diriwayatkan, seorang laki-laki berkata kepada Rasūlullāh s.a.w.: “Doakanlah untukku, agar aku termasuk di antara orang-orang yang kelak akan memperoleh syafā‘atmu dan agar Allah memberiku kesempatan untuk menemanimu di surga.” Jawab beliau: “Bantulah aku dengan memperbanyak sujud.” (343) Sabdanya pula: “Saat seorang hamba dalam keadaan terdekat kepada Allah s.w.t. ialah ketika dia sedang bersujud (itulah makna firman Allah: “Bersujud dan dekatkanlah dirimu.” (QS. al-‘Alaq [96]: 19).” (354).
Firman Allah s.w.t.: “Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka, dan bekas sujud.” (QS. al-Fatḥ [49]: 29).
Ada yang menyatakan bahwa yang dimaksud ialah bagian muka mereka yang menempel pada tanah, ketika bersujud. Ada pula yang menyatakan bahwa yang dimaksud ialah perasaan khusyu‘ yang memancar dari dalam diri manusia ke permukaan wajahnya. Pendapat inilah yang lebih benar. Namun, ada pula yang menyatakan bahwa yang dimaksud ialah sinar yang memancar kelak pada Hari Kiamat dari anggota tubuh yang biasa tersentuh air wudhu’.
Sabda Nabi s.a.w.: “Bila seseorang membaca ayat sajadah (ayat al-Qur’ān, yang di dalamnya ada perintah bersujud) lalu dia sujud, syaithan akan berpisah darinya, seraya meraung dan berkata: “Celaka aku. Orang ini diperintah agar bersujud, lalu dia pun sujud dan beroleh surga sebagai ganjarannya. Sedangkan aku diperintahkan agar bersujud, tetapi membangkang dan beroleh neraka sebagai hukumannya.” (365).
Diriwayatkan bahwa ‘Alī, putra ‘Abdullāh bin ‘Abbās, biasa bersujud seribu kali sujud setiap sehari semalam. Oleh karena itu, dia dinamakan as-Sajjād (yang banyak mengerjakan sujud). (376).
Diriwayatkan bahwa ‘Umar bin ‘Abd-il-‘Azīz r.a., setiap kali bersujud, selalu di atas tanah (yakni, langsung tanpa penghalang apa pun).
Berkata Yūsuf bin Asbath: “Hai para pemuda, gunakanlah peluang ketika sedang sehat, sebelum sakit. Kini, tiada lagi orang yang aku merasa iri kepadanya, selain orang yang masih mampu melakukan ruku‘ dan sujud secara sempurna, sedangkan aku sekarang terhalang dari melakukannya secara demikian.”
Berkata Sa‘īd bin Jubair: “Aku tak merasa sedih kehilangan sesuatu dari dunia ini, kecuali karena aku kini tidak lagi mampu bersujud.”
Berkata ‘Uqbah bin Muslim: “Tak satu pun perangai manusia lebih disukai Allah daripada seseorang yang sangat ingin berjumpa dengan-Nya, dan tak ada saat bagi seseorang untuk lebih dekat kepada Allah daripada ketika dia bergerak menuju sujud.” (387).
Berkata Abū Hurairah: “Saat seseorang sedang bersujud adalah saat paling dekat kepada Allah. Oleh sebab itu, perbanyaklah doa oleh kalian ketika itu.” (398).