Keutamaan Nabi dan Rasul – Terjemah Tauhid Sabilul Abid KH. Sholeh Darat

TERJEMAH TAUHID

سَبِيْلُ الْعَبِيْدِ عَلَى جَوْهَرَةِ التَّوْحِيْدِ
Oleh: Kiyai Haji Sholeh Darat
Mahaguru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufrohah
Penerbit: Sahifa Publishing

Rangkaian Pos: 003 Tentang Kenabian (Nabawiyyat) - Terjemah Tauhid Sabilul Abid

Keutamaan Nabi dan Rasūl

 

Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī melanjutkan pembahasan tentang keutamaan para Nabi dan Rasūl. Beliau berkata:

وَ أَفْضَلُ الْخَلْقِ عَلَى الْإِطْلَاقِ نَبِيُّنَا فَمِلْ عَنِ الشِّقَاقِ.

Dan nabi kita adalah makhluk yang paling utama secara mutlak, maka berpalinglah engkau dari perbantahan.”

Makhluk yang paling utama di tujuh langit, ‘arsy, “kursi”, tujuh lapis bumi dan seisinya adalah junjungan kita Nabi Muḥammad s.a.w., secara mutlak, baik penciptaan maupun keutamaannya. Maka, tinggalkanlah perdebatan yang tidak sesuai dengan pendapat ini, karena sesuatu yang sudah disepakati tidak boleh diperdebatkan lagi.

Penjelasan

Seorang mukallaf wajib meyakini bahwa junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. adalah makhluk yang paling utama di tujuh langit, bumi, ‘arsy, “kursi” dan seisinya, baik ruhaniyyah, jasmaniyyah, maupun nuraniyyah, karena Nabi Muhammad adalah asal dari penciptaan semua makhluk.

Rūḥaniyyah, jasmaniyyah, atau nūraniyyah berasal dari Nūr Muḥammad. Semua Nabi, para utusan, para malaikat, ‘arsy, “kursi”, juga berasal dari Nūr Muḥammad. Karenanya, Nabi dinamakan nūr dan rūḥ, maksudnya menjadi nūr-ul-arwāḥ, nūr-ul-qulūb dan rūḥ-ul-arwāḥ. Perilaku dan pengetahuan semua Nabi dan malaikat tidak bisa menyamai Rasūlullāh. Mustahil jika ada makhluk yang menyamai apalagi lebih unggul dari Rasūlullāh, baik dalam perilaku, pengetahuan maupun tauhid. Pahamilah masalah ini!

Tinggalkanlah orang yang menyatakan bahwa ada makhluk yang menyamai atau bahkan lebih unggul dan lebih utama dibanding Rasūlullāh, jangan hiraukan pendapat seperti itu, karena sesuatu yang telah sepakati oleh para ‘ulama’ tidak boleh diubah.

Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:

وَ الْأَنْبِيَا يَلُوْنَهُ فِي الْفَضْلِ وَ بَعْدَهُمْ مَلَائِكَةِ ذِي الْفَضْلِ.

Dan para Nabi mengiringi beliau dalam keutamaan. Sesudah mereka adalah malaikat Allah yang mempunyai keutamaan.”

Semua Nabi mengiringi Rasūlullāh dalam keutamaannya, maksudnya keutamaan para Nabi mengiringi keutamaan Rasūlullāh. Sesudah para Nabi adalah para malaikat dalam keutamaannya, maksudnya keutamaan para malaikat di bawah keutamaan para Nabi.

Penjelasan

Para Nabi dan Rasūl Allah mengiringi Rasūlullāh s.a.w. dalam hal keutamaannya. Jika tidak ada Rasūlullāh, semua makhluk tidak akan pernah ada. Karenanya, martabat dan derajat para Nabi di bawah derajat Rasūlullāh s.a.w. Artinya, setelah Rasūlullāh adalah Sayyidinā Ibrāhīm a.s., Sayyidinā Mūsā a.s., Sayyidinā ‘Īsā a.s. dan Sayyidinā Nūḥ a.s. Kelima Rasūl tersebut bergelar ulul-‘azmi yaitu orang yang memiliki kesabaran membimbing kaumnya dan mampu bertahan menanggung kesulitan dari kaumnya. (1111).

Adapun gambaran fisik Nabi Ibrāhīm a.s. adalah seorang lelaki yang kulitnya putih, memiliki mata yang indah, pelipisnya lurus, pipinya lonjong (bulat panjang, bulat telur), hidungnya mancung, jenggotnya putih, raut wajahnya seperti orang yang tersenyum.

Gambaran fisik Nabi Mūsā a.s. adalah dia seorang lelaki yang rambutnya berombak, seperti rambut orang ḥabsyī atau zanjī, pupil matanya dalam, kelopak matanya lebar, pandangannya selalu berbinar, raut wajahnya seperti orang cemberut, giginya putih, bibirnya kecil, raut wajahnya seperti orang yang marah.

Gambaran fisik Nabi ‘Īsā a.s. adalah dia seorang lelaki yang masih muda, jenggotnya hitam, rambutnya tebal, raut wajahnya indah.

Gambaran fisik Nabi Nūḥ a.s. adalah dia seorang lelaki yang rambutnya berombak, seperti rambut orang ḥabsyī atau zanjī, matanya merah, kepalanya agak besar, janggutnya indah. Wallāhu a‘lam.

Setelah para Rasūl, lalu para Malaikat. Pimpinan para malaikat adalah Sayyidinā Jibrīl a.s., Sayyidinā Mikā’īl a.s., Sayyidinā Isrāfīl a.s. dan Sayyidinā ‘Izrā’īl a.s. Setelah mereka, derajat semua malaikat sama. (1122).

Ketahuilah bahwa malaikat itu jisim halus yang tercipta dari cahaya, bisa berubah-ubah warna dan rupa yang indah, kebanyakan bertempat di langit, tapi ada pula yang di bumi, tidak berjenis kelamin laki-laki atau perempuan dan tidak memiliki syahwat. Orang yang meyakini malaikat itu perempuan, dia dihukumi kafir, sedangkan bila meyakini bahwa malaikat itu laki-laki, dihukumi fasiq. (1133).

*Missing (1144)

Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:

هذَا وَ قَوْمٌ فَصَّلُوْا إِذْ فَضَّلُوْا وَ بَعْضُ كُلٍّ بَعْضَهُ قَدْ يَفْضُلُ.

(Pahamilah) ini! Dan sekelompok ‘ulama’ ada yang memerinci karena mereka mengutamakan. Dan sebagian dari masing-masingnya lebih utama dari yang lainnya.”

Ketahuilah masalah yang telah dijelaskan ini, yaitu keutamaan para Nabi melebihi para malaikat, dan keutamaan para malaikat melebihi manusia tanpa ada perincian. Hal ini menurut pendapat madzhab Imām al-Asy‘arī.

Sedangkan sebagian golongan madzhab al-Māturīdiyyah memerinci keutamaan antara manusia dan Malaikat juga antara Nabi dan Malaikat. Madzhab al-Māturīdiyyah berkata: “Para Nabi lebih utama dibandingkan pimpinan para malaikat, yaitu Sayyidinā Jibrīl a.s., Sayyidinā Mikā’īl a.s., Sayyidinā Isrāfīl a.s. dan Sayyidinā ‘Izrā’īl a.s. Pimpinan para malaikat lebih utama dari umumnya manusia (para sahabat pilihan) termasuk para wali Allah seperti Sayyidinā Abū Bakar r.a., ‘Umar bin Khaththāb r.a., ‘Utsmān bin ‘Affān r.a., ‘Alī bin Abī Thālib r.a., keawaman manusia itu lebih utama dibandingkan dengan awamnya malaikat.” Wallāhu a‘lam.

Catatan:

  1. 111). Tuḥfat al-Murīd, hal. 216.
  2. 112). Ibid.
  3. 113). Ibid. hal. 217
  4. 114). Ibid. hal. 218.